Gawat! Wamenkes Sebut Indonesia Siap Perang Dunia III, Ini Penyebabnya

Selasa, 02/03/2021 22:35 WIB
Ilustrasi varian baru virus corona sudah masuk ke Indonesia. (Foto: Pixabay/Gerd Altmann)

Ilustrasi varian baru virus corona sudah masuk ke Indonesia. (Foto: Pixabay/Gerd Altmann)

law-justice.co - Indonesia kini tengah memasuki masa genting dalam menghadapi Covid-19. Bahkan oleh Wakil Menteri Kesehatan dr Dante Saksono Harbuwono disebut sebagai perang dunia III.

Pasalnya, varian baru virus SARS-CoV-2 sudah ditemukan di Indonesia. Dua kasus yang terkait dengan mutasi B 1.1.7 atau VOC202012/01 atau VUI202012/01 dari Inggris yang ditemukan tadi malam (1/3) di Indonesia menunjukkan proses mutasi corona ini sudah ada di sekitar kita.

"Pertarungan dunia melawan pandemi Covid-19 ini ibarat Perang Dunia III. Jika Perang Dunia I dan II merupakan kontak fisik, tetapi di perang saat ini melawan musuh yang kasat mata," kata Dante saat peringatan satu tahun pandemi Covid-19 bertajuk inovasi Indonesia untuk Indonesia pulih pascapandemi secara daring, Selasa (2/3/2021).

"Saya selalu menganggap ini perang dunia III dan saat ini kontak dengan musuh yang kasat mata," ujarnya.

Dia melanjutkan, ini memberikan implikasi banyak hal. Bukan hanya faktor kesehatan tetapi juga berdampak pada ekonomi, banyak negara resesi. "Pandemi Covid-19 juga menyerang skala mikro, pendidikan karena tidak bisa bersekolah, anak kita kehilangan momentum sosial, dan bermain, dan banyak lainnya," tegasnya.

Menteri Riset Teknologi dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro sudah mengingatkan akan masuknya varian baru virus corona B 1.1.7 dari Inggris ke Indonesia. Peringatan juga disampaikan Presiden Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) Dr Peter Bogner, organisasi bank data influenza di dunia yang berinisiatif mengumpulkan semua data genom virus flu termasuk virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Dia menyampaikan tantangan Indonesia dalam melakukan surveilans genom virus SARS CoV-2 adalah pada luasnya wilayah nusantara dan populasi yang tinggi. Hal itu menyebabkan dibutuhkan waktu dan sumber daya yang besar untuk mengumpulkan data whole genome sequence (WGS), yang lebih banyak dan detail, sehingga masih mungkin varian baru tersebut belum terdeteksi.

 

(Nikolaus Tolen\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar