Realisasi PNBP Lampaui Target

Sabtu, 16/12/2023 20:38 WIB
Gedung Kementerian Keuangan. (Liputan6)

Gedung Kementerian Keuangan. (Liputan6)

law-justice.co - Di tengah fluktuasi harga komoditas, kinerja positif Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) tetap terjaga terutama didorong oleh peningkatan pendapatan SDA non-Migas, Kekayaan Negara Dipisahkan (KND), dan PNBP lainnya. Realisasi PNBP mencapai Rp554,5 triliun (125,6% dari target APBN atau 107,5% dari target Perpres 75/2023) atau tumbuh 3,1% (yoy).

Pendapatan SDA non-migas mencapai Rp131,0 triliun (202,1% dari target APBN atau 109,4% target Perpres 75/2023). “(pendapatan sektor ini) Meningkat akibat penyesuaian tarif iuran produksi/royalti batubara dan dampak implementasi Automatic Blocking System (ABS), pemanfaatan data analitik SIMBARA, serta profiling Wajib Bayar dalam pelaksanaan pengawasan,” kata Deni Surjantoro Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan dalam keterangan tertulis, Jumat (15/12/20023).

Dia menambahkan, pendapatan KND mencapai Rp81,5 triliun (166,1% dari target APBN atau 100,0% target Perpres 75/2023) disumbang setoran dividen BUMN perbankan dan non-perbankan. PNBP Lainnya mencapai Rp152,3 triliun (134,4% target APBN atau 115,8% target Perpres 75/2023) menurun disebabkan oleh penurunan pendapatan Penjualan Hasil Tambang (PHT) dan pendapatan minyak mentah (DMO), namun kontribusi PNBP K/L cukup kuat menyumbang Rp123,9 triliun terutama dari kontribusi penempatan uang di BI, penerimaan BHP Frekuensi pada Kemenkominfo, kenaikan volume layanan khusus visa dan paspor, dan pendapatan yang berasal dari  putusan pengadilan tipikor pada Kejaksaan.

Sementara itu, pendapatan SDA Migas (83,1% dari target APBN atau 105,2% target Perpres 75/2023) melambat disebabkan oleh menurunnya Indonesian Crude Price (ICP) dan lifting minyak bumi, serta pendapatan BLU (97,3% dari target APBN atau 101,6% target Perpres 75/2023) turun disebabkan penurunan pendapatan BLU kelapa sawit akibat penurunan Permintaan dan harga CPO.

APBN hingga 12 Desember mencatatkan defisit sebesar Rp35,0 triliun atau 0,17% PDB, sementara keseimbangan primer tercatat positif sebesar Rp378,6 triliun (12 Des 2022: positif Rp120,1 triliun). Pembiayaan anggaran terealisasi Rp289,6 triliun. Pembiayaan utang lebih rendah dari target APBN maupun Perpres 75/2023. Pembiayaan utang (neto) melalui SBN dan pinjaman mencapai Rp345,0 triliun (49,6% % target APBN atau 81,9% target Perpres 75/2023), atau turun 36,6% (yoy).

Sebagai kesimpulan, kinerja perekonomian Indonesia terjaga baik di tengah risiko dan ketidakpastian global yang masih tinggi. Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2023 diperkirakan dapat dijaga di kisaran 5%, ditopang oleh permintaan domestik yang masih kuat.

Kinerja APBN yang sehat sebagai shock absorber dan mendukung transformasi ekonomi akan terus dijaga dan dioptimalkan. “Pemerintah akan terus menjaga momentum pemulihan ekonomi hingga akhir tahun 2023, agar dapat menjadi fondasi yang kuat bagi pertumbuhan yang lebih kuat, inklusif, dan berkelanjutan,” pungkas Deni.

(Bandot DM\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar