Selamat dari Peristiwa G30S, Karir Jenderal Ini Berakhir Miris

Minggu, 29/09/2019 21:40 WIB
7 Pahlawan Revolusi (Tribunnews)

7 Pahlawan Revolusi (Tribunnews)

Jakarta, law-justice.co - Jenderal Ini Selamat dari Bidikan PKI Berkat Soekarno dalam peristiwa G 30 S. Namun sayang karirnya berakhir miris.

Tak banyak yang tahu, ternyata ada satu jenderal TNI yang lolos dari bidikan PKI

Nama Jenderal TNI tersebut masuk dalam daftar target PKI untuk disingkirkan, tapi ia selamat berkat perintah Soekarno.

Dilansir dari tribunnews.com, dalam artikel `Seharusnya Ada 8 Jenderal yang Akan Diculik G30S PKI, Kenapa Akhirnya Hanya 7?`, pertemuan terakhir operasi penculikan Dewan Jenderal di rumah Sjam Kamaruzzaman, di Salemba Tengah, pada Hari-H, 30 September 1965, ternyata ditentukan nama delapan jenderal TNI yang akan dijemput.

Mereka adalah Jenderal AH Nasution, Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayjen Soewondo Parman, Mayjen R. Soeprapto, Mayjen Mas Tirtodarmo Harjono, Brigjen Donald Izacus Pandjaitan, Brigjen Soetojo Siswomihardjo, dan Brigjen Ahmad Soekendro.

Seperti apa sosok Brigjen Ahmad Sukendro?

Achmad Sukendro dilahirkan di Banyumas tahun 1923.

Seperti banyak anak muda seusianya, di zaman Jepang, ia memilih mendaftar menjadi anggota PETA.

Saat revolusi, Sukendro bergabung dengan Divisi Siliwangi. Nasution yang ‘menemukannya’ segera tahu dia bukan perwira biasa.

Cara berpikir dan kemampuan analisa Sukendro di atas rata-rata perwira lainnya.

Karena itu saat Nasution menjadi KSAD, ia menarik Sukendro sebagai Asintel I KSAD.

Nyatanya, Sukendro tak mengecewakan.

Tak hanya dalam lingkup nasional saja kiprah Sukendro.

Seiring dengan tugas belajar yang diperolehnya di Amerika Serikat (AS), ia juga sukses menjalin kontak dengan CIA.

Beberapa program kerjasama TNI dan CIA, mampir lewat tangannya.

Sampai-sampai ada anggapan pada masa itu, sosok Sukendro-lah penghubung utama Nasution dan juga Achmad Yani dengan CIA.

Bahkan dalam salah satu versi skenario Gestok, karena kecerdasan dan lobi baiknya dengan CIA, Sukendro disebut-sebut sebagai salah satu orang yang layak dicurigai sebagai dalang, seperti disebut dalam buku Menguak Misteri Kekuasaan Soeharto karangan FX. Baskara Tulus Wardaya.

Jika di satu sisi dianggap sebagai dalang, sisi lain apa yang membuat Sukendro masuk dalam daftar bidikan PKI?

Sukendro termasuk sosok penting di tubuh militer. Namanya masuk dalam grup jenderal elite yang dekat dengan Nasution maupun Yani.

Grup ini aktif melakukan counter politik untuk menandingi dominasi PKI. Sepak terjang Sukendro ini tentu saja membuat PKI geram.

Bagi PKI, perwira intelektual yang satu ini sangat berbahaya.

Sayangnya, Soekarno meminta Sukendro menjadi anggota delegasi Indonesia untuk peringatan Hari Kelahiran Republik Cina, 1 Oktober 1965.

Selamatlah dia dari bidikan PKI

Selepas peristiwa itu, peran Sukendro mulai tersisih oleh kiprah Ali Moertopo.

Ia tidak bisa membendung jaring-jaring intelijen Ali Moertopo yang kemudian mempercepat keruntuhan Soekarno.

Ketika Soeharto naik ke puncak kekuasaan, bintang Sukendro praktis redup.

Dalam sebuah kursus perwira di Bandung, ia secara mengejutkan mengakui keberadaan Dewan Jenderal.

Akhirnya, Soeharto melalui Pangkopkamtib Jenderal Sumitro menggiringnya ke dalam penjara RTM Nirbaya Cimahi selama 9 bulan.

Lepas dari tahanan, Sukendro ditampung Gubernur Jateng, Supardjo Rustam. Ia diberi kepercayaan mengelola perusahaan daerah Jateng.

Meski demikian, radar Soemitro tak serta merta mendepaknya. Setiap kali terdengar ada gerakan antipemerintah, Sukendro adalah orang pertama yang didatangi Soemitro.

“Tidak ada orang intelijen yang lebih hebat daripada dia. Karena itu saya selalu mencurigainya,” kata Mitro.

Jenderal AH Nasution selamat

Selain Sukendro, Abdul Haris Nasution juga berhasil lolos dari kejaran tentara antek PKI

Dilansir dari Tribunnewswiki dalam artikel `17 AGUSTUS - Serial Pahlawan Nasional: Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution`, pada waktu itu ada tentara yang melepaskan tembakan, namun terpeleset.

Ia berhasil memanjat dinding dan terjatuh ke halaman Kedutaan irak untuk bersembunyi.

Namun akibat kejadian ini ia mengalami patah pergelangan kaki.

Meski demikian, putrinya yang bernama Ade Irma Suryani terkena tembakan dalam perstiwa ini.

Seperti diungkapkan putri sulung jenderal TNI AH Nasution, Hendrianti Sahara Nasution dalam siaran stasiun televisi TV One

Hendrianti mengaku telah menyaksikan sang adik tewas tertembak dari jarak dekat.

Dalam wawancara TV One yang dilakukan di Menteng, Jakarta Pusat tersebut, Hendrianti menceritakan bagaimana kejadian mencekam saat ayahnya didatangi oleh anggota Cakrabirawa yang merupakan antek PKI.

Kisah itu berawal pada pukul 3.30 WIB dini hari, ketika Jenderal AH Nasution dan istrinya, Johana Sunarti Nasution, terbangun dari tidur.

"Pukul 3.30 pagi, ibu saya dan ayah terbangun gara-gara nyamuk. Terdengar pintu digerebek, ibu saya melihat Cakrawabirawa masuk," ujar Hendrianti dikutip dari Bangka Pos dalam Artikel `G30S/ PKI -- Cerita Sang Kakak, Ade Irma Suryani Ditembak dari Jarak Dekat`.

Menyadari ada pasukan Cakrabirawa, istri AH Nasution menutup kembali pintu tersebut lalu mengatakan kepada suaminya, "Itu yang membunuh kamu sudah datang."

"Pintu ditutup, ditembak oleh cakrawabirawa, lalu ditahan lagi oleh ibu saya. Lalu bapak (AH Nasution) bangun dan bilang biar saya hadapi, tapi ibu bilang jangan," papar Hendrianti.

Saat kehadiran pasukan Cakrabirawa, Ade Irma tengah bersama ibu dan ayahnya, AH Nasution.

Sang ibu hendak menyelamatkan suaminya, AH Nasution, yang saat itu memang menjadi incaran.

"Ibu bilang ke adik bapak, tolong pegang Irma, karena dia harus menyelamatkan bapak. Sementara ibu beliau nangis lihat ayah ditembak," kata Hendrianti.

Adik AH Nasution pun menggendong Ade Irma Suryani, namun karena panik dan ia membuka pintu yang diberondong oleh pasukan Cakrabirawa.

"Langsung, (pasukan Cakrabirawa) menembak adik saya. Jaraknya segini (sambil menunjuk diorama tempat ditembaknya Ade Irma dalam jarak dekat)," tutur Hendrianti.

Dalam video tersebut terlihat jelas bekas tembakan di pintu, yang ditandai dengan lingkaran kuning.

"Adik saya ditembak, peluru masuk ke tangan tante saya, dan menembus ke badan adik saya," ujar Hendrianti.

Setelah Ade Irma Suryani tertembak, pintu ditutup kembali oleh Johanna Nasution.

Istri AH Nasution pun menggendong tubuh Ade Irma Suryani yang bersimbah darah, sambil mengantar A.H Nasution untuk menyelamatkan diri.

Dalam kesaksiannya, Hendrianti menjelaskan jika darah yang ditampilkan di diorama tak seperti aslinya.

Ia menyebutkan di kejadian aslinya, darah tumpah lebih banyak.

Melansir dari INTISARI, ternyata ada sekitar tiga peluru menembus punggung si kecil Ade Irma.

Setelah pasukan Cakrabirawa meninggalkan kediaman A.H Nasution, Johanna dan keluarga langsung membawa Ade yang sudah bersimbah darah ke RSPAD untuk mendapat pertolongan.

Setelah menjalani operasi, lima hari kemudian ia dipanggil sang maha kuasa.

Sekarang kediaman A.H Nasution telah dijadikan Museum Jenderal Bear AH Nasution yang berisi diorama peristiwa pada malam mencekam itu.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar