Politik Pecah Belah MA-Mujiaman di Surabaya Bukti Rendahnya Etika

[INTRO]

Suasan politik jelang Pemilihan Wali Kota (Pilwakot) Surabaya semakin memanas. Kali ini giliran PDI Perjuangan yang mengusung pasangan Eri Cahyadi-Eri Armudji melemparkan ‘serangan` ke MA-Mujiaman. 

Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Syaiful Hidayat mengaku, kubu lawan terus melancarkan politik pecah belah ala Belanda. Ditambah lagi, politik sembako dan anggaran kampanye yang begitu besar.

Baca juga : Bahlil : Realisasi Investasi Kuartal I-2024 Capai Rp 401,5 Triliun

Namun, menurut Djarot, semua itu justru membuat soliditas partainya memenangkan pasangan Eri Cahyadi-Armudji semakin kuat. Dukungan masyarakat Surabaya ke pasangan nomor urut 1 penerus Risma juga makin besar.

“Jurus pemecah belah tidak efektif dan itu justru membuktikan rendahnya etika dan moralitas tim kampanye nomor 2. PDI Perjuangan makin solid," kata Djarot, Minggu (29/11).

Baca juga : Ini Isi Pertemuan Jokowi dengan PM Singapura Lee Hsien Loong

"Apa yang dilakukan mereka dengan merekrut Seno atau Jagad Hariseno adalah langkah panik, karena memang tidak punya rekam jejak unggulan. MA-Mujiaman tidak punya narasi dan program yang membawa kemajuan Kota Surabaya. Maka mereka hanya bisa menjelek-jelekkan pihak Risma, Eri dan Armudji. Lihat saja Lagu `Habisi Risma`. Yang terjadi malah arus balik dan menguatnya dukungan paslon nomor 1," tambah mantan Walikota Blitar, Wagub dan Gubernur DKI Jakarta tersebut.

Senada dengan Djarot, cucu Bung Karno, Puti Guntur Soekarno juga tidak tinggal diam. Puti mengatakan dirinya tahu persis bagaimana Ketua Umum Megawati Soekarnoputri mengambil keputusan calon wali kota Surabaya dengan hati-hati dan penuh pertimbangan. 

Baca juga : Heru Budi Sebut Penonaktifan NIK Lindungi Warga dari Kriminalitas

"Yang dikedepankan oleh Ibu Megawati adalah kepentingan rakyat Surabaya, kemajuan kotanya, dan Eri dinilai paling pantas melanjutkan kepemimpinan Risma-Wisnu. Ketika Mas Armudji, sosok senior Partai ditetapkan sebagai calon wakil, maka disitulah kepentingan masyarakat Surabaya dikedepankan," ujar Puti dengan penuh semangat.

Perempuan yang juga menjabat Anggota DPR itu melanjutkan, dirinya justru meminta seluruh simpatisan, anggota, dan kader partai untuk terus berjuang dengan penuh keyakinan bersama rakyat.

"Seluruh simpatisan, anggota, dan kader Partai jangan tolah-toleh. Tetap berjuang untuk menangkan Eri-Armudji. Jangan terpengaruh lawan. Mereka tidak percaya diri," ucap Puti.

"Saya yakin, apa yang disampaikan Saudara Sena tidak banyak pengaruhnya. Kita terus tegak lurus bersama Ibu Megawati untuk kehebatan Surabaya. Mari maju bersama PDI Perjuangan, galang kekuatan rakyat," tambahnya.

PDIP juga memantau apa yang dilakukan Tim Kampanye MA-Mujiaman, termasuk mendaur ulang wawancara Ketua DPD PDIP Jatim, Kusnadi, pada bulan Juli. Hal ini dinilai semakin menambah deretan masalah etika dan moralitas kepemimpinan paslon nomor 2 itu.

Menanggapi itu, Kusnadi menegaskan, politik segala cara telah dimainkan. Apa yang dilakukan kubu MA-Mujiaman, telah merendahkan martabat rakyat Surabaya.

"Seakan-akan bagi mereka, bahwa sepertinya pemimpin itu bisa dibeli dengan uang. Mereka lupa bahwa jurus adu domba, pamer mobil mewah, pamer logistik dan pamer lagu `Habisi Risma` adalah jurus dan strategi kampanye yang jauh dari etika dan moral politik," kata Kusnadi.