Diduga Jadi Taktik Pecah Belah, Israel Rekrut Orang Arab Jadi Milter

Minggu, 03/12/2023 14:06 WIB
Tentara Israel di Suriah (IDF)

Tentara Israel di Suriah (IDF)

Jakarta, law-justice.co - Baru-baru ini, manuver perekrutan di tubuh militer Israel menjadi sorotan. Pasalnya menurut politikus Arab di Israel menilai pendaftaran warga Arab sebagai pasukan Israel bermotif politik.

Adapun Pasukan Pertahanan Israel (IDF) diduga bermaksud untuk memecah belah warga Arab di Israel.

Anggota Knesset Arab-Israel, Hanin Zoabie, menggambarkan Israel berusaha mengincar orang-orang yang miskin dan tidak memiliki pekerjaan untuk menjadi tentara.

"Sembilan puluh persen orang Arab yang bertugas di tentara Israel tidak memiliki kesetaraan dengan orang Israel. Israel tidak membutuhkan mereka untuk melindungi keamanannya, ini adalah masalah politik, yang pertama adalah perpecahan dan pemerintahan." ujar Zoabie seperti melansir cnnindonesia.com.

Zoabie menyebut selama ini masyarakat dunia mungkin sebenarnya salah paham terkait tentara Israel. Mayoritas orang percaya bahwa pasukan pertahanan ini didominasi oleh warga Yahudi.

Organisasi Haganah, Palmach, Lehi dan Irgun adalah kelompok bersenjata yang awalnya ada saat kemerdekaan Israel.

Berdasarkan laporan Al Majalla, Perdana Menteri pertama Israel David Ben-Gurion memutuskan untuk menyatukan angkatan tunggal dengan pembentukan IDF pada 26 Mei 1948.

Kendati demikian, IDF berkembang tidak hanya mewakili warga Yahudi saja. IDF kini mewakili seluruh bangsa, yaitu Yahudi Israel, Druze, Muslim, Arab, Badui, dan Kristen semuanya bersaudara.

Suku Druze yang termasuk kelompok minoritas berbahasa Arab merupakan pendaftar tertinggi IDF di Israel karena "Perjanjian Darah" pada 1956. Lebih dari 80 persen pria Druze mendaftarkan diri sebagai tentara IDF.

Pemerintah menetapkan Suku Druze seagai komunitas etnis yang terpisah dari Muslim Palestina dan Kristen yang ada di Israel.

Sementara itu, warga negara Arab yang ada di Israel disebut orang Arab Israel. Mereka adalah keturunan 160.000 warga Palestina yang tetap tinggal saat dideklarasikan kemerdekaan Israel 1948.

Adapun orang Arab memenuhi seperlima populasi non-Yahudi di Israel. Hukum Israel tidak memaksa orang Arab Muslim, Kristen, atau Badui untuk mendaftarkan diri sebagai pasukan IDF.

Namun, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, jumlah pria dan wanita Arab Israel yang mendaftar ke IDF meningkat drastis.

"Merupakan suatu kehormatan, memegang senapan serbu di satu tangan dan Alquran di tangan lainnya, untuk membela tanah air saya, Israel" kata Sersan Emad, pemuda Arab Israel.

Seorang Arab Israel bernama Ashraf Ashkar (35), mengaku teman-temannya bertugas dalam IDF di wilayah yang mendapat serangan Hamas 7 Oktober silam.

"Saya berbicara dengan mereka sepanjang waktu, saya punya teman, seorang Arab, yang bergabung dengan cadangan minggu lalu," ungkap Ashkar, dilansir dari CNN.

Presiden Israel Izaac Herzog menyampaikan kebanggaan dan rasa salut bagi mereka yang mendaftar sebagai pasukan IDF.

Sebagian dari orang Arab Israel merasa memiliki dan setia terhadap Israel yang menjadi pendorong mereka bergabung dengan IDF.

"Karena ini adalah tanah air saya, saya adalah bagian dari negara ini dan saya ingin berkontribusi," terang Sersan Sami Heib.

"Fakta bahwa saya berasal dari kelompok minoritas mungkin menjadi alasan mengapa IDF memperlakukan saya lebih istimewa, karena mereka ingin saya merasa diterima di sini," tambah dia.

Tak hanya itu, sejumlah perwira Arab Israel juga menerima penghargaan `Pujian Pelayanan Terbaik` pada Upacara Hari Kemerdekaan` tahun lalu.

"Saya dibesarkan dengan nilai-nilai Islam, dan nilai-nilai itu mengajarkan saya bahwa kesetiaan terhadap tanah air adalah sesuatu yang sakral dan merupakan suatu kewajiban. Inilah sebabnya saya membawa senjata saya untuk membela Israel." kata Perwira Anas Safedi.

IDF disebut sangat ahli untuk menjalankan strategi perekrutan anggotanya. Salah satu misi IDF, yakni merekrut sebanyak mungkin warga Arab Israel. Pandemi Covid-19 berperan penting bagi IDF menarik hati masyarakat Arab di Israel.

"Selama pandemi, tentara IDF dikerahkan untuk mengantarkan makanan dan obat-obatan kepada orang lanjut usia dan orang sakit. Mereka mengambil bagian dalam kampanye kesadaran akan virus corona dan kemudian membantu mendirikan pusat vaksin dan sebagainya. Upaya IDF sangat dihargai oleh warga Muslim yang tinggal di desa dan kota tersebut. Bisa dibilang faktor ketakutan telah hilang, karena masyarakat dapat melihat dengan mata kepala sendiri betapa tanpa lelahnya IDF bekerja untuk menjaga seluruh penduduk Israel." ungkap pejabat senior IDF.

"Zaman telah berubah, generasi muda Arab Israel lebih sadar akan apa itu IDF dan apa yang dapat ditawarkan kepada mereka dalam hal peluang karir di angkatan bersenjata atau pendidikan lebih lanjut pasca-tentara. kehidupan. Masyarakat ingin bergabung dengan tentara untuk memperbaiki keadaan mereka dan pada saat yang sama mereka ingin berkontribusi dan memperkuat keamanan negara mereka, Israel." kata pejabat senior IDF dari Direktorat Ketenagakerjaan.

Lebih lanjut, IDF terus berupaya menjaring pasukan besar-besaran dengan cara menyebarkan undangan ke para pemuda Muslim di Israel melalui berbagai sarana media sosial.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar