Dibalik Penderitaan Palestina Ada Dosa Eropa Pada Yahudi

Senin, 17/05/2021 17:20 WIB
kaum Yahudi (terkini.id)

kaum Yahudi (terkini.id)

Jakarta, law-justice.co - Dalam sebuah kunjungan ke Eropa beberapa tahun silam kala Ahmadinejad menjabat sebagai presiden Iran, dia sangat terkesan dengan kemajuan Eropa. Alamnya yang indah tertata yang disebutnya memang tepat sebagai kunjungan wisata.

Namun, entah mengapa tiba-tiba pembicaraan dia berbelok pada soal Palestina dan Yahudi di Israel. Kala itu dia berkata: "Alangkah tidak adilnya keindahan Eropa ini ternyata yang orang lain yang menelan getahnya. Orang kulit putih Eropalah yang membantai Yahudi, tapi imbas dari rasa penyesalan Eropa itu kemudian menimpakan sisi buruknya ke Palestina."

Semua tahu apa yang dikatakan Eropa itu benar. Pembentukan Israel tak lepas dari imbas tentang siapa yang menjadi pemenang Perang Dunia II. Kala itu negara baru bermunculan. Inggris dengan Perdana Menteri Winston Churchill-lah adalah pihak yang paling getol mendukung pembentukan Israel.


Para pemenang perang dunia II itu bahkan sempat memilihkan lokasi bagi negara baru Zionis Yahudi dengan akan menempatkannya di Amerika Latin atau di sebuah wilayah di tengah Benua Afrika (Uganda).

Dan, lagi-lagi di sini Palestina dibohongi Inggris di mana pada 1915 dia diberi janji mendapatkan kemerdekaannya. Namun, ini kemudian diingkari Inggris yang kemudian pada 1917 membangun komitmen baru dengan kaum Zionis untuk membentuk negara Yahudi Israel.

Dalam hal ini memang tercium sentimen Inggris kepada kaum Yahudi yang muncul sejak era Perang Salib pertama. Semenjak itu, setiap kepergian tentara Salib dari Inggris ke Yerusalem, pasukan Inggris pasti selalu membantai kaum Yahudi yang tinggal atau berada di sepanjang jalan ketika hendak ke Yerusalem. Dan, di sinilah muncul istilah Anti-Semit yang kemudian pada zaman modern diteruskan oleh orang Eropa lainnya, yakni sang Fruher Jerman, Adolf Hitler.

Fakta lainnya, sepanjang kebesaran kekhalifahan Islam, hubungan antara Muslim dan Yahudi tak ada masalah dan harmonis.

Mendiang cendekiawan DR Nurcholish Madjid malah melambangkan pada masa kekahalifahan Abassiyah di Spanyol ketiga agama (Islam, Yahudi, Kristen) menjadi tulang punggung peradaban kekuasaan itu. Nurcholish melambangkannya layaknya segitiga yang kokoh penopang kekhalifahan tersebut.

``Tak ada kisah tentang pembantaian kaum Yahudi kala itu. Tak ada. Bahkan, kemudian baik Muslim maupun Yahudi menjadi korban kala tentara Salib Eropa bisa menguasai Abbasiyah dan melakukan inkuisisi. Siapa yang jadi korban, ya orang Islam dan Yahudi,`` kaka mendiang Nurcholish dalam sebuah pengajian di Hotel Hilton, Jakarta.

Lalu apa buktinya, Muslim malah jadi pelindung Yahudi kala dipermak budaya Anti-Semit Eropa? Jawabannya banyak sekali. Sudah banyak kisah mengenai kesediaan kaum Muslim di Albania, negara Balkan (Eropa Selatan), saat menyembunyikan orang Yahudi dari kejaran tentara Gestapo Nazi.

Bahkan, bukan hanya itu, kala kaum Yahudi dikejar harus dibunuh atau mengganti agama kala bersama Muslim terusir dari kekuasaan Abassiyah. Mereka banyak sekali berlindung ke wilayah Turki yang kala itu tengah tumbuh dinasti baru yang bernama Kekhalifahan Ottoman.

Dan, bukti eratnya hubungan Turki dengan Yahudi itu terjejak sampai sekarang. Hanya Turki-lah dari dahulu hingga hari-hari ini masih lestari atau punya hubungan diplomatik dengan Israel.

Adanya hubungan diplomatik yang tak terputus itulah yang kerap dimanfaatkan oleh Presiden Turki untuk memperingatkan Israel bila bertindak keterlaluan. Ingat wilayah Yerusalem, Palestina, bahkan wilayah Israel, pada masa lalu adalah bekas kekuasaan Ottoman Turki.

Jadi, apa yang dikatakan Ahmadinejad mengenai nasib malang Palestina sebagai ironi rasa bersalah orang Eropa terhadap kaum Yahudi itu benar adanya. Anti-Semit atau anti-Yahudi bukan lahir dari perilaku budaya kaum Muslim. Itu budaya Eropa yang terwariskan dari zaman dahulu kala.

Buktinya apa? Ya, gampang saja. Lihat saja film-film Barat yang berkisah tentang nasib kaum Yahudi di dalam masyarakat Eropa. Pada sebuah film, selain dibunuh dengan dimasukkan ke dalam kamar gas oleh Nazi, masyarakat Eropa kala itu memang kerap memberlakukan sangat buruk kepada kaum Yahudi.

Mereka, misalnya, tak boleh berjalan kaki di atas trotoar yang katanya hanya khusus untuk orang kulit putih Eropa. Kala itu bila ada orang berpapasan dengan orang Yahudi di trotoar, dia meludahi si Yahudi sembari mendorongnya agar berjalan di atas badan jalan saja.

Lalu bukti lain sisa persekusi terhadap kaum Yahudi dalam budaya Eropa lainnya? Ini juga terlihat pada sosok nenek sihir yang naik sapu dan berhidung bengkok. Bahkan, orang yang suka bohong pun dilambangkan oleh sosok berhidung panjang `Pinokio`. Hidung panjang dan bengkok jelas sekali mengacu pada sosok orang Yahudi.

Sisa anti-Yahudi di Amerika Serikat yang dikatakan sebagai `bapak asuh Israel` juga tetap lestari. Di sana ada sebutan `harga Yahudi`, yakni harga yang terasa aneh alias tak bulat. Misalnya, ada banderol harga 16.950, bukan dipaskan saja menjadi 17.000.

Bahkan, di Kalifornia ada olok-olok soal sebutan peyorasi kepada kaum Yahudi yang lestari. Kisahnya ini terkait ketika wilayah itu dibuka pertambangan emas yang membuat banyak sekali orang berdatangan. Namun, beda dengan yang lain, para keturunan Yahudi tak mau jadi penambang. Mereka memilih membuka toko dan bank.

Nah, ketika tambang emas tiba masanya berakhir, ternyata yang bisa hidup makmur hanya keturunan Yahudi yang tak mau menjadi penambang, memilih jadi pebisnis dan bankir. Sementara, para penambang pendatang dan keturunannya tetap hidup miskin. Di sinilah kemudian lestari kebencian kepada Yahudi di sebagian benak warga Amerika dengan menyebut mereka orang kikir dan mau menang sendiri.

Jadi, lagi-lagi terbukti bila tuduhan Muslim adalah Anti-Semit dan ketika berkuasa membunuhi kaum Yahudi adalah mitos. Dalam Perang Dunia II, misalnya, memang Palestina memihak Jerman, tapi itu karena pilihan karena Eropa (Inggris) sudah mengkhianati perjuangan kemerdekaan mereka.

Hitlerlah yang kala itu memberikan angin kepada Palestina, sedangkan Eropa malah mempersekusinya karena Arab dan Muslim diidentikkan sebagai warga dari kekahlifahan Ottoman.

Jadi, mitos mana yang coba terus didustakan!

 

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar