Polisi Masih Melacak Jasad Mahasiswa yang Lompat dari Pesawat

Jum'at, 02/08/2019 15:41 WIB
Ilustrasi pintu darurat pesawat. (Foto: Shutterstock)

Ilustrasi pintu darurat pesawat. (Foto: Shutterstock)

Jakarta, law-justice.co - Alana Cutland, seorang mahasiswa Universitas Cambridge melompat dari pesawat di ketinggian 3.600 kaki. Tubuhnya jatuh saat pesawat berada di ketinggian 1.130 meter, setelah beberapa kali dicegah dan bergulat dengan beberapa penumpang lain yang menghalanginya.

Lokasi jatuhnya diperkirakan di atas permukaan laut Afrika. Hingga kini jasadnya belum ditemukan. Sementara Kepolisian masih menyelidikinya.

Dilansir dari CNN Indonesia, Warga Milton Keynes, Inggris itu terjun di tengah penerbangannya pada Kamis lalu untuk keperluan penelitian di sebuah pulau di Afrika.

Cutland terbang dengan pesawat baling-baling bersama seorang penumpang lainnya dan seorang pilot.

"Pesawat Cessna C168 lepas landas dari Anjajavy dengan tiga orang di dalamnya, termasuk (penumpang Ruth) Johnson, Alana dan pilot," kata Kepala polisi setempat Sinola Nomenjahary kepada The Sun.

Sementara dikutip dari Independent, sebelum Cutland lompat, penumpang lain sempat berusaha mencegahnya.

"Setelah 10 menit penerbangan, Alana Cutland membuka sabuk pengaman dan membuka kunci pintu kanan pesawat lalu mencoba keluar."

Mereka memegangi kaki Cutland ketika dia berusaha keluar dari pesawat. Namun penumpang lain itu tak kuasa menahan Cutland hingga akhirnya terjun bebas.

"Nona Johnson bergelut selama lima menit, berusaha memeluknya, tetapi ketika dia kelelahan dan kehabisan nafas, dia melepaskannya." Cutland pun jatuh.

Menurut laporan, perempuan usia 19 tahun itu mendapat "serangan paranoia" dalam penerbangan itu. Kepolisian sedang mencari jasad Cutland. Kasus ini pun masih dalam penyelidikan.

Keluarga Cutland memberikan penghormatan kepada Cutland. Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Kantor Luar Negeri Inggris, keluarga menyebut putri mereka adalah seorang gadis yang cerdas dan mandiri, serta dicintai banyak orang.

"Kami bersedih kehilangan putri kami yang luar biasa dan cantik, yang selalu menerangi dan membuat orang tersenyum."

Dr David Woodman, dari Robinson College, Universitas Cambridge, mengaku sangat terkejut dengan tragedi ini.

"Robinson College sangat terkejut dengan berita kematian Alana. Dalam dua tahun di sini, ia memberikan kontribusi besar pada berbagai aspek kehidupan di kampus. Dia akan sangat dirindukan. Perguruan tinggi menyampaikan belasungkawa yang tulus kepada keluarga Alana."

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar