Tubuh Wanita Ini Digerogoti Luka Bernanah usai Suntik Bakar Lemak

Selasa, 24/10/2023 17:05 WIB
Foto: TikTok @beatriz.amma.

Foto: TikTok @beatriz.amma.

Jakarta, law-justice.co - Seorang influencer kebugaran di Los Angeles, Amerika Serikat, mengalami kondisi yang mengerikan pasca melakukan suntik vitamin pembakar lemak. Niat hati ingin membakar lemak, ia malah mengalami `penyakit pemakan daging` di tubuhnya.

Kejadian ini dialami Beatriz Amma (26). Ia mengaku sudah menghabiskan 800 Dollar AS (Rp 12,7 juta) untuk menerima suntikan B1 dan C yang dicampur dengan asam deoksikolat. Awalnya, prosedur itu ia jalani untuk `membakar lemak` di tubuhnya.

Sejauh ini, ia sudah menerima sebanyak 60 suntikan vitamin pembakar lemak tersebut. Ada 10 suntikan di lengan, 20 suntikan di punggung, dan 20 suntikan di perut.

Namun, beberapa hari setelahnya Beatriz Amma melihat ada bekas luka di kulitnya. Tepatnya di area sekitar suntikan tersebut.

"Beberapa hari kemudian saya menemukan bekas luka muncul di kulit. Seluruh tubuh saya mulai memakan dirinya sendiri hidup-hidup," ucap Amma dikutip dari NY Post, Selasa 24 Oktober 2023.

Amma langsung memeriksakan kondisinya ke dokter. Dikutip dari Daily Mail, dokter menemukan bahwa Amma menderita nekrosis, yaitu kondisi kematian jaringan tubuh akibat infeksi.

Infeksi tersebut yang mengakibatkan munculnya lesi kulit bernanah dan menyakitkan. Dokter menjelaskan bahwa kondisi yang dialaminya itu akibat suntikan asam deoksikolat yang tidak tepat.

Dari hasil tes, infeksi tersebut disebabkan oleh abses Mycobacterium abscessus. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), bakteri itu umumnya ditemukan di air, tanah, dan debu yang bisa mencemari peralatan medis.

Orang yang menerima suntikan tanpa didesinfeksi kulitnya berisiko terkena mycobacterium abscessus, yang merupakan satu keluarga bakteri yang sama dengan bakteri penyebab tuberkulosis dan kusta.

"Gejalanya berupa bisul berisi nanah, demam, menggigil, dan nyeri otot. Tes darah atau sampel yang diambil dari daerah yang terinfeksi diperlukan untuk memastikan infeksi tersebut," kata CDC.***

(Tim Liputan News\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar