Dr. Safri Muiz, Pengamat Politik

Koalisi Ideal Pasca Vonis MK

Jakarta, law-justice.co - Pascaputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memenangkan pasangan Pilpres Joko Widodo-Ma`ruf Amin, kubu Jokowi justru tidak begitu gembira karena sampai saat ini Capres 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno belum mengakui dan tidak mengucapkan selamat atas kemenangan itu.

Beberapa hari ini rakyat diberi pertunjukan yang kurang elok, karena terlihat jelas ketakutan yang sangat mendasar dari anggota Koalisi Indonesia Kerja pendukung Jokowi, yang di satu sisi mengajak rekonsiliasi kepada pasangan 02. Akan tetapi di sisi lain koalisi Jokowi menolak Gerindra masuk dalam koalisi karena merasa terusik dan takut kehilangan pengaruh dengan datangnya kompetitor baru. Mereka dengan pongahnya menyuruh partai Gerindra menjadi oposisi murni.

Baca juga : Ini Isi Pertemuan Jokowi dengan PM Singapura Lee Hsien Loong

Partai Gerindra pun sampai detik ini belum menjawab tawaran rekonsiliasi tersebut, tapi ada benarnya Prabowo tidak langsung menerima atau menolak. Tapi beliau adalah politisi yang cerdas, beliau ingin tahu apa keinginan rakyat indonesia yang selama Pemilu 2019 yang telah mendukungnya mati-matian. Berdasarkan hitungan KPU pendukung beliau begitu besar, yaitu sekitar 70 juta. Prabowo ingin mendengar dari para kader partai Gerindra mau dibawa kemana partai yang dia dirikan ini lima tahun kedepan.

Bicara koalisi, Prabowo sudah membubarkan Koalisi Adil dan Makmur dan memberikan arahan parpol eks koalisi bebas menentukan arah kebijakan masing-masing partai. Prabowo tidak mau menyandera partai-partai selama Pemilu yang lalu dan dengan legowo memberikan ruang yang luas bagi partai PAN, PKS, dan partai Demokrat. Apalagi dua partai yaitu PAN dan Partai Demokrat, yang sudah memposisikan diri untuk diajak oleh Jokowi masuk ke dalam pemerintahan lima tahun yang akan datang.

Baca juga : Heru Budi Sebut Penonaktifan NIK Lindungi Warga dari Kriminalitas

Tapi rakyat bisa melihat koalisi yang ideal itu memang koalisi yang bertarung sebenarnya dalam kancah Pemilu yang lalu yaitu koalisi tiga partai besar dalam Pemilu 2014: dan juga Pemilu 2019 yang baru saja dilakukan. Tiga besar pemenang Pemilu adalah koalisi ideal karena koalisi ini adalah rekonsiliasi sebenarnya.

Pilihan bagi Jokowi sebagai pemenang Pemillu, untuk menyokong pemerintahannya lima tahun kedepan akan lebih mudah dan lebih elegan bila dia cukup di dukung oleh tiga partai besar. Dan itulah simbol yang nyata dukungan rakyat lewat parlemen kepada Jokowi. PDI-P, Gerindra dan Golkar, merupakan tiga partai yang pemilihnya paling besar di republik ini. Dan partai kecil-kecil  diluar tiga besar, biarlah mereka belajar menarik simpati rakyat dengan mereka berdiri bebas. Toh pemilih mereka tidak terlalu signifikan dalam Pemilu, jangan pula mereka seakan-akan adalah wakil dari rakyat Indonesia seluruhnya. Mereka harus sadar kalau ingin berkuasa, tunjukkan kinerjamu biar rakyat bisa memilihmu pada pemilu yang akan datang.

Baca juga : Soal Warung Madura dan Pembangunan Entrepreneurship di Indonesia

Jangan pula partai di bawah 10 persen ini, ingin berkuasa dan kepingin peran mereka begitu menonjol dibandingkan dengan tiga partai besar. Mereka harus sadar bahwa teriakan mereka akan terdengar cempreng, karena ada partai besar seperti Partai Gerindra, Golkar dan PDI-P. Ketiga partai ini sebenarnya yang bertarung murni dalam pemilu, bukan partai-partai penyokong tambahan tapi pingin sok berkuasa. Mereka seperti banci tampil di kancah perpolitikan nasional.

Kita sudah tahu semua bahwa Indonesia adalah negara republik yang dipimpin oleh seorang Presiden. Bentuk negara kita adalah presidensial, artinya kita tidak mengenal oposisi murni. Kita adalah negara yang bersatu kembali setelah kompetisi Pilpres berakhir. Kita akan lebih sejuk bila kedua belah pihak melakukan rekonsiliasi membangun Indonesia lima tahun ke depan. Kita adalah negara yang terdiri dari berbagai suku, dan budaya yang berbeda dan menyatu dalam sebuah negara yang kita sebut NKRI.

Bila kita setuju, maka mari kita bersatu padu, bahu membahu membangun peradaban baru kita guna mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia.

Kita sadar bahwa negara kita masih ketinggalan dari berbagai sisi dengan negara lain, oleh sebab itu mari kita fokus membangun agar rakyat Indonesia menjadi rakyat bahagia dan tidak menjadi negara yang rakyatnya menderita. Rakyat adalah kata kunci bagi sebuah negara. Bila rakyatnya bahagia maka roda pemerintahan akan berjalan dengan baik.

Kecenderungan untuk melakukan aksi makar tidak akan muncul, karena rakyat percaya bahwa pemimpin mereka adalah putra terbaik bangsa. Pemimpin mereka akan hadir pada saat mereka membutuhkan. Negara akan melindungi mereka dengan segenap daya upaya, agar rakyat bisa menikmati haknya sebagai warga negara dan warga bangsa yang bermartabat. Dan negara tidak akan membiarkan mereka hidup dalam kesusahan. Tapi negara dengan lantang menyatakan mereka hadir untuk membantu kesulitan apa yang rakyat rasakan. Kesimpulannya kalau mau rekonsiliasi dan koalisi, lakukanlah dengan good will dan sikap terbuka. Jangan dengan setengah hati, apalagi ditambah dengan berbagai aneka syarat.