Ketika Ekonomi Indonesia Pernah Lumpuh Karena Gerhana Matahari

Kamis, 20/04/2023 12:03 WIB
Gerhana Matahari Cincin atau Parsial terjadi ketika Bulan berada segaris dengan Bumi dan Matahari bisa kita lihat di di Planetarium Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Kamis (26/12), serta Bulan berada pada titik terjauh dengan Bumi. Robinsar Nainggolan

Gerhana Matahari Cincin atau Parsial terjadi ketika Bulan berada segaris dengan Bumi dan Matahari bisa kita lihat di di Planetarium Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Kamis (26/12), serta Bulan berada pada titik terjauh dengan Bumi. Robinsar Nainggolan

Jakarta, law-justice.co - Pada 11 Juni 1983 lalu, aktivitas ekonomi Indonesia dilaporkan pernah lumpuh karena fenomena gerhana matahari total (GMT). Pasalnya, kala itu, warga memilih untuk berdiam di dalam rumah.

Seperti dilansir dari Detik yang mengutip laporan Harian Berita Buana, selama gerhana terjadi, kota-kota yang mengalami fenomena alam itu seperti kota mati. Padahal, Menteri Penerangan Harmoko saat itu mengimbau agar kegiatan sehari-hari berjalan seperti biasa.

Hanya saja, pemerintahan Soeharto itu melarang masyarakat melihat gerhana total secara langsung atau dengan mata telanjang.

Saat gerhana, pasar-pasar di Jakarta dilaporkan sepi seperti di Pasar Tanah Abang, Pasar Jatinegara dan Pasar Senen. Bahkan, penjual sayuran keliling juga sulit ditemukan.

Tak hanya di Ibu Kota, pemandangan serupa juga terjadi di Semarang dan Salatiga. Rumah makan, warung rokok, dan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) memiliki tutup.

Terminal bus di berbagai kota juga lengang. Selama gerhana, beberapa jadwal perjalanan kereta ditunda. Bandara di seluruh Indonesia juga ditutup 30 menit karena gerhana dapat mengganggu penerbangan, terutama saat lepas landas dan mendarat.

Ribuan nelayan di Cilacap, Jawa Tengah pun takut melaut karena khawatir matanya buta jika tak sengaja melihat langsung gerhana.

Sejumlah pabrik juga meliburkan karyawan yang bekerja di luar ruangan saat gerhana. Sebanyak delapan pabrik gula di Jawa Tengah merugi karena harus menghentikan operasi saat masuk musim giling.

Salah satunya, PG Cepiring di Kendal mengaku rugi Rp 500 ribu per jam saat itu lantaran pemotongan tebu terhenti. Sekitar 1.300 pekerja pemotong tebu yang bekerja di luar ruangan diliburkan.

Gerhana matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara bumi dan matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya matahari di langit bumi.

Siang ini, (Kamis 20/4), gerhana matahari hibrida diperkirakan terjadi. Fenomena ini berbentuk gerhana matahari total, gerhana matahari sebagian, dan gerhana matahari cincin tergantung daerah pengamatannya.

Sebagian besar gerhana ini dapat disaksikan di wilayah timur RI, dan sebagian lainnya tersebar di wilayah Jawa dan Sumatera.

Gerhana matahari total bakal terjadi di sejumlah wilayah Indonesia bagian timur antara pukul 13.00 sampai 14.00 WIT.

Wilayah-wilayah itu adalah Pulau Kisar, Pulau Maopora, Pulau Damar, Pulau Watubela, Kampung Antalisa (Fakfak), Randepandai, Roswar, Pulau Num, Wooi, Serui, dan Biak Kota.

Sementara itu, daerah yang terkena gerhana matahari sebagian yaitu daerah Yogyakarta, Jayapura,dan Medan.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar