Bulog: 300.000 Ton Beras Impor dari Thailand dan Pakistan Mulai Masuk

Senin, 04/03/2024 17:23 WIB
Beras impor

Beras impor

Jakarta, law-justice.co - Perum Bulog menyatakan bakal ada tambahan 300.000 ton beras impor dari Pakistan dan Thailand masuk ke Indonesia dalam waktu dekat. Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, membeberkan, pihaknya mengupayakan 300.000 ton beras impor tambahan itu datang pada Maret ini.

Meskipun begitu, dia belum bisa memastikan pekan kedatangan beras impor dari Thailand dan Pakistan. "Ya benar [tambahan beras impor], masuknya diusahakan bulan Maret [2024]," kata Bayu, Minggu 3 Maret 2024.

Lebih lanjut Bayu menjelaskan, tambahan impor beras 300.000 ton dari Thailand dan Pakistan itu merupakan bagian dari kuota impor 2 juta ton yang ditetapkan pemerintah pada awal tahun ini.

Dia berujar, tambahan kontrak impor 300.000 ton beras tersebut dilakukan untuk memperkuat stok beras Bulog. Adapun, stok beras yang dikuasai Bulog saat ini sebanyak 1,3 juta ton.

Menurutnya, stok beras yang semakin memadai akan mempermudah Bulog dalam menjalankan sejumlah program mandatori. Mulai dari bantuan pangan beras, penyaluran beras SPHP (stabilisasi pasokan dan harga pangan), serta penjualan beras komersial sesuai HET.

"Tujuannya [impor] adalah untuk menjaga stok agar program dapat terus terlaksana dengan baik," ujarnya.

Namun, Bayu enggan berkomentar saat ditanyai soal kemungkinan tambahan 300.000 ton beras impor dari Thailand dan Pakistan pada Maret tersebut dapat menekan harga beras menjadi landai saat Ramadan. Harga Beras Menyitir panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), rata-rata harga beras medium hari ini terpantau masih di level Rp14.370 per kilogram dan Rp16.460 per kilogram untuk beras premium.

Harga beras saat ini masih jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah dalam Perbadan No.7/2023 sebesar Rp10.900-Rp11.800 per kilogram untuk beras medium dan Rp13.900-Rp14.800 per kilogram untuk beras premium.

Sebelumnya, Kamis 29 Februari 2024, Guru Besar IPB University sekaligus Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santosa, memperkirakan harga beras akan mulai terkoreksi seiring terjadinya fenomena penurunan harga gabah kering panen (GKP) di petani.

Hasil laporan AB2TI di sejumlah wilayah di Jawa Timur dan Jawa Barat mendapati adanya penurunan harga gabah di petani. Misalnya, untuk di Jawa Timur seperti Jember, Lamongan, Ngawi, dan Tuban harga gabah telah turun Rp1.000 dalam 10 hari terakhir.

"Di Jawa Timur pada 16 Februari [2024] rata-rata harga gabah Rp8.200 [per kilogram], kemarin pada 27 Februari 2024 sudah turun jauh sekitar Rp7.000 - Rp7.200 [per kilogram]," ujar Andreas dikutip dari Bisnis Indonesia Rabu 28 Februari 2024.

Adanya tren penurunan harga gabah di petani berpeluang membuat harga beras di masyarakat melandai. Andreas memprediksi rata-rata harga beras akan turun hingga puncak panen raya pada April 2024 ke level Rp14.500 - Rp14.700 per kilogram. Harga beras saat panen raya tahun ini tetap akan lebih tinggi dari harga beras saat panen raya di tahun sebelumnya, meskipun diperkirakan turun.

Kendati begitu, dia menekankan adanya kekhawatiran para petani akan merugi saat puncak panen raya imbas anjloknya harga gabah di bawah biaya produksi mereka. Adapun, AB2TI mencatat biaya produksi yang dikeluarkan petani saat ini sudah di kisaran Rp6.000 per kilogram GKP.

Oleh karena itu, dia menegaskan bahwa pemerintah perlu mengendalikan impor beras saat memasuki periode panen raya agar harga gabah petani bisa terjaga. Adapun pemerintah telah menetapkan kuota impor beras 2024 sebanyak 3,6 juta ton.***

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar