Kegalauan Partai Demokrat Mencari Tempat Berlabuhnya

Rabu, 06/09/2023 13:08 WIB
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono didampingi kader partai menyampaikan keterangan kepada wartawan saat konferensi pers di DPP Partai Demokrat, Jakarta, Senin (4/9/2023). Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengajak para kader untuk sabar, ikhlas dan, `move on` setelah pihaknya menarik dukungan terhadap Anies Baswedan dan mengatakan tentang kemungkinan untuk mencari koalisi lain. Robinsar Nainggolan

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono didampingi kader partai menyampaikan keterangan kepada wartawan saat konferensi pers di DPP Partai Demokrat, Jakarta, Senin (4/9/2023). Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengajak para kader untuk sabar, ikhlas dan, `move on` setelah pihaknya menarik dukungan terhadap Anies Baswedan dan mengatakan tentang kemungkinan untuk mencari koalisi lain. Robinsar Nainggolan

Jakarta, law-justice.co - Ramainya pembicaraan soal munculnya pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin), menyusul hengkangnya Partai Demokrat dari Koalisi Perubahan dan Perbaikan (KKP), telah memantik banyak pertanyaan seputar nasib  partai ini ke depannya.

Yang jelas merasa kecewa dan marah berlama lama tidak ada gunanya. Partai demokrat harus segera bersikap menentukan arah politik kedepannya. Meski kemanapun partai demokrat akhirnya memutuskan tempat berlabuhnya, akan ada plus minusnya disana. Lalu pilihan mana yang paling realistis untuk partai demokrat manjatuhkan pilihan koalisinya ?

Plus Minus

Paska “cerai” dengan Anies Baswedan, AHY telah mengajak kader Demokrat untuk membuka lembaran baru ke depannya."Harus segera move on. Hari ini kami keluarga Partai Demokrat dengan besar hati dan kerendahan hati menyatakan move on dan siap menyongsong peluang-peluang baik di depan," katanya seperti dikutip media

Partai Demokrat memang harus menyudahi drama dengan Nasdem dan Anies serta dinamika di internal KKP.Partai Demokrat harus sigap mengingat masa pendaftaran bakal capres-cawapres tidak lama lagi akan tiba.Bila terlambat menentukan pilihan politik, partai Demokrat bisa  kembali kehilangan momentum sebagaimana 2 pilpres sebelumnya.

Sebagai tindaklanjut membuka lembaran barunya, partai demokrat kabarnya telah melakukan komunikasi dengan partai politik selain pendukung bakal calon presiden Anies Baswedan dan bakal calon wakil presiden Muhaimin Iskandar yang diangggp telah “mengkhianatinya”. AHY memastikan Demokrat pasti akan bergabung dengan koalisi lain untuk menyongsong Pemilu dan Pilpres 2024.

Menurutnya, untuk posisi terkini dari Partai Demokrat adalah membuka pintu komunikasi dengan partai manapun juga.Meski begitu, AHY belum memberikan keterangan secara pasti terkait kemana arah koalisinya

Dalam rangka mencari mitra baru koalisi ini tentu saja partai demokrat harus cermat melakukan kalkulasi politiknya agar tidak merasa dirugikan nantinya. Karena salah masuk koalisi bisa berakibat buruk bagi masa depan partainya. Dalam hal ini ada plus minus yang patut dipertimbangkan oleh partai Demokrat sebelum menentukan pilihannya.

Bila partai demokrat akhirnya bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mengusung Prabowo Subianto sebagai capresnya maka keuntungannya adalah bahwa antara AYH dan Prabowo masih sama-sama keluarga besar purnawirawan tentara. Pak Prabowo jenderal, SBY juga sama jenderal sehingga ada hubungan emosional disana. Karena masih satu atap satu rumah, jadi masih bisa ketemu visi perjuangannya.

Selain itu elektabilitas Prabowo masih lebih unggul dari para pesaingnya, yakni Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Hal itu diketahui dari sejumlah hasil jajak pendapat yang dilakukan berbagai lembaga survei seperti yang di ekspose oleh media.

Dengan modal keunggulan elektabilitas itu maka kerja Partai Demokrat relatif lebih mudah jika ikut mengusung Prabowo sebagai bakal Capres-nya. Lagi pula dukungan Demokrat untuk Prabowo ini sebelumnya juga pernah diberikan pada Pemilu 2019 meskipun belum bisa menang sebagaimana harapan mereka

Kerugiannya kalau merapat ke kubu Prabowo,maka mereka tidak bisa lagi mensyaratkan AHY sebagai bakal cawapresnya.Sebab di kubu Prabowosudah dihuni Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN).Baik PAN maupun Golkar juga menyodorkan jagoan masing-masing buat dipasangkan sebagai bakal cawapres Prabowo. Golkar mengajukan sang Ketua Umum Airlangga Hartarto dan PAN menjagokan Erick Thohir yang juga dikenal dekat dengan Nahdlatul Ulama.

Dengan komposisi sebagaimana disebutkan diatas, kehadiran partai demokrat ke kubu Prabowo akan membuat peran dari partai ini cenderung dikerdilkan karena selain datang belakangan, formasi yang ada sudah terisi penuh oleh partai yang lebih dahulu menjadi anggota koalisi KIM.

Pada sisi lain, dukungan Demokrat ke Prabowo ini akan bertolak belakang dengan narasi perubahan yang diusung oleh mereka. Ini artinya partai Demokrat harus mengubah tagline juga, karena Prabowo tidak mengusung isu perubahan melainkan ingin melanjutkan kepemimpinan Jokowi yang sekarang berkuasa.

Lalu bagaimana peluang jika partai demokrat berkoalisi dengan PDIP dan PPP yang mengusung Ganjar Pranowo sebagai Capresnya ?. Peluang ini sangat terbuka apalagi AHY dan Puan Maharani pernah berkomunikasi untuk penjajagan kemungkinan koalisi antara keduanya.

Dengan berkoalisi dengan PDIP-PPP, demokrat akan di untungkan karena beberapa hal, diantaranya peluang AHY untuk menjadi Cawapres masih terbuka mengingat AHY pernah disebut Puan sebagai salah satu kandidat cawapres pendamping Ganjar Pranowo.Memang, hal ini belum tentu bisa terwujud jika Demokrat merapat ke PDI-P tetapi peluangnya lebih terbuka dibandingkan dengan jika Demokrat merapat ke koalisi  Prabowo.

Selain itu keuntungan lain seperti dinyatakan  oleh Direktur SCL Taktika Konsultan, Iqbal Themi dimana diantaranya  :

Pertama, keuntungan politik. Partai Demokrat jadi lebih punya peluang memenangkan Pilpres 2024. Mengingat elektabilitas Ganjar yang masih lebih unggul dari Prabowo dan Anies."Jika berujung kemenangan, bukan hal mustahil Demokrat ikut mendapat bagian kue politik, Pos menteri misalnya. Ini keuntungan politik yang prospektif bagi masa depan elektoral partai Demokrat. Sehingga bisa kembali diperhitungkan secara serius," jelasnya.

Kedua, keuntungan secara publik. Dia menyatakan PDIP dan Demokrat akan sama-sama mendapat apresiasi positif oleh publik secara luas.Karena selama hampir 20 tahun terakhir, dalam dinamika kompetisi politik nasional, PDIP dan Demokrat belum pernah berada dalam satu poros koalisi.

"Maka jika PDIP dan Demokrat berkoalisi, ini akan memberikan pembelajaran politik yang baik bagi publik. Sekaligus menjadi wajah baru dalam dinamika politik kepartaian kita ke depan untuk saling membuka diri mengutamakan persatuan," tegasnya.

Ketiga, keuntungan konstruktif. Iqbal menjelaskan, koalisi antara PDIP dan Demokrat, bisa menjadi pintu gerbang rekonsiliasi politik dua tokoh pemimpin bangsa, yakni Megawati Soekarnoputri dan Pak Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY.

“Karena membaiknya hubungan politik Bu Mega dan Pak SBY, akan menjadi oase politik yang menyejukan sekaligus bisa membawa suasana politik nasional kita menjadi lebih cair dan penuh riang gembira sebagaimana menjadi harapan masyarakat Indonesia sejak lama," kata dia seperti dikutip media.

Namun untuk mewujudkan impian merapatnya partai Demokrat ke PDI-P, bukan satu jalan yang mudah tentunya. Mengingat “perseteruan” lama antara SBY dan Mega akibat terjadinya peristiwa politik dimasa lalu yang masih membekas dihati keduanya. Lagi pula sejauh ini  partai Demokrat dalam sejarahnya belum pernah berada satu barisan koalisi dengan PDI-P sehingga memunculkan sikap “kecanggungan” disana.

Pilihan selanjutnya bagi partai demokrat adalah dengan tidak bergabung kemana mana melainkan berstrategi untuk membentuk poros sendiri bersama dengan partai lain yang sejalan dengan partainya. Hal ini dimungkinkan karena dinamika politik masih sangat terbuka.

Jika kita menyimak pidato Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pada Jumat (1/9/2023) lalu menyatakan ada kemungkinan mereka akan mencari mitra koalisi baru.

Mencari mitra koalisi baru bisa bermakna tidak harus bergabung kepada koalisi yang sudah ada melainkan membentuk poros baru sehingga akan ada poros ke empat yang masih kosong posisi Capres dan Cawapresnya.

Poros baru bisa terbentuk kalau misalnya partai Demokrat , PKS dan PPP bergabung menjadi satu mengusung kandidat baru diluar kandidat yang sudah ada. Dalam sidang Majelis Tinggi Partai Demokrat beberapa waktu yang  lalu, SBY sempat menyinggung soal itu.

SBY menyebut terdapat seorang menteri di Kabinet Indonesia Maju yang mendekati Demokrat untuk membentuk koalisi.Tanpa menyebut nama menteri itu, masyarakat dinilai sudah mengetahui sosok yang dimaksud adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.

Apalagi SBY juga menyebut kalimat kunci yakni apa yang dilakukan Sandiaga sudah sepengetahuan Pak Lurah, yang diduga merujuk kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).Akan tetapi, Demokrat dinilai harus bisa meyakinkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) buat mengikuti langkah mereka.

Jika Demokrat memang bisa membangun poros baru maka akan membuka peluang kontestasi pemilihan presiden 2024 diikuti oleh 4 pasangan calon. Hal itu juga baik bagi pemilih karena diberikan alternatif beragam dalam pemilihan presiden 2024, setelah di pemilihan presiden 2014 dan 2019 disuguhkan dua pasangan calon saja.

Dengan adanya poros baru, masing masing anggota koalisi akan bisa menentukan sendiri siapa yang akan menjadi Capres dan cawapresnya. Mereka juga bisa berembuk untuk menentukan visi-misi dan agenda bersama yang bisa jadi berbeda dengan koalisi yang sudah ada.

Tetapi pembentukan koalisi baru tentu saja tidak mudah karena akan membutuhkan banyak sumberdaya bukan hanya pemikiran tetapi juga, tenaga dan biaya. Tidak mudah muntuk membuat partai partai bersepakat mengusung Capres dan Cawapres baru yang masih minim elektabilitasnya. Apalagi kalau peluang menangnya kecil  maka lebih realistis untuk bergabung pada koalisi yang sudah ada.

Pilihan terakhir bagi partai demokrat adalah balik kucing untuk kembali kepada KKP yang sudah ditinggalkannya.Potensi demokrat untuk kembali ke KPP bukan suatu yang mustahil terjadi meskipun langkah ini mungkin akan dianggap sebagai upaya mundur yang agak “hina”. Maklum karena sebelumnya sudah marah marah tidak terima dengan perlakuan yang diterimanya.

Tetapi tidak ada salahnya juga untuk kembali dengan alasan, kemaren keluar dari KKP karena emosi sesaat saja. Setelah melakukan kontemplasi dan permenungan akhirnya memutuskan untuk kembali kepangkuan KKP mengusung tema perubahan dan perbaikan sebagaimana rencana semula.

Kalau ini terjadi, publik juga akan mengapresiasi partai demokrat karena telah berlapang dada untuk tidak sekadar mengejar posisi saja tetapi demi kepentingan bersama yaitu terjadinya perubahan dan perbaikan demi bangsa dan negara.

Kemana Berlabuh ?

Setiap partai tentunya mempunyai strategi masing masing yang pada intinya adalah dapat memegang kekuasaan sebanyak sebanyaknya tak terkecuali partai demokrat yang diketahui mengincar posisi sebagai Cawapres atau calon orang kedua di Indonesia.

Itulah sebabnya menduetkan Anies -- AHY seakan sangat pas dan cocok untuk Partai Demokrat dan itu menjadi impian mereka. Dengan dipasangkannya Anies dan AHY sebenarnya kepentingan Partai demokrat bukan cuma pada kemenangan Anies semata tetapi juga pada upaya peningkatan suara Partai demokrat sendiri serta nama AHY yang akan terus menerus menggema sepanjang masa kampanye kalau keduanya menjadi pasangan nantinya.

Tetapi semua rencana dan skenario itu  buyar tinggal kenangan setelah Anies ternyata berpasangan dengan Cak Imin yang tidak disangka sangka sebelumnya. Ibarat sebuah kapal, partai Demokrat kini memang  telah melepaskan tali pengikat dari dermaga yang selama ini dijadikan tempat berlabuhnya. Meski harus menyimpan sejuta kemarahan, biduk Demokrat harus kembali ke laut lepas untuk kemudian menentukan arah pelabuhan baru mana yang bakal ditujunya. Memandang pelabuhan lain yang lebih menjanjikan bagi partai dan kadernya.

Dalam urusan pelabuhan ini, dua koalisi yang ada sama-sama menjanjikan karena ada plus dan minusnya. Dan dipastikan keduanya akan wellcome dengan kahadiran partai Demokrat karena berarti akan ada tambahana kekuatan baru bagi mereka . Sebab bagaimanapun juga partai demokrat mempunyai basis massa yang cukup besar untuk menambah koleksi suara bagi koalisi lain yang dihinggapinya.

Hari hari ke depan ini publik tentu penasaran dan menunggu nunggu kira kira kemana partai demokrat akan menentukan pilihannya. Apakah akan berlabuh pada koalisi yang sudah ada, balik kucing ke koalisi yang lama  atau membentuk koalisi baru diluar koalisi yang sudah ada.

Untuk menentukan pilihan memang bukan jalan yang mudah karena masing masing memang ada plus dan minusnya. Sebagai insan yang beragama, selain usaha dzahir tidak ada salahnya elite partai demokrat berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa meminta petunjukNya.

Bagi mereka yang beragama islam, bisa sholat istikharah untuk memantapkan pilihannya. Agar supaya pilihanya kelak benar benar sesuai dengan semangat spiritual dan tidak sekadar itung itungan yang sifatnya keduniawian belaka. Kita tunggu saja keputusan mereka.

(Tim Liputan News\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar