WHO : Invasi Israel ke Rafah Bisa Jadi Pembunuhan Massal

Sabtu, 04/05/2024 08:03 WIB
Gedung WHO (Kompas)

Gedung WHO (Kompas)

Jakarta, law-justice.co - WHO memperingatkan Israel invasi ke Rafah akan menjadi pembunuhan massal di sana. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan dampak buruk dari rencana militer Israel itu.

Ia mengatakan Rafah menjadi tempat berlindung 1,2 juta warga Palestina yang sistem kesehatannya sendiri sudah rusak. Invasi dapat meningkatkan angka kematian dan penyakit secara signifikan.

"WHO sangat prihatin operasi militer skala penuh di Rafah, Gaza, dapat menyebabkan banyak pertumpahan darah, dan semakin melemahkan sistem kesehatan yang sudah rusak," kata Tedros di X atau Twitter.

WHO juga mendetailkan dampak lebih lanjut apabila Israel benar-benar melakukan serangan darat ke Rafah. Selain kematian, invasi disebut bisa membuat jumlah pengungsi melonjak hingga semakin terbatasnya akses kehidupan warga.

"Memperburuk kepadatan penduduk, semakin membatasi akses terhadap makanan, air, layanan kesehatan dan sanitasi, yang menyebabkan meningkatnya wabah penyakit, memperburuk tingkat kelaparan, dan bertambahnya korban jiwa," pernyataan WHO.

"Sistem kesehatan yang rusak tidak akan mampu mengatasi lonjakan korban dan kematian yang disebabkan oleh serangan di Rafah."

Mereka menjelaskan tiga rumah sakit yang saat ini sebagian beroperasi di Rafah akan menjadi tidak aman untuk dijangkau pasien, staf, ambulans, dan pekerja kemanusiaan ketika permusuhan meningkat di sana.

"WHO menyerukan gencatan senjata segera dan jangka panjang serta penghapusan hambatan dalam pengiriman bantuan kemanusiaan mendesak ke dalam dan di seluruh Gaza, pada skala yang diperlukan," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Bantuan Kemanusiaan PBB Martin Griffiths menekankan akan ada "tragedi yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata" jika Israel tetap nekat melakukan invasi ke Rafah di Gaza.

"Kebenaran yang paling sederhana adalah bahwa operasi darat di Rafah akan menjadi sebuah tragedi yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tidak ada rencana kemanusiaan yang bisa melawan hal itu," ujarnya.

Semua disampaikan merespons Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menegaskan bakal melakukan serangan darat di kota Rafah dengan atau tanpa kesepakatan gencatan senjata yang disepakati dengan Hamas.

Peringatan itu disampaikan Netanyahu beberapa jam sebelum Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dijadwalkan tiba di Israel yang jadi bagian tur terbaru untuk penanganan krisis Timur Tengah.

"Kami akan memasuki Rafah dan kami akan melenyapkan batalion Hamas di sana dengan atau tanpa kesepakatan [gencatan senjata]," katanya kepada keluarga beberapa sandera yang masih ditahan di Gaza, seperti diberitakan AFP, Selasa 30 April 2024.

Serangan militer balasan Israel terhadap Hamas yang tiada henti hingga kini telah menewaskan lebih dari 34.000 orang di Gaza, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Saat ini, gencatan senjata antara Israel dengan Hamas yang ditengahi Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat. Namun, belum menemukan kata sepakat dalam diskusi yang berlangsung beberapa hari ini.***

(Tim Liputan News\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar