Situasi Papua Dilaporkan ke Paus di Roma, FMPK Demo Kedubes Vatikan

Sabtu, 11/12/2021 19:40 WIB
Front Mahasiswa Papua Katolik menggelar demo damai di depan kantor kedutaan besar Vatikan (Jubi)

Front Mahasiswa Papua Katolik menggelar demo damai di depan kantor kedutaan besar Vatikan (Jubi)

Papua , law-justice.co - Front Mahasiswa Papua Katolik (FMPK) menggelar demo damai di depan kantor kedutaan besar Vatikan untuk Indonesia dan Kantor Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) di Jakarta Jumat (10/12/2021)

Dikutip dari Jubi, Sabtu (11/12/2021). FMPK mendesak KWI dan Kedubes Vatikan berpihak kepada masalah umat di Papua, bukan mendukung kebijakan negara yang milisteristik di Papua.

Hal itu disampaikan Humas FMPK, Ambrosius Mulait kepada Jubi usai mengelar demontrasi damai. “Tadi, Kami demostrasi damai di depan kedubes Vatikan kemudian lanjut di KWI,”ungkapnya.

Menurut Mulait, FMKP menyampaikan beberapa aspirasi umat Papua Katolik di Papua dan seluruh dunia. Pihaknya meminta Uskup Jakarta, juga ketua KWI, Mgr Ignatius Suharyo mencabut pernyataan yang mendukung kebijakan negara yang milisteristik di -Papua.

“Sebagai warga umat Katolik Pribumi Papua mendesak, Meminta KWI Bapak Mgr Ignatius Suharyo segera mencabut statement mendukung kebijakan pemerintah atas situasi konflik Papua yang memojokkan umat Tuhan,” Mulait.

Pihaknya mempertanyakan sikap KWI terhadap seruan moral pastor pribumi dan seruan moral dewan gereja Papua atas situasi konflik kontak senjata TPNPB OPM versus TNI -POLRI di tanah Papua.

“Bagaimana sikap moral KWI, karena para pastor Katolik dan Dewan Gereja di Papua menyerukan persolan Papua harus diselesaikan dengan dialog kedua pihak,”ungkapnya.

Pihaknya sebagai umat pribumi Papua Katolik mendesak Kedubes Vatikan & KWI menyampaikan situasi konflik Papua kepada bapak pemimpin Katolik dunia, Paus Fransiskus di Vatikan.“Karena daerah konflik di Papua basis umat Katolik, misalnya Intan Jaya, Maybrat dan Pegunungan Bintang,”.

Kata dia, KWI tidak bisa membiarkan ini. Karena dalam konflik ini, bukan hanya umat yang meninggal tetapi pewarta iman di tengah masyarakat menjadi korban tindakan kekerasan negara. Misalnya, kematian Katekis Rafianus Tigai di Intan Jaya.

“Sekalipun umatnya, katekisnya tewas, Gereja Katolik diam diri. Lebih mendukung kebijakan pemerintah yang tidak peduli penderitaan umat Tuhan di Papua,”ungkapnya.

Karena pemimpin gereja Katolik keturunan migran di Papua tidak mampu menyurakan situasi umat, pihaknya kepada Paus melalui KWI dan Kedubes Vatikan meminta Uskup Orang Asli Papua ditempatkan Keuskupan Jayapura dan Timika.

“Harapan umat katolik pribumi di Papua, menginginkan kekosongan Uskup, Jayapura dan Timika harus diisi oleh pastor pribumi yang paham sosiologi umat di daerahnya,”ungkapnya.

Soleman Itlay, seorang tokoh mudah Papua Katolik mengatakan lebih baik umat Papua Katolik tidak menjadi bagian dari gereja Katolik di Indonesia karena gereja Katolik Indonesia tidak peduli dengan masalah umatnya di Papua.

“Pilihannya, kalau KWI tidak mau mengurus nasib umat gereja Katolik di Papua. Biarkan saja Umat katolik di Papua bergabung atau menjadi bagian dari gereja Katolik di Papua New Guinea, Negara-negara Melanesia atau Pasifik.”

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar