Contraflow Semasa Mudik Dianggap Membahayakan, Pengamat Desak Direvisi

Jum'at, 12/04/2024 18:08 WIB
Ilustrasi contraflow. Dalam foto terkait uji coba Contraflow Ruas JORR Cikunir Arah Pondok Indah (foto: jasamarga)

Ilustrasi contraflow. Dalam foto terkait uji coba Contraflow Ruas JORR Cikunir Arah Pondok Indah (foto: jasamarga)

Jakarta, law-justice.co - Rekayasa lalu lintas berupa contraflow dinilai tak berjalan efektif mengurai kemacetan di ruas jalan tol semasa mudik Lebaran 2024. Alih-alih mengurai kemacetan, justru sistem contraflow dianggap berisiko bagi pemudik.

Kata Sony Susmana, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), skema contraflow sejatinya cukup efektif untuk menertibkan lalu lintas dan mencegah kemacetan, jika penerapannya dilakukan sebatas dalam kota saja.

Menurutnya, penerapan skema contraflow selama arus mudik 2024 terlalu luas dan panjang, hal ini dinilai kurang efektif bahkan bisa memicu kecelakaan. “Kalau penerapan (contraflow) dilakukan di dalam kota, pengendara yang terlibat mayoritas golongan pekerja. Tapi kalau levelnya sudah luar kota, yang terlibat ini pelancong dengan potensi kondisi fisik kelelahan,” ucapnya, seperti dikutip Kompas.com, Jumat (12/4/2024).

Menurut Sony, skema contraflow dengan memecah satu ruas jalan tol jadi dua lajur terlalu beresiko, apalagi jika mempertimbangkan adanya faktor kelelahan dari pengendara yang melintas dari arah berlawanan.

“Skema contraflow ini sebaiknya dipertimbangkan dan dievaluasi kembali. Sebetulnya ganjil genap dan one way masih terbilang aman karena satu arah. Contraflow ini yang harus dipertimbangkan,” kata Sony.

Penjelasan senada juga disampaikan oleh Marcell Kurniawan, Training Director The Real Driving Centre (RDC). Menurutnya skema contra flow seharusnya bisa efektif, jika hanya diberlakukan dalam jarak pendek. “Contraflow ini sebetulnya efektif kalau (jarak penerapannya) 10 kilometer atau maksimal 15 kilometer,” kata dia, seperti dikutip Kompas.com.

Untuk diketahui, contraflow selama arus balik diberlakukan mulai dari Km Km 72 Tol Cipali, sampai dengan Km 36 Tol Jakarta - Cikampek (Japek), alias sekitar 36 kilometer. “Karena risikonya tinggi, memang sebaiknya contraflow itu rekayasa lalu lintas khusus jarak pendek saja,” kata Marcell.

Dengan kata lain, para pakar keselamatan berkendara dan ahli transportasi menekankan bahwa aturan contraflow cukup membahayakan. Hal ini terbukti pula oleh terjadinya beberapa kecelakaan lalu lintas selama masa pemberlakuannya. Menimbang libur lebaran hampir usai dan arus balik mudik akan segera dimulai, muncul sebuah gagasan dan anjuran bagi Kepolisian untuk mengevaluasi kembali aturan contraflow.

Kakorlantas Polri Irjen Aan Suhanan, menyatakan bahwa penerapan contraflow terus lanjut sampai arus balik Lebaran 2024.

Kata Aan, penerapan contraflow tetap diperlukan pada saat-saat tertentu untuk menambah kapasitas jalan berdasar hasil diskusi dengan para ahli. "Kenapa harus ditambah kapasitas? Karena kalau itu dibiarkan akan terjadi stuck, kalau sudah stuck akan menimbulkan permasalahan baru," kata Aan di Command Center KM 29 Tol Japek, Selasa (9/4).

Menurutnya, urgensi peneratapan sistem contraflow demi menghindari dampak kemacetan bagi kendaraan dan penumpang, selain mengurai kemacetan itu sendiri. "Tahu sendiri kalau di tol kan tidak bisa keluar, tidak bisa apa. Kalau sudah stuck, sudah. Ada yang kehabisan BBM, artinya nanti enggak bisa pakai AC, atau ada yang sakit nanti enggak bisa ke mana-mana," katanya.

Adapun dalam mengurai kemacetan arus mudik balik di jalan tol, Korlantas Polri mulanya bakal menerapkan sistem rekayasa lalu lintas one way dan contraflow mulai siang hari ini seperti di ruas Tol Trans Jawa. Tetapi rencana itu dibatalkan sementara. Kata Aan, alasannya karena belum terjadi kepadatan kendaraan.

(Rohman Wibowo\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar