Bentrokan Besar di Tripoli, Bandara Utama Ditutup Total

Selasa, 15/08/2023 15:39 WIB
Anggota Tentara Nasional Libya (LNA), yang dikomando oleh Khalifa Haftar, berpose untuk foto saat mereka keluar dari Benghazi untuk memperkuat pasukan masuk ke Tripoli, di Benghazi, Libya, Minggu (7/4/2019). ANTARA/Reuters

Anggota Tentara Nasional Libya (LNA), yang dikomando oleh Khalifa Haftar, berpose untuk foto saat mereka keluar dari Benghazi untuk memperkuat pasukan masuk ke Tripoli, di Benghazi, Libya, Minggu (7/4/2019). ANTARA/Reuters

Jakarta, law-justice.co - Bentrokan sengit terjadi di ibu kota Libya, Tripoli pada Senin 14 Agustus 2023 malam waktu setempat, yang menyebabkan kekacauan di kota tersebut.

Menurut laporan dari penduduk setempat, suara tembakan terdengar selama berjam-jam, dalam bentrokan yang dipicu penangkapan seorang komandan faksi bersenjata yang kuat oleh pasukan lawan.

Berdasarkan laporan yang dikutip Al Arabiya pada Selasa 15 Agustus 2023, kepala brigade 444, Mahmoud Hamza, yang menguasai sebagian besar Tripoli, ditahan di bandara Mitiga oleh Pasukan Pencegahan Khusus.

Penahanan itu telah memicu bentrokan sengit antara dua faksi yang bertikai, yang membuat penerbangan menuju bandara utama Tripoli ditangguhkan.

"Semua penerbangan ke dan dari bandara telah diarahkan ke Misrata, yang terletak 180 km (110 mil) di sebelah timur," kata media lokal Libya.

Sebuah rekaman video yang beredar secara online memperlihatkan kebakaran merajalela di sekitar gedung apartemen, sementara suara tembakan terdengar di latar belakang.

Wartawan dari Reuters yang berada di dekat tempat bentrokan melaporkan bahwa orang-orang bersenjata telah menutup jalan utama di wilayah Ain Zara, di mana insiden ini terjadi.

Bentrokan ini disebut menjadi yang terparah dalam berbulan-bulan terakhir di Tripoli, dan memperburuk keadaan di ibu kota yang telah lama dilanda konflik.

Sejak 2014 lalu, Tripoli telah menjadi medan pertempuran antara dua faksi bersenjata yang memiliki pengaruh kuat di ibu kota, meskipun peperangan besar telah dihentikan sejak gencatan senjata pada tahun 2020.

Namun, situasi politik yang bergejolak belum menunjukkan tanda-tanda penyelesaian jangka panjang di negara tersebut.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar