Kaitan Pusaran Tragedi Kanjuruhan dan Kolega Ferdy Sambo (1)

Jakarta, law-justice.co - Nama Kapolda Jawa Timur Nico Afinta menjadi sorotan dalam beberapa waktu belakangan. Hal ini seiring sosoknya yang berada dalam pusaran tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur yang menewaskan 131 orang.

Nico awalnya menyatakan penggunaan gas air mata di stadion tersebut telah sesuai prosedur. Padahal pemakaian gas air mata tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 19 aturan keamanan FIFA.

Baca juga : Keluarga Korban Tak Ingin Tragedi Kanjuruhan Dijual Jadi Isu 5 Tahunan

Belakangan, ia memutuskan untuk meminta maaf karena pengamanan di Kanjuruhan berujung lebih dari 100 orang meninggal. "Saya pihatin sekaligus meminta maaf," saat menjenguk korban di rumah Sakit Saiful Anwar, Selasa (6/10) dikutip dari Antara, Kamis (6/10/2022)


Namun nama Nico sebelumnya telah beberapa kali disinggung tahun ini. Ia sebelumnya diduga turut memuluskan skenario kawannya, Ferdy Sambo untuk melobi senior di kepolisian agar tak mengusut kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat.

Baca juga : Dari Kasus Sambo, Wadas hingga Kanjuruhan, AS Soroti Masalah HAM RI

Nico merupakan polisi kelahiran Surabaya pada 30 April 1971. Ia menjalani pendidikan dasar hingga menengah di kota tersebut dan melanjutkan ke Akademi Kepolisian.

Usai lulus pada 1992, ia lalu ditempatkan di Polda Jawa Tengah sebagai Samapta Poltabes Semarang hingga 1994. Setelah itu dia menjadi Kepala Unit Poltabes Semarang.

Baca juga : Satu Tahun Tragedi Kanjuruhan, Ini Tiga Catatan Penting Komnas HAM

Tahun 1997, Nico bertugas ke luar negeri sebagai bagian dari pasukan perdamaian XIV di Bosnia-Herzegovina. Pulang pada 1998, dia lalu menjadi Kapolsek Metro Ciputat hingga 2000.

Setelah itu karirnya terus meningkat dengan menjadi Kanit Ekonomi Ditreskrim Polda Jateng pada 2003, Wakil Kasat Reskrim Polwiltabes Semarang pada 2004, Kasubdit V/Ranmor Ditreskrimum Polda Metro Jaya pada 2006, hingga Wadirreskrimum Polda Metro Jaya pada 2011.


Dua tahun kemudian Nico bertugas sebagai Kapolrestabes Medan hingga 2013. Usai menduduki beberapa posisi, ia lalu kembali ke DKI sebagai Dirresnarkoba Polda Metro Jaya pada 2016, Dirreskrimum Polda Metro Jaya setahun kemudian, hingga Kepala Biro Pembinaan dan Operasional Bareskrim pada 2018.

Ia lalu menjadi Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri dengan pangkat Brigjen pada 2019. Di tahun yang sama, Nico juga menjadi Sahlisospol Kapolri.

Setahun berselang dia akhirnya menjadi Kapolda Kalimantan Selatan. Di tahun yang sama, Nico kembali ke Pulau Jawa sebagai Kapolda Jatim.

Ia juga merupakan bagian dari Satgasus Merah Putih yang dibentuk oleh Jenderal Pol. Tito Karnavian pada 2017. Tujuannya untuk menangani dan membongkar kasus besar.

Saat itu, Nico bersama Kombes Pol. Herry Heryawan membongkar kasus penyelundupan 1 ton sabu di bekas bangunan Hotel Mandalika, Anyer pada 2017. Adapun salah satu pimpinan Satgas ini adalah Ferdy Sambo.

Meski menuai banyak prestasi, Satgas ini juga dicibir karena dianggap terlalu eksklusif. Komisi hukum Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sempat mempertanyakan langkah Tito yang membentuk tim khusus tersebut.

Ujungnya, tim tersebut dibubarkan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo usai Ferdy Sambo tersandung kasus pembunuhan Yosua Hutabarat.