Ini Kata Pengamat Intelijen soal Serangan Buzzer Kepada Bintang Emon

Rabu, 17/06/2020 08:18 WIB
Kolase Komika Bintang Emon dan Novel Baswedan. (Intipseleb.com)

Kolase Komika Bintang Emon dan Novel Baswedan. (Intipseleb.com)

Jakarta, law-justice.co - Pengamat Intelijen dan Keamanan, Stanislaus Riyanta menyebut serangan pendengung atau buzzer terhadap Komika, Bintang Emon sengaja dilakukan untuk mengalihkan persoalan yang menjadi buah bibir masyarakat.

Meski begitu, dia tidak menjelaskan secara gamblang soal isu apa yang dimaksud. Selain itu menurut dia, tidak menutup kemungkinan kalau upaya ini adalah sebuah bentuk perlawanan.

"Jika itu buzzer bayaran bisa saja untuk mengalihkan isu, tetapi jika buzzer yang memang karena memberikan dukungan pada kelompok politik tertentu kecenderungan bukan pengalihan isu tetapi memang reaksi perlawanan," katanya seperti melansir tagar.id, Selasa, 16 Juni 2020.

Kata dia, serangan yang dilakukan sejumlah akun di media sosial itu yang menuduh Bitang Emon menggunakan narkoba merupakan tindakan yang memalukan.

Bahkan dia menyebut upaya para buzzer ini adalah racun dalam kehidupan demokrasi.

"Serangan buzzer ini sangat tidak sehat, ada di mana-mana, menyerang lawan dengan keji melalui media sosial. Buzzer ini racun demokrasi harus ditertibkan," ujarnya.

Menurut analisanya, para penyerang ini bisa saja terbentuk dari lawan politik yang tidak terima atas video kritikan Bintang Emon terkait sidang kasus penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.

Menurutnya, tidak menutup kemungkinan para buzzer ini sengaja dibayar untuk menyerang komika tersebut.

"Terlepas dari akun buzzer tersebut real, palsu atau robot. Mereka menyerang lawan politik, bisa jadi terdorong karena kubu yang didukungnya diganggu sehingga membalas gangguan tersebut, atau bisa juga mereka adalah bayaran," ungkapnya.

Dia mendesak kepada pemerintah untuk segera menindak para buzzer tersebut dan menyarankan agar Bintang Emon melaporkan para akun tersebut kepada polisi.

Pasalnya menurut dia, akun sosial media seperti itu memiliki motif yang berbeda-beda dan dapat mengganggu demokrasi.

"Pemerintah harus tegas dan menertibkan para buzzer terutama yang sudah melakukan serangan-serangan hingga ranah pribadi, korban juga harus proaktif lapor ke penegak hukum. Tapi paling penting para elit politik dan penyelenggara negara perlu membangun kesepakatan untuk berdemokrasi secara sehat dan menertibkan para pendukungnya." tutupnya.

 

 

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar