Cegah Corona,Prancis Larang Aksi yang Sering Dilakukan Orang Indonesia

Jakarta, law-justice.co - Penyebaran virus corona yang begitu masif mengancam semua negara di dunia, tak terkecuali Prancis. Untuk mencegah penyebaran virus asal China ini, pemerintah Prancis melarang semua pertemuan publik tertutup yang dihadiri lebih dari 5.000 orang. Pemerintah juga melarang saling menyapa dengan cium pipi seperti yang sering dilakukan orang Indonesia.

Kebijakan itu disampaikan Menteri Kesehatan Pracis Olivier Veran setelah melakukan pertemuan khusus pada Sabtu 28 Februari yang berfokus membahas virus korona atau covid-19.

Baca juga : Perhatian, Mulai Hari Ini Vaksin Covid Tidak Lagi Gratis

Olivier Veran sebelumnya juga merekomendasikan agar warga orang tidak saling berjabat tangan.

Sementara itu, pembatasan pertemuan tertutup berdampak langsung pada pameran properti selama empat hari di Cannes ditunda.

Baca juga : Menko PMK Buka Peluang Biaya Perawatan Covid-19 Gunakan BPJS

Veran mengatakan acara luar ruangan yang menghadirkan banyak orang juga bisa dibatalkan.

Pada Sabtu, Prancis melaporkan total 73 orang yang terinfeksi virus korona, naik dari 57 pada hari Jumat. Sebanyak 59 orang tetap dirawat di rumah sakit, dua telah meninggal dan 12 telah pulih, kata Menteri Veran.

Baca juga : Sekitar 13 Ribu Kematian Covid Terjadi di China dalam Sepekan

Virus korona juga berdampak pada penutupan Museum Louvre di Paris. Antrean terlihat di depan piramid ikonik Louvre di tengah hujan yang turun, tetapi pintu museum tetap tertutup.

Menurut keterangan seorang perwakilan staf pekerja yang dilansir BBC, staf di Louvre, museum yang paling banyak dikunjungi di dunia, memilih "hampir dengan suara bulat" untuk tidak dibuka pada Minggu, 1 Maret 2020.

"Pertemuan itu diatur untuk membahas keprihatinan staf," kata Pejabat Serikat Staf, Christian Galani kepada AFP. Dia menambahkan perwakilan manajemen tidak dapat meyakinkan pekerja untuk pergi bekerja.

"Louvre adalah ruang terbatas yang menampung lebih dari 5.000 orang per hari," kata Galani. "Ada kepedulian yang nyata di pihak staf."

Sejauh ini masih belum jelas kapan museum itu dapat dibuka kembali. (wartaekonomi)