Israel Disebut Terpecah saat Mantan PM Desak Netanyahu Mundur

Kamis, 16/11/2023 09:51 WIB
PM Israel Benjamin Netanyahu (Al Jazeera)

PM Israel Benjamin Netanyahu (Al Jazeera)

Jakarta, law-justice.co - Belum lama ini, mantan Perdana Menteri Israel, Yair Lapid mendesak penerusnya Benjamin Netanyahu untuk mengundurkan diri dari jabatannya menyusul agresi ke Jalur Gaza Palestina yang kian brutal.

Lapid, yang kini menjadi pemimpin oposisi Israel, menyebut Netanyahu telah kehilangan kepercayaan publik setelah pemerintah kebobolan menghadapi gempuran Hamas pada 7 Oktober lalu.

Desakan mundur yang disampaikan Lapid terhadap Netanyahu ini adalah seruan pertama yang dilontarkan pejabat tinggi Israel sejak agresi ke Jalur Gaza berlangsung.

"Netanyahu tidak bisa tetap menjadi Perdana Menteri Israel. Kita memerlukan pemerintahan untuk pemulihan nasional. Dia harus mundur sekarang," kata Lapid seperti melansir cnnindonesia.com.

"Kita tidak bisa membiarkan diri kita memiliki perdana menteri yang kehilangan kepercayaan publik, baik dari sudut pandang sosial maupun keamanan," katanya, dalam wawancara dengan Channel 12 Israel.

Menurut Lapid pemerintahan saat ini tidak benar-benar berfungsi. Justru yang melakukan berbagai hal dengan benar adalah lembaga pertahanan Israel.

"Kita perlu mengubah pemerintahan," tegasnya.

Meski demikian, Lapid juga menyebut saat ini bukan waktu yang tepat untuk menggelar pemilihan umum. Alih-alih itu, tindakan terbaik bagi Partai Likud Netanyahu adalah menggulingkan pemimpin veteran tersebut dan menggantinya dengan tokoh lain di partai tersebut.

Desakan mundur terhadap Netanyahu bukan cuma disampaikan Lapid. Sebelumnya, warga Israel juga telah melakukan unjuk rasa di luar kediaman resmi pemimpin Israel di Yerusalem. Mereka menyerukan agar Netanyahu mundur dari jabatan tersebut.

"Bibi (sapaan Netanyahu) adalah seorang pembunuh," teriak beberapa pengunjuk rasa.

Dalam survei lokal Maariv baru-baru ini, mayoritas warga Israel juga menuntut Netanyahu bertanggung jawab atas serangan milisi Hamas ke negaranya pada 7 Oktober lalu yang menewaskan lebih dari 1.200 orang.

Sebagian besar warga Israel, terutama yang tinggal di perbatasan dekat Jalur Gaza mengaku kecewa kepada pemerintah Netanyahu. Warga menilai pemerintah Netanyahu lambat melindungi dan mengevakuasi warganya dari serangan milisi Hamas.

Serangan Hamas itu menjadi pematik agresi brutal Israel ke Jalur Gaza hingga hari ini.

Pada 4 November lalu, ratusan pedemo turun ke jalan kompleks kediaman PM menuntut Netanyahu mundur dari jabatannya.

Para pedemo juga mendesak Netanyahu diseret ke penjara gegara dianggap tak becus menjaga keamanan usai kebobolan serangan Hamas.

 

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar