Perhatian! Ini 3 Gejala Umum Corona Varian Delta Menurut Studi

Rabu, 16/06/2021 11:22 WIB
Ilustrasi virus corona. (Foto: Pixabay/Gerd Altmann)

Ilustrasi virus corona. (Foto: Pixabay/Gerd Altmann)

Jakarta, law-justice.co - Studi terbaru di Inggris menemukan tiga gejala umum yang terkait dengan virus corona varian Delta yakni sakit kepala, sakit tenggorokan, dan pilek.

Data, yang dikumpulkan sebagai bagian dari studi gejala Zoe Covid berbasis aplikasi, menunjukkan bahwa varian Delta yang pertama kali terdeteksi di India terasa seperti flu yang buruk, menurut Tim Spector, seorang profesor epidemiologi genetik di King`s College London, yang memimpin penelitian.

"Covid ... bertindak berbeda sekarang, lebih seperti flu yang buruk," kata Spector seperti melansir cnnindonesia.com.

"Orang mungkin mengira mereka baru saja terkena flu musiman, dan mereka masih pergi ke pesta, kami pikir ini memicu banyak masalah. Jadi, yang benar-benar penting untuk disadari adalah bahwa sejak awal Mei, kami telah melihat gejala teratas di semua pengguna aplikasi, dan mereka tidak sama seperti sebelumnya," lanjutnya.

"Jadi, gejala nomor satu adalah sakit kepala, diikuti oleh sakit tenggorokan, pilek dan demam."

Menurut NHS, gejala klasik Covid adalah demam, batuk, dan kehilangan penciuman atau rasa.

Data menunjukkan bahwa varian Delta setidaknya 40 persen lebih mudah menular daripada varian Alpha yang pertama kali terdeteksi di Kent, dan tampaknya menggandakan risiko rawat inap.

Ini juga membuat vaksin agak kurang efektif, terutama setelah hanya satu dosis.

"Saya pikir pesannya di sini adalah bahwa jika Anda masih muda dan mengalami gejala yang lebih ringan, itu mungkin hanya terasa seperti pilek atau tidak enak badan ... tetap di rumah dan lakukan tes," ujar Spector.

Aplikasi yang dijalankan oleh perusahaan ilmu kesehatan Zoe - didirikan oleh Spector - dengan analisis ilmiah yang disediakan oleh King`s College London, memiliki lebih dari 4 juta kontributor di seluruh dunia.

Menurut data yang diterbitkan pada 10 Juni, kasus lebih tinggi dan meningkat lebih cepat pada populasi yang tidak divaksinasi di Inggris.

Kasus meningkat paling banyak pada kelompok usia 20-29, dan kelompok usia 0-19 mengikuti di belakang, menurut data yang dikumpulkan dari peserta antara 23 Mei dan 5 Juni (ini tidak termasuk data dari tes cepat).

Jumlah kasus yang meningkat ini diduga mungkin berakar pada tingkat penularan dan lemahnya penerapan jarak sosial.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar