Virus Corona Diprediksi Jadi Bom Waktu di Indonesia, Ini 15 Faktanya

Jakarta, law-justice.co - Ada cara unik yang dilakukan di Indonesia untuk meningkatkan keberhasilan social distancing sebagai upaya menekan penyebaran virus corona. Yakni melepaskan `hantu gentayangan` di malam hari.

Tujuannya, agar warga merasa takut keluar rumah karena kekhawatiran dihantui. Hal ini, menyusul social distanding masih banyak dilanggar warga karena mereka kurang mengerti seberapa bahayanya virus mematikan itu.

Baca juga : Ini Isi Pertemuan Jokowi dengan PM Singapura Lee Hsien Loong

Penerapan social distancing ini memang menjadi PR besar bagi negara berpenduduk hampir 270 juta seperti Indonesia. Dengan tingkat kesadaran masyarakatnya yang berbeda-beda pula tentunya.

Lemahnya kesadaran social distancing ini, disebut-sebut sebagai salah satu penyebab kenapa penyebaran virus mematikan di Indonesia ini cukup masif. Bahkan dengan tingkat mortalitity 9,13 persen per hari ini, Rabu (15/04/2020).

Baca juga : Heru Budi Sebut Penonaktifan NIK Lindungi Warga dari Kriminalitas

Berdasarkan data Gugus Tugas Penanganan Virus Corona di Indonesia, per 15 April, jumlah pasien positif virus corona mencapai 5.136 orang. Sedangkan pasien meninggal mencapai 469 orang, dan pasien sembuh sebanyak 446 orang, atau lebih sedikit daripada yang meninggal.

Sementara itu, ada sebanyak 4.221 orang masih dirawat. Belum lagi, pemerintah Indonesia juga baru mengumumkan jika data orang dengan pemantauan virus mencapai 139.137 orang dan pasien dalam pemantauan sebanyak 10.482 orang.

Baca juga : Soal Warung Madura dan Pembangunan Entrepreneurship di Indonesia

Artinya, ancaman tingkat kematian masih cukup tinggi. Padahal, semula Indonesia menyatakan `kebal` virus corona sampai pada 2 Maret 2020 pemerintah mengumumkan kasus pertamanya.

Sebelumnya, para ahlii ternasional menyangsikan Indonesia tidak dihinggapi virus, melainkan belum ada kasus akibat terlalu sedikit pengujian yang dilakukan.

Sekarang, kondisi justru jauh berbeda dari 2 bulan lalu. Indonesia bisa dikatakan memiliki kematian COVID-19 terbanyak di negara Asia di luar China. Ini merujuk pada data di atas.

Tidak terdeteksinya jumlah kasus virus corona di Indonesia beberapa waktu lalu juga telah mendapatkan banyak kritikan. Hingga akhirnya Presiden Indonesia Joko Widodo mengakui bahwa pemerintahnya menahan informasi data sebenarnya, untuk menghindari kepanikan masyarakat.

Sejak kasus pertama muncul, barulah pencegahan dan upaya mulai dilakukan. Termasuk imbauan social distancing, anjuran tidak mudik, pembebasan 30.000 tahanan, hingga yang terbaru dikeluarkannya Permenkes soal Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Lantas, mengapa Indonesia menjadi negara dengan tingkat kematian Covid-19 terbanyak? Ini menurut analisa yang dilansir dari Insider.com:

1. Kemungkinan paling besar, karena Indonesia mendapat kunjungan jutaan turis asing setiap tahun, termasuk puluhan ribu dari Wuhan, China, pusat penyebaran penyakit tersebut.

Menurut data, Indonesia adalah salah satu dari 10 tujuan teratas untuk orang-orang dari Wuhan. Antara Desember 2018 dan November 2019, tercatat sebanyak 98.700 orang dari Wuhan berkunjung ke Indonesia.

2. Ukuran Indonesia yang luas dan terdiri dari 17.000 pulau dengan 8.000 di antaranya berpenduduk. Selain itu masih banyak daerah-daerah terpencil yang menempatkannya dalam posisi yang tidak biasa dibandingkan dengan sebagian besar negara. Artinya, kesulitan akses membuat penanganan juga sulit dilakukan.

3. Negara ini juga memiliki tingkat perokok pria tertinggi di dunia, sekitar 68 persen. Merokok juga menjadi salah satu dsri lima penyebab utama kematian. Ini berarti orang di Indonesia rentan terhadap virus corona, karena merokok memengaruhi kondisi kesehatan paru-paru.

4. Pada 31 Januari, sebuah surat kabar Australia Sydney Morning Herald mengungkapkan bahwa Indonesia tidak memiliki peralatan pengujian khususnya bahan kimia yang diperlukan untuk mendeteksi virus corona.

5.Sistem perawatan kesehatan Indonesia juga belum siap. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, pada 2017 Indonesia memiliki empat dokter untuk setiap 10.000 orang. Sedangkan Italia yang juga mencatat kematian cukup tinggi saja memiliki sepuluh kali lipat dari angka itu.

Selain itu, ketersediaan tempat tidur di rumah sakit yang hanya secara rasio hanya tersedia 1 untuk setiap 1.000 orang. Sedangkan Korea Selatan memiliki sebelas kali lebih banyak, sementara China memiliki empat kali lebih banyak.

6.Ketika China memberlakukan tindakan karantina yang ketat, Indonesia memilih sebaliknya. Meskipun penerbangan dari China dihentikan pada 5 Februari.

7. Hingga akhir Februari, Indonesia belum juga menemukan satu kasuspun. Alasannya, menurut Terawan Agus Putranto, Menteri Kesehatan Indonesia, adalah tuhan. "Kami berutang kepada Tuhan. Itu karena doa kami,".

8.Pada 2 Maret, Indonesia mengkonfirmasi infeksi pertamanya. Meski demikian, Joko Widodo menolak untuk mengunci negaranya. Sebaliknya, pemerintah memutuskan menghentikan sementara ekspor masker wajah dan pembersih untuk kebutuhan dalam negeri.

9.Pada 14 Maret, presiden mengakui pemerintah menahan informasi tentang virus corona karena "tidak ingin menimbulkan kepanikan."

10.Hingga 20 Maret, Indonesia memiliki 369 kasus. Selama seminggu, muncul kekhawatiran tentang kurangnya alat pelindung diri (APD) untuk petugas kesehatan. Bahkan banyak tenaga medis hanya mengenakan jas hujan. Hingga pada 10 April, tercatat ada 26 dokter telah meninggal karena virus corona.

11. Pada akhir Maret, sebuah penelitian yang dirilis oleh Pusat Pemodelan Matematika Penyakit Menular di London memperkirakan bahwa hanya 2% dari infeksi virus corona di Indonesia yang dilaporkan, yang berarti ada 89.000 kasus.

12. Pada 31 Maret, karena kapasitas lembaga pemasyarakatan yang berlebihan mencapai 270.386 tahanan atau dua kali kapasitas resminya, pemerintah menyatakan akan membebaskan 30.000 tahanan lebih awal. Widodo juga menyatakan darurat kesehatan masyarakat nasional, tetapi tidak lockdown.

13. Pada bulan April, karakter hantu muncul untuk meningkatkan kewaspadaan social distancing. Pada malam hari sukarelawan akan memainkan peran `pocong,`` untuk memaksa orang tinggal di rumah untuk menghentikan penyebaran virus corona.

14. Perubahan mencolok hanya dalam waktu sebulan. Pada tanggal 7 April, Putranto, Menteri Kesehatan, akhirnya mengizinkan otoritas Jakarta untuk memberlakukan tindakan yang lebih keras, termasuk menutup sekolah, tempat kerja, dan acara keagamaan, setidaknya selama dua minggu. Ini kemudian dilegalkan dalam Permenkes soal PSBB.

15.Sekarang, Indonesia memiliki 5,136 kasus yang dikonfirmasi dan 469 kematian. Bahkan jika pengujian terus ditingkatkan, dan pembatasan diikuti, Indonesia masih harus menghadapi tantangan mudik jelang hari raya, yang berkaitan dengan migrasi internal tahunan.

Pada 2019 saja, sekitar 18 juta orang dari Indonesia melakukan perjalanan mudik. Jika itu berlanjut pada bulan Mei nanti, akan sulit membayangkan bagaimana wabah ini bisa diredam. (Bisnis.com).