Gawat, Indonesia Resesi Tinggal Tunggu Pengumuman BPS

Jakarta, law-justice.co - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani sudah memastikan bahwa Indonesia akan mengalami resesi dalam waktu dekat. Hal itu dikarenakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III Tahun 2020 masih mengalami kontraksi, meski tak separah kuartal II.

Meski begitu, untuk mengbetahui apakah Indonesia terjun ke jurang resesi atau tidak, itu ditentukan oleh pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS). Hal itu disampaikan oleh Menteri Riset dan Teknologi Indonesia/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro.

Baca juga : Dampak Gempa Garut, Rumah-Bangunan di Sukabumi-Tasikmalaya Rusak

"Kita sudah mengalami disrupsi dalam perekonomian kita dengan tingkat cukup signifikan, karena kita bisa melihat dengan potensi resesi yang kita tinggal tunggu pengumuman BPS mengenai kinerja perekonomian kuartal III," katanya seperti dilansir dari viva.co, Rabu (23/9/2020).

Bambang menilai wajar kondisi itu terjadi, sebab pandemi COVID-19 telah mengganggu aktivitas ekonomi tradisional, yakni ketika proses transaksi barang atau jasa secara langsung terhenti karena ketakutan masyarakat untuk berinteraksi secara fisik.

Baca juga : Deretan Fakta Terbaru Kasus Dugaan Bunuh Diri Brigadir RA di Mampang

"Simpel karena kegiatan ekonomi yang konvensional terganggu akibatnya kegiatan jual beli terkoreksi turun dalam. Berujung pada turunnya daya beli karena masyarakat dan pelaku usaha banyak yang kehilangan pendapatan," tegas mantan Menteri Keuangan periode 2013-2014 itu.

Dia pun meyakini, aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat tidak akan lagi sama seperti sebelum adanya Pandemi COVID-19 ke depannya. Sebab hingga saat ini saja angka penyebaran wabah harian dikatakannya terus mengalami kenaikan begitu juga angka kematiannya.

Baca juga : Usai Ramai Keluhan Netizen, Ini 3 Instruksi Sri Mulyani ke Bea Cukai

"Harapan untuk back to the past memakan waktu lama karena wabah yang dampaknya masih tinggi penambahan hariannya dan sekarang sudah 4000-an orang dan juga tentunya tingkat kematian akibat covid ini juga ada tendensi lebih tinggi," ungkapnya.

Oleh sebab itu, Bambang menekankan tidak ada cara lain bagi masyarakat supaya tetap bisa beraktivitas adalah dengan mematuhi dan disiplin menerapkan protokol kesehatan sambil semakin memanfaatkan peranan teknologi informasi yang terus dikembangkan.

"Sampai vaksin yang benar-benar cocok ditemukan dan yang jadi obat resmi COVID dihasilkan, sampai itu terjadi mau tidak mau kita harus disiplin ikut protokol kesehatan jadi istilah back to the past kita ganti dengan back to the future," tutur Bambang.