Titiek Soeharto Soal Arteria Dahlan: Tak Punya Adab & Kurang Ajar

Senin, 14/10/2019 08:30 WIB
Titiek Soeharto (geunta)

Titiek Soeharto (geunta)

Jakarta, law-justice.co - Putri Presiden ke 3 Indonesia Soeharto, Titiek Soeharto buka suara soal perlakuan politisi sekaligus anggota DPR RI Arteria Dahlan terhadap Ekonom Emil Salim.

Titiek mengkritik tegas Arteria lewat akum instagram pribadinya akhir pekan lalu.

Pada unggahannya Titiek mengunggah foto Emil salim disertai dengan captions yang cukup panjang.

Pada intinya, Titiek menyebut Emil salim adalah sosok yang santun meskipun kepada orang yang lebih muda.

“Saya hormat kepada beliau karena begitu sabar & santunnya pak Emil terhadap kami para mahasiswa yang masih bodoh dan selalu bergejolak dalam bertanya,” tulis Titiek seperti melansir ceratai.com.

“Sungguh heran kemudian ada orang yg lebih muda begitu kurang ajar dan tidak punya adab kepada beliau,” ungkap Titiek pada pragraf terakhir keterangan foto tersebut.

Berikut selengkapnya tulis Titik Soeharto mengenai Emil Salim dan komentarnya terhadap kelakuan Arteria Dhalan.

Prof. Dr. Emil Salim (lahir di Lahat, Sumatra Selatan, 8 Juni 1930; umur 89 tahun) adalah seorang ahli ekonomi, cendekiawan, pengajar, dan politisi Indonesia.

Pak Emil Salim juga lulusan SMAN 1 Bogor yang melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia dan tercatat salah satu dedengkot aktifis mahasiswa yg pernah mengobrak abrik kedutaan besar Perancis di Jakarta saat solidaritas kemerdekaan bangsa AlJazair.

Tidak heran dengan semangat revolusionernya karena beliau juga adalah anggota Mobilisasi Tentara Pelajar Siliwangi.

Ia adalah tokoh lingkungan hidup internasional yang pernah menerima The Leader for the Living Planet Award dari World Wide Fund (WWF), suatu lembaga konservasi mandiri terbesar dan sangat berpengalaman di dunia. Ia juga penerima anugerah Blue Planet Prize pada tahun 2006 dari The Asahi Glass Foundation.

Pada tahun 1994, saat simposium mahasiswa Akuntansi se Indonesia, saya dan teman2 kuliah Di FE UNPAD mengundang beliau hadir sebagai panelis. Saya hormat kepada beliau karena begitu sabar & santunnya pak Emil terhadap kami para mahasiswa yang masih bodoh dan selalu bergejolak dalam bertanya.

Saat memperkenalkan diri sebagai moderator dalam panelis dan juga menyebutkan satu almamater di SMAN 1 Bogor, kaget saat beliau menyapa kemudian dengan bahasa sunda halus yang juga sungguh santun kepada anak muda seperti saya.

Sungguh heran kemudian ada orang yg lebih muda begitu kurang ajar dan tidak punya adab kepada beliau.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar