Laba Anjlok, Microsoft, Google, Facebook Bakal PHK Karyawan

Jum'at, 28/10/2022 05:35 WIB
Ilustrasi  industri TI (pixabay)

Ilustrasi industri TI (pixabay)

Jakarta, law-justice.co - Laba Microsoft, induk Facebook, Meta, dan induk Google, Alphabet anjlok pada kuartal III dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy). Raksasa teknologi ini pun dibayangi pemutusan hubungan kerja alias PHK.

Meta mencatatkan laba US$ 4,395 miliar, melorot dibandingkan kuartal III 2021 US$ 9,194 miliar. Pendapatan juga menurun 4% yoy menjadi US$ 27,7 miliar.

CFO Meta David Wehner mengatakan, salah satu penyebab penurunan ini yakni inflasi. Selain itu, karena investasi besar Meta di divisi metaverse, Reality Labs yang kehilangan US$ 3,672 miliar selama kuartal III.


“Ini usaha besar dan seringkali membutuhkan beberapa versi dari setiap produk sebelum menjadi mainstream,” kata CEO Meta Mark Zuckerberg dalam pertemuan dengan investor terkait laporan keuangan dikutip dari TechCrunch, Jumat (28/10/2022)

“Tetapi saya pikir pekerjaan kami di sini akan menjadi sejarah penting dan menciptakan fondasi untuk cara yang sama sekali baru, ketika orang-orang berinteraksi satu sama lain dan memadukan teknologi ke dalam kehidupan, serta fondasi untuk jangka panjang bisnis kami,” tambah dia.

Induk Google, Alphabet juga mencatatkan penurunan laba hampir 30% menjadi US$ 13,9 miliar atau sekitar Rp 216,8 triliun. Pendapatan melambat dari 41% pada kuartal III 2021 menjadi 6% tahun ini.

Hal itu karena belanja iklan online turun berkelanjutan. “Penurunan belanja online kali ini termasuk yang terlemah selain periode awal pandemi corona,” demikian dikutip dari CNBC Internasional, Jumat (28/10/2022)

Rincian pendapatan induk Google sebagai berikut:

  • Laba per saham (EPS): US$ 1,06 atau lebih rendah dibandingkan perkiraan analis Refinitiv US$ 1,25
  • Pendapatan: US$ 69,09 miliar atau lebih rendah dibandingkan perkiraan analis Refinitiv US$ 70,58 miliar
  • Pendapatan iklan YouTube: US$ 7,07 miliar atau lebih rendah dibandingkan perkiraan analis StreetAccount US$ 7,42 miliar. Pendapatan iklan YouTube turun sekitar 2% dibandingkan US$ 7,21 miliar tahun lalu.
  • Pendapatan Google Cloud: US$ 6,9 miliar atau lebih tinggi dibandingkan perkiraan analis StreetAccount US$ 6,69 miliar. Namun kerugian naik dari US$ 644 juta menjadi US$ 699 juta.
  • Biaya perolehan dari traffic atau Traffic Acquisition Costs (TAC): US$ 11,83 atau lebih rendah dibandingkan perkiraan analis StreetAccount US$ 12,38
  • Pendapatan iklan keseluruhan US$ 54,48 miliar

Sama seperti induk Google, laba Microsoft turun 14% yoy menjadi US$ 17,6 miliar. Pendapatan hanya tumbuh 11% menjadi US$ 50,1 miliar pada kuartal III.

“Terakhir kali pertumbuhan pendapatan Microsoft selambat ini adalah Kuartal I 2017. Saat itu, pertumbuahnnya hanya 12%,” demikian dikutip dari The New York Times, Rabu (26/10).

Rincian pendapatan Microsoft sebagai berikut:

  • Penjualan sistem operasi (OS) Windows yang diunduh pada komputer baru turun 15%
  • Pendapatan dari layanan komputasi awan (cloud) Azure naik 35% atau 42% tanpa fluktuasi mata uang. Ini sedikit di bawah perkiraan perusahaan.
  • Pendapatan keseluruhan untuk langganan Office 365 komersial Microsoft naik 11%

Microsoft mengatakan, perang Rusia dan Ukraina serta gejolak ekonomi di Inggris membuat dolar AS sangat kuat. Hal ini menekan pendapatan mereka US$ 2,3 miliar.

“Menghapus fluktuasi mata uang, bisnis Microsoft pun hanya tumbuh 16%,” demikian dikutip. Microsoft memperkirakan kondisi sulit ini berlangsung dalam waktu lama.

Microsoft mengumumkan PHK hampir 1.000 karyawan di seluruh dunia. Pegawai yang dipecat berasal dari berbagai posisi.

Alasannya, karena inflasi tinggi, kekhawatiran resesi, dan penurunan harga saham.

"Seperti semua perusahaan, kami mengevaluasi prioritas bisnis secara teratur, dan membuat penyesuaian struktural yang sesuai," kata Microsoft dikuti dari ABC News, akhir pekan lalu (21/10).

"Kami akan terus berinvestasi dalam bisnis dan mempekerjakan di area pertumbuhan utama di tahun depan,” tambah perusahaan.

Microsoft juga melakukan PHK terhadap kurang dari 1% dari jumlah pegawai pada Juli.

Sedangkan induk Instagram, Meta dikabakan melakukan `quiet layoffs`. Raksasa teknologi ini kabarnya sudah memulai proses ini beberapa pekan lalu.

Sumber Business Insider menyampaikan, Mark Zuckerberg meminta manajer menandai 15% karyawan yang dinilai `membutuhkan bantuan` atau performanya tidak sesuai target.

Menurut proses review pegawai Facebook, karyawan yang ‘membutuhkan bantuan’ dimasukkan ke dalam daftar `performance improvement plan` atau PIP. Mereka akan diberi waktu 30 hari untuk mencari posisi baru di dalam perusahaan atau keluar.

"Sebanyak 15% itu kemungkinan dimasukkan ke PIP dan dikeluarkan," kata salah satu anggota forum anonim Blind yang mengaku sebagai pekerja Facebook, di dikutip dari Futurism.

Namun yang pasti, Meta berencana mengurangi perekrutan pegawai baru. Jumlahnya turun dari 5.700 pada kuartal II menjadi 3.700 pada kuartal III.

"Kami memperkirakan perekrutan melambat secara dramatis ke depan dan mempertahankan jumlah karyawan secara rata-rata tahun depan dibandingkan dengan level saat ini," kata CFO Meta David Wehner.

Induk Google pun berencana mengurangi perekrutan pekerja. Perusahaan mengatakan total jumlah pegawai penuh waktu naik dari 150.028 tahun lalu menjadi 186.779.

CEO Alphabet Sundar Pichai mengatakan, penambahan jumlah karyawan pada kuartal keempat akan jauh lebih rendah daripada kuartal ketiga. “Sebab perusahaan berfokus pada memoderasi pertumbuhan biaya operasional,” ujar dia.

"Langkah kami memperlambat laju perekrutan akan menjadi lebih jelas pada 2023," kata Pichai.

 

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar