Ketika Publik Tertawakan Megawati Kritik `Pemerintahannya` Sendiri

Minggu, 14/04/2024 06:51 WIB
Menurut Megawati Soekarnoputri Ketua Umum PDI-P, partai ini bisa mencapai usia 51 tahun hari ini karena besarnya kekuatan rakyat, bukan karena presiden ataupun menteri sekalipun diucapkan di Sekolah Partai PDI Perjuangan, kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pada Rabu (10/1/2024). HUT ke-51 PDIP mengusung tema Satyam Eva Jayate yang berarti kebenaran pasti menang. PDIP menggelar HUT kali ini dengan sederhana dan hanya mengundang 51 tamu undangan VVIP untuk hadir di ruang utama. Robinsar Naing

Menurut Megawati Soekarnoputri Ketua Umum PDI-P, partai ini bisa mencapai usia 51 tahun hari ini karena besarnya kekuatan rakyat, bukan karena presiden ataupun menteri sekalipun diucapkan di Sekolah Partai PDI Perjuangan, kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pada Rabu (10/1/2024). HUT ke-51 PDIP mengusung tema Satyam Eva Jayate yang berarti kebenaran pasti menang. PDIP menggelar HUT kali ini dengan sederhana dan hanya mengundang 51 tamu undangan VVIP untuk hadir di ruang utama. Robinsar Naing

Jakarta, law-justice.co - Direktur Pusat Riset Politik, Hukum dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI), Saiful Anam menyatakan bahwa publik kini tertawa menyimak kritik yang disampaikan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, terhadap pemerintahan yang dipimpin dan dijalankan PDIP sendiri.

Penilaian itu dia sampaikan untuk menanggapi tulisan Megawati yang dimuat di Koran Kompas, Senin (8/4), dengan judul "Kenegarawanan Hakim Mahkamah Konstitusi".

"Publik tertawa melihat semua itu. Karena, jika Megawati mengkritik pemerintahan saat ini, maka jelas-jelas ia telah mengkritik koalisi pemerintahan yang dibentuk, dipimpin dan dijalankan PDIP sendiri," katanya seperti melansir rmol.id beberapa waktu lalu.

Akademisi Universitas Sahid Jakarta itu juga menilai, kritik Mega itu sama dengan adagium "senjata makan tuan".

Selama ini, kata dia, masukan-masukan publik, kritik-kritik publik, dan saran-saran yang diberikan selama ini tidak didengar PDIP dan Megawati, bahkan lebih memberikan pembelaan kepada Joko Widodo.

"Di akhir jabatan PDIP justru berubah 360 derajat, dengan melakukan kritik sangat keras kepada Jokowi. Apakah ini yang disebut sebagai kutukan, atau ini salah satu bentuk jalan Tuhan kepada PDIP yang selama ini hanyut dalam buaian Jokowi," urai Saiful.

Bahkan, Saiful menyebut kritikan Megawati tak lain ditujukan pada pemerintahannya sendiri, lelucon politik yang tidak hanya terjadi pada era pemerintahan kerajaan Majapahit.

"Di mana hancurnya kerajaan lebih banyak disebabkan orang-orang terdekatnya sendiri," pungkas Saiful.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar