Riset Endocrine Society (ENDO) 2019

Sering Makan Terlambat? Hati-Hati Risiko Obesitas Menanti Anda

law-justice.co - Kebiasaan makan terlambat ternyata daepat memicu obesitas.  Hal ini terungkap dalam sebuah studi terbaru yang dipresentasikan dalam pertemuan rutin Endocrine Society (ENDO) 2019 yang dihelat di New Orlenas, Los Angeles, AS, pada Sabtu (23/3).

Menurut Adnin Zaman, M.D. dari Universitas Colorado yang terlibat dalam penelitian ini, riset-riset terdahulu memang  telah memperlihatkan kebiasaan makan terlambat atau tidur terlalu larut berkait dengan bertambahnya massa tubuh. Namun hanya sedikit penelitian  yang mengaitkan kebiasaan  makan dan tidur terlambat pada orang dewasa dapat memicu obesitas. Selain itu, masih belum jelas apakah makan terlambat menyebabkan waktu tidur yang lebih pendek atau kenaikan berat badan.

Baca juga : RI Tertinggal 20 Tahun dari Malaysia soal Produksi Minyak Makan Merah

Untuk itu, studi terbaru ini dilakukan.  Sebanyak 31 orang dewasa, sebagian besar adalah perempuan yang rata-rata berusia 36 tahun diamati selama satu minggu. Para partisipan ini  terlibat dalam program penurunan berat badan untuk membadingkan pembatasan kalori harian dan pengaturan tempo makan yang diizinkan hanya pada rentang waktu tertentu.

Dalam prosesnya, peneliti  menggunakan tiga jenis perangkat teknologi yang wajib dikenakan para partisipan selama riset berlangsung. Tujuannya  untuk merekam berbagai aktivitas partisipan, seperti tidur, aktivitas fisik, dan pola makan.

Baca juga : BRIN: Hak Angket Maju Mundur karena Parpol Tersandera oleh Jokowi

Perangkat pertama digunakan adalah activPAL. Alat ini dikenakan pada bagian paha untuk mengukur berapa lama aktivitas fisik baik dalam keadaan diam atau bergerak dilakukan. 

Selain itu, mereka juga mengenakan perangkat Actiwatch, semacam jam tangan untuk  mengukur pola bangun dan tidur. Mereka juga diminta untuk menggunakan aplikasi gawai bernama MealLogger yang mampu mengambil gambar dan menandai seluruh makan berat dan ringan yang dikonsumsi sepanjang hari.

Baca juga : Bulan Maret IKN Berpotensi Banjir, BRIN: Jangan Kaget IKN Terendam!

Melalui pengukuran yang dilakukan melalui alat-alat ini, para peneliti menemukan rerata waktu makan yang mencapai 11 jam per hari dan tempo tidur malam selama 7 jam.  Selain itu, para partisipan yang makan dan tidur terlambat, cenderung menghabiskan waktu istirahat yang sama dengan orang-orang yang makan lebih awal.

Meskipun begitu, terdapat perbedaan antara orang yang biasa makan dan tidur teratur dan yang terlambat. Dalam penelitian ini disebutkan, mereka yang makan terlambat cenderung memiliki indeks masa dan lembak tubuh yang lebih tinggi. Artinya para partisipan selama ini mengalam kenaikan berat badan.

“Kami menggunakan sebuah metode terbaru untuk memperlihatkan bahwa orang-orang dengan berat badan berlebih kemungkinan besar kerap makan terlambat.  Temuan ini mendukung hasil studi secara keseluruhan, yang menunjukkan pembatasan waktu makan dalam sehari dapat mengurangi risiko obesitas,” kata Adnin.

Melalui hasil penelitian ini, ia berharap ke depan penggunaan alat-alat elektronik dan aplikasi di gawai tidak hanya dapat memonitor tubuh dalam waktu terntetu. Sebaliknya, proses pengamatan dapat dilakukan lebih panjang hingga 24 jam agar proses pengamatan, pencegahan, dan pencegahan terhadap obesitas dapat dilakukan secara komprehensif. (news-medical)