Gibran Kemungkinan Besar Lawan Kotak Kosong, Tanda Stagnasi Demokrasi

Jakarta, law-justice.co - Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menyatakan kemungkinan besar putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka bakal melawan kotak kosong di Pilkada Solo.

Pasalnya kata dia, putra sulung Presiden Jokowi ini telah didukung mayoritas partai politik disana dan hanya PKS yang tidak.

Baca juga : Kapolres Jaksel Pecat 6 Anggotanya yang Terlibat Narkoba dan Desersi

Meski begitu kata dia, kursi PKS kurang mencukupi untuk mengusung pasangan calon.

Kata dia, potensi Gibran lawan kotak kosong tanda stagnasi demokrasi yang terjadi di Indonesia.

Baca juga : Eks Bupati Kuansing Dipenjara Terkait Korupsi Bangun Hotel Rp 22 M

"Satu sisi, parpol kian tumbuh mekar, kebebasan politik makin luas, banyak yang ngaku aktivis pro demokrasi masuk partai, tapi pada saat bersamaan tak satupun yang bernyali melawan Gibran di Solo," ujarnya seperti melansir sindonews.com, Rabu 29 Juli 2020.

Kata dia, bicara demokrasi itu soal `one man one vote`, artinya setiap orang punya harga yang sama dalam pemilihan.

Baca juga : Saat Elit Partai Ogah Beroposisi, Sibuk Koalisi Cari Apa?

Tidak peduli ningrat, tak peduli anak pejabat, tak peduli rakyat biasa, semuanya nilainya sama. Menurutnya, demokrasi bukan soal siapa elite tapi soal kehendak rakyat yang biasa-biasa saja.

Analis politik asal UIN Jakarta ini mengatakan yang bikin potensial Gibran jadi calon tunggal karena parpol tak mau susah payah kerja politik menantang Gibran. Seakan jika anak presiden yang maju kontestasi politik dianggap sudah selesai.

"Padahal tak begitu juga, kalau parpol serius menantang pastinya pilkada menarik. Hakikat kekuasaan adalah rivalitas, kompetisi, dan diperjuangkan. Kekuasaan bukan hadiah yang diberikan begitu saja, mudah tanpa persaingan," tegasnya.