Ada yang Disebut Kanibal, Ini 5 Diktator Afrika yang Terkenal Beringas

Jum'at, 18/08/2023 09:30 WIB
Militer klaim telah merebut pemerintahan Niger setelah paspampres menahan Presiden Mohamed Bazoum dalam upaya kudeta. (AFP)

Militer klaim telah merebut pemerintahan Niger setelah paspampres menahan Presiden Mohamed Bazoum dalam upaya kudeta. (AFP)

Jakarta, law-justice.co - Setelah kudeta kembali terjadi di Negara Niger, Afrika belakangan ini menjadi sorotan.

Pemimpin pasukan pengamanan presiden (paspamres) Niger menahan dan mengudeta Presiden Mohamed Bazoum pada 26 Juli lalu.

Negara-negara di Afrika kerap didera kudeta. Sejak 2010, telah terjadi lebih dari 40 kudeta dan percobaan kudeta di Benua Hitam.

Sebagian besar pergantian kekuasaan di negara-negara Afrika juga terjadi melalui kudeta yang kerap berakhir dikuasai oleh kepemimpinan yang diktator, di mana kekuasaan absolut dipegang sang pemimpin yang kerap bertindak semena-mena untuk mempertahankan jabatan.

Berikut lima pemimpin diktator yang pernah atau masih memimpin negara di Afrika dan dianggap sebagai pemimpin terburuk di benua tersebut seperti melansir cnnindonesia.com:

1. Robert Mugabe, Eks Presiden Zimbabwe

Mendiang presiden yang berkuasa selama lebih dari 30 tahun lebih itu dipandang sebagian orang merupakan pahlawan revolusioner yang vokal melawan penindasan rasial dan menentang imperialisme serta neo-kolonialisme Barat.

Namun, sebagian lainnya memandang Mugabe sebagai diktator jahat yang harus berakhir di penjara semasa hidupnya atas kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran hak asasi manusia yang berlangsung selama masa kepemimpinannya.

Semasa memimpin, presiden yang terkenal rasis itu kerap menindas orang kulit putih di Zimbabwe dengan berbagai cara.

Selama berkuasa, Mugabe juga menindas brutal lawan politiknya, dan membangun budaya impunitas untuk dirinya sendiri dan kroni-kroninya.

"Sementara menyebut dirinya sebagai penyelamat Zimbabwe, Robert Mugabe menimbulkan kerusakan abadi pada rakyatnya dan reputasinya," kata Muleya Mwananyanda, Wakil Direktur Regional Amnesty International untuk Afrika Selatan.

Sekitar 1980-an, Mugabe melancarkan penumpasan militer terhadap oposisi hingga menewaskan sekitar 20 ribu orang di Provinsi Matabeleland dan Midlands. Sebagian besar korban tewas itu merupakan warga sipil tak bersenjata.

Selama masa-masa pemilu, lawan politik Mugabe kerap mengalami intimidasi, penyiksaan, pelecehan, hingga kematian. Beberapa musuh politik Mugabe bahkan hilang tanpa jejak.

2. Omar Al-Bashir, Eks Presiden Sudan

Al-Bashir merebut kekuasaan pada 1989 melalui kudeta militer terhadap pemerintahan Perdana Menteri Sadiq al-Mahdi, sebuah pemerintahan yang dipilih secara demokratis.

Segera setelah merebut kekuasaan, Al-Bashir membubarkan semua partai politik di Sudan, membubarkan parlemen negara itu, dan menutup semua media milik swasta.

Dikutip Forbes, pemerintahannya ditandai dengan perang saudara di mana lebih dari satu juta orang terbunuh, sementara beberapa juta lainnya mengungsi.

Al-Bashir juga menjadi buron Pengadilan Kriminal Internasional karena menghasut kejahatan terhadap kemanusiaan, khususnya dalam menyulut tindakan kekerasan terhadap Sudan Selatan.

Terkenal korup, bocoran dari WikiLeaks mengungkapkan bahwa Al-Bashir kemungkinan mencuri sekitar US$9 miliar dana negaranya dan memasukkan ke rekening pribadinya di Inggris.

3. Idi Amin, Presiden Uganda

Idi Amin dikenal sebagai "Penjagal Uganda". Meski hanya berkuasa selama delapan tahun, Amin dikenal sebagai diktaktor paling brutal di Afrika.

Selama kepemimpinannya, Amin dilaporkan telah membantai lebih dari 300 ribu warga sipil.

Amin berkuasa setelah menggulingkan pemerintahan terpilih Milton Obote, perdana menteri pertama Ugada, pada Januari 1971.

Padahal, Amin merupakan bagian dari aliansi Obote di awal pemerintahan yang baru lepas dari kekuasaan Inggris itu.

Amin melancarkan serangan kudeta pada 25 Januari 1971 dan mengirim eks sekutunya itu ke pengasingan.

Begitu berkuasa, Amin memulai eksekusi massal terhadap Acholi dan Lango, suku Kristen yang setia pada Obote dan karenanya dianggap sebagai ancaman.

Amin juga mulai meneror masyarakat melalui berbagai pasukan keamanan internal yang tujuan utamanya, untuk menghilangkan mereka yang menentang rezimnya.

Sejumlah legenda populer bahkan mengklaim Amin terlibat dalam ritual darah dan kanibalisme.

Sumber yang lebih otoritatif menunjukkan, dia menderita hipomania, suatu bentuk depresi manik yang ditandai dengan perilaku irasional dan ledakan emosi.

4. Jean-badel Bokassa, Eks Presiden Afrika Tengah

Publik dan media menyebut Bokassa sebagai diktator paling brutal di Afrika lantaran dituduh seorang yang kanibal.

Didukung Prancis, Bokassa berkuasa melalui kudeta pada 1965 dan memimpin dengan tangan besi.

Dikutip The Guardian, Bokassa memproklamirkan dirinya sendiri sebagai Kaisar Afrika Tengah pada 1976 dan digulingkan pada 1979.

Bokassa terkenal brutal lantaran kerap membunuh musuhnya tanpa ampun. Sebelum dibunuh, musuh-musuhnya kerap disiksa dengan memotong kupingnya.

Tudingan kanibal terhadap Bokassa mencuat akibat sebuah majalah Prancis merilis sejumlah foto yang memperlihatkan kulkas di rumah sang presiden berisi daging-daging manusia yang telah dibekukan.

Majalah tersebut juga mengklaim kalau Bokassa kerap memasak bagian tubuh jasad musuhnya dan menyajikannya kepada tamu asing atau menjadi pakan singa dan buaya di kebun binatang pribadinya.

Meski begitu, tuduhan kanibalisme ini tidak pernah benar-benar terbukti dan diselidiki secara hukum. Bokassa akhirnya dilengserkan pada 1979 dan divonis hukuman mati akibat pembunuhan dan kejahatan lainnya. Namun, pada 1993, Presiden Andre Kolingba membebaskannya.

Bokassa menghabiskan hari-harinya terakhirnya di vilanya di Bangui dan meninggal dunia karena serangan jantung pada 1996 dalam usia 75 tahun.

5. Teodoro Obiang Nguema Mbasogo, Presiden Guinea Ekuatorial

Teodoro Obiang Nguema Mbasogo adalah pemimpin terlama di Afrika. Dia telah memerintah negara Afrika Barat kaya minyak ini sejak Agustus 1979. Mbasogo berkuasa usai menggulingkan pamannya, Francisco Macías Nguema, dalam kudeta berdarah.

Guinea Ekuatorial adalah salah satu penghasil minyak terbesar di benua Afrika dan memiliki salah satu pendapatan per kapita tertinggi di dunia, tetapi ini tidak serta merta berarti kemakmuran bagi rakyatnya.

Peringkat negara ini sangat buruk dalam indeks pembangunan manusia PBB; sebagian besar orang Guinea Ekuatorial hampir tidak memiliki akses terhadap air minum bersih.

Negara ini juga memiliki salah satu tingkat kematian balita tertinggi di dunia, di mana sekitar 20% anak meninggal sebelum usia lima tahun.

Banyak dari 80% anak yang tersisa tidak memiliki akses ke fasilitas pendidikan dan kesehatan yang berkualitas.

Sementara itu, putra pertama presiden, Teodorin Obiang (yang akan menggantikan ayahnya), menghabiskan jutaan dolar dana negara untuk membiayai gaya hidupnya yang mewah seperti properti mewah di Malibu, jet Gulfstream, memorabilia Michael Jackson, dan koleksi mobil mewah.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar