Ini Penyebab Pemain Naturalisasi Asal Eropa Jeblok di Timnas Indonesia

Selasa, 09/04/2024 16:00 WIB
Indonesia Naturalisasi Jenner & Struick, Media Vietnam Ketar-ketir. (Twitter PSSI).

Indonesia Naturalisasi Jenner & Struick, Media Vietnam Ketar-ketir. (Twitter PSSI).

Jakarta, law-justice.co - Pengamat sepak bola nasional Mohamad Kusnaeni membeberkan faktor mengapa pemain yang berkiprah di Eropa performanya jeblok bersama Timnas Indonesia.

Timnas Indonesia dibantai 1-5 oleh Irak dalam laga perdana Kualifikasi Piala Dunia 2026. Setelah itu Asnawi Mangkualam dan kawan-kawan ditahan Filipina dengan skor 1-1.

Dalam dua laga ini pemain yang berkiprah di Eropa, seperti Elkan Baggott, Shayne Pattynama, dan Sandy Walsh tampil kurang greget. Mereka tidak bisa menjadi pembeda kekuatan tim.

Pada saat yang sama pemain yang tampil di dalam negeri dan Asia, kurang bugar. Mayoritas pemain hanya bisa tampil maksimal dalam 60-70 menit, sisanya sudah keletihan.

"Ini juga evaluasi buat pemain bagaimana mereka bisa menjaga kebugaran, level fitness, terutama pemain yang tampil di liga lokal," kata Kusnaeni dikutip dari CNN Indonesia.

"Kalau pemain yang di Eropa kan mereka perjalanannya panjang. Mereka baru istirahat langsung main lawan yang levelnya lebih baik, Irak," ujarnya memberikan analisis.

Karenanya Bung Kus, sapaan Kusnaeni, mengingatkan pemain akan pentingnya gaya hidup atlet. Sebagai penggawa timnas, pemain selalu dituntut punya level kebugaran di atas rata-rata.

Dalam pengamatannya, para pemain Timnas Indonesia selalu datang ke pemusatan latihan dengan kondisi kurang ideal. Ini membuat pelatih Shin Tae Yong harus menguatkan kebugaran pemain.

"Untuk pemain jangan sampai setiap datang ke Timnas, level fitness-nya kurang. Ini membuat persiapan harus panjang. Begitu persiapan tidak panjang, kejadian seperti kemarin," katanya.

"Ini introspeksi buat pemain, buat pengelola kompetisi juga. Kalau sudah dekat jadwal timnas main, mbok jangan ada jadwal yang padat, mepet banget," ungkap Kusnaeni dilansir dari CNN Indonesia.

Yang dimaksud Kusnaeni, PT Liga Indonesia Baru idealnya tak membuat jadwal padat sebelum kalender internasional. Jadwal padat bisa dibuat setelah FIFA Matchday.

Pasalnya kondisi pemain yang lelah membuat strategi yang diterapkan berjalan tidak optimal. Dalam hal ini pemain ingin tampil 100 persen, tetapi tubuhnya berkat lain.

"Yang menentukan itu kita bisa tidak mengontrol permainan mendikte lawan sesuai skenario. Mau main cepat atau lambat kan tergantung penilaian pemain di lapangan," ujarnya.

"Tergantung situasi di lapangan. Masalahnya, mampu tidak pemain kita adaptasi dengan situasi di lapangan? Kalau secara fisik saja tidak siap, susah mengatur tempo," ungkap Kusnaeni.***

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar