Ini Alasan Konglomerat AS Ramai Jual Saham Jelang Pemilu

Senin, 11/03/2024 19:25 WIB
CEO Amazon Jeff Bezos

CEO Amazon Jeff Bezos

Jakarta, law-justice.co - Para super konglomerat Amerika seperti Jeff Bezos, Leon Black, Mark Zuckerberg, Jamie Dimon, dan keluarga Walton dari Walmart, telah melakukan penjualan saham besar-besaran senilai total US$ 11 miliar atau sekitar Rp 171 triliun sebelum pemilihan umum mendatang.

Tindakan ini telah menimbulkan kekhawatiran akan potensi bencana keuangan.

Jeff Bezos, orang terkaya ketiga di belakang Bernard Arnault dan Elon Musk, melepas saham Amazon senilai US$ 8,5 miliar dalam satu bulan terakhir.

Mark Zuckerberg, orang terkaya keempat, juga menjual sekitar 1,4 juta saham Meta senilai sekitar US$ 638 juta. Jamie Dimon, ketua dan CEO JPMorgan, mengeluarkan US$ 150 juta minggu lalu, yang merupakan pembayaran tunai pertamanya sejak dia mengambil alih kendali bank tersebut hampir dua dekade lalu.

Dalam beberapa hari terakhir, Leon Black dari Apollo Global Management juga menjual sahamnya dengan jumlah besar, mengalami kerugian sekitar US$ 172,8 juta di perusahaan ekuitasnya setelah 34 tahun.

Keluarga Walton dari Walmart juga telah menjual saham senilai US$ 1,5 miliar dalam seminggu terakhir, menjadikan total penjualan mereka mencapai US$ 2,3 miliar sejak Desember.

Transaksi-transaksi ini semuanya terjadi dalam jangka waktu yang singkat satu sama lain dan telah memicu diskusi di kalangan pengamat.

Para ahli meyakini bahwa penjualan ini mungkin dipicu oleh antisipasi pemilihan umum mendatang, terutama karena indeks S&P 500, yang menjadi ukuran perekonomian yang lebih besar, masih berada pada puncak sepanjang masa.

Alan Johnson, seorang konsultan perusahaan keuangan, mengemukakan bahwa para pemegang saham mungkin ingin mengambil keuntungan dari kondisi pasar yang sedang baik saat ini dan mengantisipasi potensi penurunan di masa mendatang yang tidak pasti terkait dengan pemilihan umum.

Dia juga menyoroti kinerja impresif indeks S&P 500 baru-baru ini, yang meningkat lebih dari 27% pada tahun sebelumnya. Dia juga menekankan pentingnya diversifikasi kepemilikan, terutama dalam pandangan investor.

Para pemegang saham juga dapat memanfaatkan keringanan pajak saat ini sambil melakukan lindung nilai atas investasi mereka, terutama jika ada perubahan kebijakan di bawah pemerintahan baru.

Beberapa pelaku pasar keuangan utama telah mengungkapkan kekhawatiran mereka dalam beberapa minggu terakhir. Beberapa dari mereka menganggap penurunan harga saham yang tiba-tiba sebagai tanda akan sesuatu yang lebih besar di balik layar.

Sebuah perusahaan bernama American Hartford Gold, yang menjual emas dan logam lainnya kepada investor, bahkan menyatakan bahwa likuidasi besar-besaran ini mungkin menjadi indikator kemerosotan ekonomi yang akan datang.

Melansir dari CNBC Indonesia, Direktur Senior perusahaan tersebut, Mechi Block, menyatakan bahwa para CEO menjual saham mereka dalam jumlah besar sebagai tanda persiapan menghadapi kemungkinan penurunan ekonomi.

Dia juga mempertimbangkan penghapusan penghentian saham yang diterapkan pada masa pemerintahan Trump sebagai faktor yang mendorong penjualan besar-besaran ini.

Terlebih lagi, pandangan para miliarder terkait kondisi ekonomi juga dipertimbangkan. Beberapa di antara mereka seperti Jamie Dimon telah memperingatkan tentang pertumbuhan utang pemerintah yang besar, inflasi, dan konflik geopolitik yang berkelanjutan.

Hal ini mendorong masyarakat Amerika untuk mencari cara untuk melindungi risiko keuangan yang terkait dengan pasar saham, seperti investasi dalam emas.

Dampak dari penjualan saham besar-besaran ini tidak hanya memengaruhi pasar saham, tetapi juga memberikan pesan yang berdampak bagi investor individu serta menunjukkan perspektif berbeda yang dimiliki para miliarder terhadap arah ekonomi dan pasar.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar