Pandemi Makin Menggila Bukan karena Mismanajemen, Tapi Salah Manajer

Jum'at, 02/07/2021 09:11 WIB
Adhie Massardi. (foto: Tribunnews.com/Lendy Ramadhan)

Adhie Massardi. (foto: Tribunnews.com/Lendy Ramadhan)

Jakarta, law-justice.co - Pandemi di Indonesia saat ini semakin mengkhawatirkan. Di saat banyak negara memberi kelonggaran, Indonesia justru memulai pembatasan yang lebih ketat karena lonjakan kasus dan korban meninggal yang makin tinggi.

Bagi Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB), Adhie Massardi, kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia bukan lagi mismanajemen. Tapi sudah masuk kategori mismanajer.

“Ini bukan lagi mismanajemen, tapi sudah kategori salah manajer. Nggak punya skill manajemen sama sekali. Maka pandemi 2 tahun makin ancur-ancuran,” urainya lewat akun twitter pribadinya beberapa waktu lalu.

Adhie Massardi mengatakan bahwa solusi masalah itu harus langsung pada akarnya. Yaitu dengan mengganti dengan manajer baru sehingga tercipta sebuah perubahan.

“Memang harus ganti manajer untuk selesakan pandemi. Ingat, negara lain sudah banyak kemajuan. Thailand sudah buka tempat wisata. Kita?” sindirnya.

Sebelumnya, Kasatgas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengaku heran dengan sikap pemerintah yang terkejut dengan lonjakan kasus Covid-19 akhir-akhir ini. Sebab menurutnya, hal itu seharusnya sudah dibaca sebelumnya.

Tidak sedikit pakar kesehatan yang kerap memperingatkan soal bahaya penyebaran virus corona bila tidak disikapi serius. Terlebih dengan masuknya varian baru Covid-19 ke Indonesia.

"Saya tidak mengerti mengapa kita terkejut dengan jumlah kasus Covid-19 yang melonjak atau rekor kematian yang tercipta pada hari ini: 504 jiwa. Ini tak terelakkan dan sudah dibahas jauh-jauh hari," kata dia melalui akun Twitternya, Kamis (1/7/2021).

Zubairi sendiri menjadi salah satu pakar yang sudah memperingatkan bahaya varian baru Covid-19 sejak jauh-jauh hari. Bahkan berdasarkan catatan redaksi, Zubairi pernah memperingatkan publik medio Maret 2021 lalu soal mutasi corona B.1.1.7. Saat itu, ia menanggapi penurunan kasus Covid-19 di Tanah Air.

"Belum (berakhir). Jenis corona lama memang berkurang, tapi strain B.1.1.7 bertambah dan telah ditemukan di Indonesia," jelas Prof Zubairi, ketika itu, (Rabu, 3/3).

Ia kemudian mengurai mutasi corona B.1.17 yang sebelumnya muncul di Inggris tersebut. Mutasi tersebut menyebabkan shedding virus lebih intens. Artinya produksi jumlah virusnya jauh lebih banyak di saluran napas.

Kemudian pada bulan Juni lalu, Zubairi juga mengingatkan bahwa penularan varian Delta bisa terjadi dengan cepat dan bisa dengan berpapasan.

Dan benar saja, beberapa waktu belakangan, terjadi ledakan kasus Covid-19 di Indonesia yang cukup tinggi. Prof Zubairi pun pernah menyarankan agar pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan lockdown selama dua minggu.

Kini, ia berharap kepada publik untuk tidak memandang sebelah mata varian Covid-19 baru tersebut. Melalui kebijakan yang dikeluarkan pemerintah saat ini, yakni PPKM Darurat, diharapkan kasus Covid-19 bisa segera diredam.

"Saya harap tidak ada rekor-rekor lanjutan dengan berlakunya PPKM Darurat. Amin," tutupnya.

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar