Kepala SMPN 8 Depok Dimutasi Buntut Siswa Berkebutuhan Khusus Dibully

Kamis, 31/10/2024 17:21 WIB
Stop Bullying (Pixabay)

Stop Bullying (Pixabay)

Jakarta, law-justice.co - Siswa kelas IX di sekolah menengah pertama (SMP) berinisial R (15) di Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat (Jabar), melukai dirinya sendiri diduga karena di-bully teman sekolahnya. Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Depok, Sutarno, mengatakan Kepala SMPN 8 Tatag Hadi Sunoto dimutasi karena dianggap lalai.

"Iya (kepala sekolah dimutasi), dua guru juga," kata Sutarno saat dihubungi detikcom, Kamis (31/10/2024).

Dia mengatakan Kepala SMPN 8 dimutasi menjadi guru SMPN 16. Sedangkan dua guru Bimbingan Konseling (BK) dipindah ke SMPN 2 dan SMPN 4 Kota Depok.

"(Kepala sekolah dimutasi ke) SMPN 16, (menjadi) guru di SMP 16. Sementara dua guru BK lainnya dipindah SMPN 2 dan SMPN 4," ucapnya.

Disdik menilai mereka telah lalai memberikan perlindungan terhadap siswanya. Mereka juga dianggap melanggar etika dalam mengatasi kasus tersebut.

"Disdik Kota Depok menganggap mereka telah lalai memberikan perlindungan dan melanggar etika terhadap kasus perundangan yang dialami oleh anak didiknya, R, yang merupakan anak berkebutuhan khusus (ABK) pada awal Oktober kemarin," bebernya dilansir dari Detik.

Kepsek Bantah soal Siswa Berkebutuhan Khusus Di-bully

R (15) diduga menjadi korban bullying dengan cara dilempar batu oleh sesama siswa, hingga akhirnya korban melukai diri sendiri. Tatag Hadi membantah dugaan tersebut.

"Nggak ada (lempar batu siswa ke R)," kata Tatag Hadi Sunoto di Depok, Jumat (4/10).

Tatag menyebutkan tidak ada batu di sekolahnya. Dia mengatakan, kalaupun ada, batu di sekolahnya hanya berukuran kecil.

"Oh ya iya lah (membantah adanya pelemparan batu). Seperti tadi, jangankan batu, kerikil saja nggak (ada di kompleks sekolah). Lihat saja yang di sekitar itulah. Oke, tempat lompat jauh yang sekarang diiniin kan paling pasir. Kalaupun ada batu kerikil yang itu, ya di situ kan. Kan nggak ada, jangankan batu, ibaratnya kerikil saja kan. Bisa lihat lah," bantah Tatag.

Dia menganggap narasi R dilempar batu beredar dengan asumsi sepihak dan membantah. Dia merasa pihak sekolah tak pernah diminta klarifikasi.

"Ya itu maaf-maaf saja. Kalaupun misalnya dalam tanda kutip itu (narasi dilempar batu), karena mungkin tanpa klarifikasi ataupun nggak konfirmasi yang tepat, sehingga mungkin tidak disusun kata kalimat seperti itu," tuturnya.

Dia mengatakan 7 siswa yang diduga mem-bully telah dimintai keterangan. Ketujuh siswanya pun membantah melakukan perundungan.

"(Tujuh siswa) sudah (diperiksa). Iya dalam arti yang dilakukan selama inilah. Karena memang kondisi anaknya seperti. Berarti. Iya (mereka membantah mem-bully R)," sambungnya.***

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar