Pertamina Rugi Rp11 T, Gerindra Desak Copot Semua Direksi & Komisaris

Jakarta, law-justice.co - Banyak kalangan mempertanyakan kinerja Dewan Direksi dan Komisaris PT Pertamina (Persero) usai dinyatakan mengalami kerugian hingga Rp 11 triliun lebih pada Semester 1 2020.

Kerugian ini pun lantas dihubungkan publik dengan pengangkatan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai Komisaris Utama Pertamina. Kinerja Ahok pun dinilai sangat jeblok dan jadi sasaran bully warganet di media sosial.

Baca juga : Ini Isi Pertemuan Jokowi dengan PM Singapura Lee Hsien Loong

Salah satunya datang dari Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Arief Poyuono.

Menurut dia, hal ini aneh mengingat Pertamina sebagai sebuah perusahaan yang minim pesaing dalam bisnis bahan bakar minyak di Indonesia.

Baca juga : Heru Budi Sebut Penonaktifan NIK Lindungi Warga dari Kriminalitas

Selain itu kata dia, Pertamina juga sebelumnya tidak mau menurunkan harga BBM saat harga minyak dunia anjlok.

"Aneh juga para Komisaris dan Direksi Pertamina ya, tidak duduk santai mengawasi perusahaan yang enggak ada saingannya dan monopoli. Enggak nurunin harga BBM saat harga crude oil rendah akibat Covid, kok bisa rugi ya?" ucap Arief Poyuono seperti melansir rmol.id, Senin 25 Agustus 2020.

Baca juga : Soal Warung Madura dan Pembangunan Entrepreneurship di Indonesia

"Ini menunjukkan kualitas para komisaris dan direksi masih below standard dalam mengelola Pertamina," tambah nya.

Karena itu, menurut Arief, kalau Pertamina dibiarkan dikelola oleh manajemen yang tidak punya kapasitas sebagai world class management, maka dipastikan Pertamina nanti akan memberatkan APBN dan mengajukan PMN ke pemerintah.

Dalam pandangan Arief, kerugian Pertamina bisa jadi akibat forward trading import crude oil dan BBM yang salah prediksi. Sehingga harga beli impor crude oil dan BBM impor harganya di atas harga yang menurun di saat pandemik Covid-19.

Selain itu, banyak negara negara importir minyak di dunia seperti China dan negara-negara Eropa menurun pertumbuhan ekonominya, yang berimbas kepada turunnya permintaan minyak yang berpengaruh terhadap harga minyak dunia.

Kedua, lanjutnya, tak kunjung dibangunnya 5 refeneri yang merupakan program andalan Jokowi hingga saat ini, karena investornya mungkin tidak siap dengan pendanaannya.

"Nah yang paling tepat sekarang Pak Joko Widodo jangan salahkan manajemen Pertamina, tapi salahkan yang melakukan penempatan mereka di Pertamina. Dan sebelum kerugian Pertamina bertumpuk, copot semua direksi dan komisaris Pertamina," demikian Arief Poyuono.