Badai Matahari Langka Berdampak Kiamat Internet, Begini Faktanya

Senin, 18/10/2021 18:10 WIB
Ilustrasi Badai Matahari (IDNews)

Ilustrasi Badai Matahari (IDNews)

Jakarta, law-justice.co - Seorang ilmuwan mengingatkan akan adanya potensi kiamat internet karena badai Matahari langka. Bagaimana itu bisa terjadi?


Potensi kiamat internet diungkapkan oleh profesor di Universitas California Irvine, Sangeetha Jyothi. Dia mengatakan kabel bawah laut internet berpotensi akan mengalami gangguan besar.

Kabel bawah laut internet bisa alami gangguan akibat badai Matahari langka karena kabel bawah laut menggunakan repeater untuk memperkuat sinyal dalam jarak jauh.

Repeater ini rentan terhadap gangguan listrik, dan jika bahkan salah satu dari mereka tidak berfungsi secara teoritis dapat meruntuhkan seluruh rute bawah laut. Berdasarkan pemodelan Sangeetha Jyothi kemungkinan terjadi dalam 20-25 tahun ke depan.


Badai matahari langka menurutnya bisa mematikan sebagian infrastruktur internet global. Selain juga menyebabkan pemadaman dalam waktu berbulan-bulan, dikutip dari Digital Trends, Senin (18/10/2021).

Informasi saja, laman Digital Trends mencatat insiden seperti itu relatif rendah. Peluangnya 1,6% hingga 12% per dekadenya. Memang tetap ada kelangkaan data karena jarang terjadi dan bisa diprediksi serta dianalisis dengan mudah oleh para ilmuwan.

Badai Matahari yang cukup signifikan terjadi tepat satu abad lalu atau 1921. Disebut sebagai New York Railroad superstorm, kejadian itu meledakkan sekering listrik dan memadamkan jalur kereta api serta sistem telegraf di bawah laut.

Kejadian 100 tahun itu memang belum memiliki teknologi modern. Jadi dampaknya pada dunia saat itu mungkin masih sangat kecil.

Tapi jika hal itu terjadi hari ini, para ilmuwan memprediksi bisa membuat 20-40 juta orang hidup tanpa listrik hingga dua tahun. Ekonomi juga pasti akan terdampak, yang mungkin mencapai triliunan dolar.

Badai Matahari dengan intensitas lebih rendah dari kejadian 1921 memang pernah terjadi. Misalnya tahun 2003, menghancurkan program antariksa Jepang.

Ada juga kejadian tahun 1967 yang hampir memulai perang nuklir karena AS percaya Rusia mengganggu sistem deteksi rudalnya. Padahal yang sebenarnya disebabkan karena Matahari.

Namun bagi profesor ilmu komputer di Institute Technology Georgia, Atlanta, Umkishore Ramchandran, kiamat internet belum tentu terjadi sebab internet pada dasarnya dibangun untuk ketahanan. Jika repeater gagal, web mampu secara otomatis mengubah rute lalu lintas melalui rute berbeda yang masih beroperasi.

"Ada cukup redundansi di inti jaringan," ujarnya. "Kegagalan semacam itu dikenali pada tingkat yang lebih tinggi dari tumpukan jaringan untuk merutekan ulang aliran di sekitar rute yang gagal."

"Paling-paling dampaknya pada kecepatan internet yang digunakan berkurang karena lonjakan kemacetan, tetapi tidak mungkin menjadi bencana."

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar