Kemenkes Diminta Tak Gagap Hadapi Cacar Monyet

Jum'at, 29/07/2022 12:46 WIB
Kasus cacar monyet (pikiran rakyat)

Kasus cacar monyet (pikiran rakyat)

Jakarta, law-justice.co - Kasus cacar monyet sudah muncu di beberapa negara tetangga Indonesia. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia harus waspada agar tak gagap dalam menghadapinya. Hnal itu disampaikan oleh Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane.

Masdalina menyebut Kemenkes harus bisa menjelaskan penyakit tersebut secara utuh kepada masyarakat agar tak muncul stigma bahwa cacar monyet adalah panyakit kotor ataupun penyakit LGBT.

"Saya lebih concern dengan komunikasi risiko yang harus dilakukan pada masyarakat, jangan sampai terstigma menjadi penyakit `kotor`, penyakit LGBTQ, dan stigma-stigma lainnya yang menyebabkan pasien enggan mencari pertolongan atau pergi ke pelayanan kesehatan," kata Masdalina kepada CNNIndonesia.com, Rabu (27/7) malam.

Masdalina tak ingin penanganan cacar monyet ini seperti pengalaman menghadapi pandemi Covid-19 pada awal penyebaran. Menurutnya, saat itu banyak pasien maupun tenaga kesehatan yang menjadi korban perundungan.

Menurutnya, terdapat beberapa cara efektif yang dapat dilakukan pemerintah. Pertama, pemerintah menjelaskan bahwa ada penyakit bernama cacar monyet kini telah menjadi perhatian internasional.

Kemenkes, kata Masdalina juga mengingatkan semua orang yang kontak dengan kasus tersebut memiliki risiko untuk tertular. Kemudian beri tahu gejalanya hingga pencegahan.

"Bagi yang memiliki gejala di atas jangan ragu-ragu untuk datang ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk segera diobati, kontak eratnya juga harus segera melapor jika mulai timbul gejala.

Di sisi lain, Masdalina menyoroti kemampuan mendeteksi cacar monyet. Ia menyebut kemampuan mendeteksi suatu penyakit menular masih menjadi masalah besar Indonesia.

"Sistem kewaspadaan dini dan respons kita tidak terlalu sensitif mendeteksi kasus-kasus baru infeksi emerging. Ini menjadi PR besar pemerintah, untuk memperkuat kapasitas atau kemampuan mendeteksi," ujarnya.

Capacity to detect yang dimaksud bukan soal tes semata. Namun, terutama bagaimana mencari suspek yang presisi atau tepat. Ia menyebut tes yang dilakukan pada suspek jangan lagi serampangan karena tidak efisien, efektif dan menimbulkan penolakan pada masyarakat.

"Semakin cepat dideteksi, semakin besar juga kemungkinan untuk sembuhnya," katanya.

Kendati demikian, Masdalina menyebut masyarakat tak perlu khawatir lantaran penularan cacar monyet tak semudah Covid-19. Tingka virulensi wabah ini juga rendah. Namun, masyarakat harus tetap waspada dan tak perlu panik.

Sejauh ini, Masdalina berpendapat Indonesia masih belum memerlukan vaksinasi untuk cacar monyet. Menurutnya, vaksinasi dipakai apabila jumlah dan penyebaran kasus sulit terkendali.

"Apakah kita membutuhkan vaksin monkeypox, sejauh ini belum. Prioritasnya adalah temukan dulu kasus di populasi, lakukan containment atau isolasi. Jika jumlah dan penyebarannya sulit dikendalikan, baru vaksin bisa digunakan. Tapi carilah vaksin yang berkualitas," katanya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan vaksin cacar dapat memberi perlindungan dari monkeypox atau cacar monyet. Menurutnya, cacar monyet masih satu tipe dengan cacar smallpox.

Budi menyebut orang yang telah menerima vaksinasi cacar akan memiliki antibodi terhadap virus cacar dalam tubuhnya seumur hidup.

"Ini satu genus atau tipe dengan cacar yang dulu, smallpox. Jadi saya dibilangin sama para ahli, kalau kita pernah divaksin cacar, itu kalau enggak salah sampai tahun 1970an, pokoknya yang kelahiran kayak saya ini, udah lansia-lansia, itu imunitasnya ada," kata Budi saat ditemui di Hotel Raffles Jakarta, Selasa (22/7).

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar