Pengunjung MRT Membludak dan Padat karena Penumpang Tak Keluar Stasiun

Kamis, 04/04/2019 07:01 WIB
Penumpang MRT Jakarta (Foto: Antara)

Penumpang MRT Jakarta (Foto: Antara)

Jakarta, law-justice.co -  PT Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta menyebut salah satu penyebab gangguan kesemrawutan dan kepadatan luar biasa, karena banyaknya penumpang tidak melakukan transaksi keluar (tap out) di stasiun tujuan.

"Misalnya dari Lebak Bulus ke Bundaran HI, banyak penumpang tidak tap out di Bundaran HI tapi langsung kembali ke Lebak Bulus. Ini jadi penyebabnya, terutama di hari libur, ketika banyak pengguna dan masih awam," kata Kepala Departemen Corporate Communication Ahmad Pratomo, dalam pesan singkatnya, di Jakarta, Rabu (3/4).

Tomo (sapaan akrab Ahmad Pratomo), mengatakan pihaknya sudah melakukan imbauan baik dengan poster atau dengan petugas di lapangan kepada para pengguna agar melakukan tap out di stasiun tujuan.

"Memang perlu intensif sosialisasinya, khususnya di hari libur karena banyak pengguna yang masih awam," ujarnya.

Selain itu, banyak para penumpang yang berpikir bahwa satu tiket MRT atau satu kartu bank bisa dipakai beberapa orang yang sesungguhnya sudah diberikan pengumuman bahwa satu kartu hanya berlaku untuk satu orang.

"Banyak yang setelah tap kartu mengoper kartunya itu ke keluarga atau teman rombongan untuk tap lagi, otomatis ini membuat gangguan di sistem, padahal sudah diberikan penjelasan oleh tim tarif bahwa saldo baru akan dipotong di stasiun tujuan," ucapnya.

Tomo juga mengakui bahwa memang sesungguhnya penumpang bisa tap in dan tap out di stasiun yang sama dan dikenakan biaya tambahan.

"Ini dia masalahnya, kalau kartunya merupakan yang sekali perjalanan, kalau mau dikenakan biaya kan harus di loket, tidak bisa motong di kartu tersebut karena saldo awalnya hanya untuk satu perjalanan, kalau dibawa ke loket juga akibatnya menimbulkan kepadatan juga," ujar Tomo.

Terlebih, kata Tomo, baik Kartu Jelajah, Jaklingko, ataupun uang elektronik bank harus satu siklus yang artinya harus tap in di stasiun keberangkatan dan tap out di stasiun tujuan.

"Lalu, kami juga kampanyekan bahwa satu kartu hanya untuk satu pengguna, dan juga tolong dipastikan dalam kartu yang akan digunakan cukup saldonya. Dengan ini ditaati, diharapkan dapat secara signifikan mengurangi antrean di gerbang penumpang," ujarnya.

Ke depannya, MRT akan memberlakukan tarif pulang-pergi maksimum (bukan maksimum seperti KRL) jika tidak melakukan tap-out di stasiun tujuan dengan tujuan meminimalisir pemanfaatan fasilitas publik ini untuk menjadi kurir.

"Tapi ini belum diberlakukan, logikanya waktu tempuh Lebak Bulus-Bundaran HI 30 menit, lalu ada orang tap in di Lebak Bulus tapi dalam dua jam baru tap out di Bundaran HI, artinya orang tersebut bisa saja pakai ke ke stasiun lain dan balik lagi, masa prilaku seperti ini mau dikenakan tarif minimum dan meminimalisir orang mau jadi kurir pake MRT," ujarnya.

Nantinya, tambah Tomo, akan ada batas waktu maksimum 30 menit untuk perjalanan terjauh Lebak Bulus-Bundaran HI dan jika melebihi, rencananya akan dikenakan dua kali tarif maksimum.

"Tapi ini masih dibahas juga dan belum diputuskan," ucap Tomo menambahkan.

MRT Jakarta mulai 1 April 2019 beroperasi secara komersial. Untuk sementara, MRT melayani rute Lebak Bulus hingga Bundaran HI yang merupakan jalur fase I dalam koridor selatan ke utara (yang akan berakhir di Kota Tua Jakarta) dengan 13 stasiun di dalamnya.

Untuk tarif, Pemprov DKI Jakarta harga termurah yang dibayar penumpang adalah Rp3.000, sementara yang termahal pada jalur tahap I ini adalah Rp14.000.

Dalam beroperasinya, kereta pertama MRT (Ratangga) berangkat dari Stasiun Lebak Bulus pada jam 05.30 WIB dan untuk kereta terakhir pemberangkatan Stasiun Bundaran HI menuju Lebak Bulus pukul 22.01 WIB.

Sebagaimana yang dilansir dari Antara, dalam dua hari pengoperasian MRT secara komersial, PT MRT Jakarta menemukan beberapa kendala salah satunya gangguan teknis pada mesin tiket dan kepadatan pengguna di pintu masuk. 

(Rois Haqiqi\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar