Gate 13, Saksi Bisu Ratusan Nyawa Melayang di Kanjuruhan

Malang, Jawa Timur, law-justice.co - Kondisi pintu atau gate Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, terus menjadi sorotan usai tragedi kerusuhan maut menewaskan 131 orang pada Sabtu malam, 1 Oktober 2022 lalu. Pintu pada stadion itu dituding sebagai penyebab banyaknya penonton yang tewas terjebak.

Pada Selasa 4 Oktober 2022 lalu, Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo, menilai pintu di Stadion Kanjuruhan sangat sempit, khususnya pada pintu di tribun ekonomi. Diakuinya, pintu tersebut hanya cukup digunakan untuk dua orang saja.

Baca juga : Keluarga Korban Tak Ingin Tragedi Kanjuruhan Dijual Jadi Isu 5 Tahunan

"Sempit sekali, kapasitas dua orang tapi yang keluar itu ratusan orang. Terjadilah himpit-himpitan disitu," katanya.


Pintu atau Gate 13 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Baca juga : Dari Kasus Sambo, Wadas hingga Kanjuruhan, AS Soroti Masalah HAM RI

Ada enam pintu yang menjadi titik fokus penyelidikan polisi. Yakni, pada pintu atau gate 3, 9, 10, 11, 12 dan 13. Polisi juga telah memeriksa kamera CCTV yang terpasang di enam titik pintu tribun ekonomi tersebut.

"(Pintu) tidak tertutup, tapi kecil itu. Karena kapasitas pintu di kelas ekonomi itu kapasitasnya untuk dua orang. Di mana terjadi kepanikan, pada saat keluar itu langsung ratusan orang, berbondong-bondong, mengakibatkan banyaknya jatuh korban," ungkapnya.

Baca juga : Satu Tahun Tragedi Kanjuruhan, Ini Tiga Catatan Penting Komnas HAM

Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemarin berkunjung ke Stadion Kanjuruhan, pada Rabu 5 Oktober 2022. Usai kunjungan, Jokowi juga menyoroti kondisi pintu di stadion tersebut.

"Saya melihat, bahwa problemnya ada di pintu yang terkunci dan juga tangga yang terlalu tajam, ditambah kepanikan yang ada. Tapi itu saya hanya melihat lapangannya, nanti semuanya akan disimpulkan oleh tim gabungan independen pencari fakta," katanya.

Kondisi gate 13 terlihat berbeda dengan gate yang lain. Tampak banyak bunga berwarna-warni bertaburan di depan pintu warna biru itu.

Sejumlah poster ditempelkan di pintu tersebut. Coretan `Selamat Jalan Saudaraku 01-10-2022` tertulis di samping pintu. Selain itu, juga terdapat sejumlah atribut khas suporter Arema FC, Aremania, yang diletakkan.

Pintu atau Gate 13 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Kondisi pintu itu tampak dalam keadaan rusak dan menggelembung ke arah luar stadion. Di samping pintu yang hanya cukup untuk dua orang itu, juga terdapat dinding yang dalam kondisi jebol.

Beberapa pihak menyebutkan bahwa banyak korban berjatuhan di gate 13 saat tragedi kelam malam 1 Oktober itu. Kini, pintu itu banyak dikunjungi oleh sejumlah masyarakat. Mereka datang untuk mendoakan korban.

Dirham, 17, salah seorang warga yang berkunjung ke gate 13, mengatakan, salah satu rekannya menjadi salah satu korban meninggal pada Tragedi Stadion Kanjuruhan. Ia sengaja datang ke gate 13 untuk mendoakan mendiang temannya.

"Saya bersama teman-teman datang kesini, ada satu teman yang meninggal. Ini kami doa bersama untuk dia, dan semua korban yang meninggal dalam peristiwa itu," katanya, Rabu 5 Oktober 2022.

Dirham, mengaku, ia juga ikut menonton pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya sebelum tragedi terjadi. Saat itu, ia tidak menyangka aparat keamanan bakal menembakan gas air mata ke arah tribun gate 13.

"Saya tidak mengira kalau mau menembak ke atas (ke arah tribun). Saya kira mau nembak (gas air mata) ke bawah (area settle ban). Ya akhirnya sama teman-teman berpencar (menyelamatkan diri)," jelasnya.

Beruntung, Dirham dapat selamat dari peristiwa itu di antara sejumlah suporter lainnya yang harus meregang nyawa. Oleh karena itu, ia berharap agar peristiwa ini dapat segera diusut tuntas.

"Terus memiliki kemanusiaan lah sedikit, kan ada di video (beredar) yang jalan biasa terus ditendang, dipukul itu seperti nggak ada harga dirinya. Di tribun kondusif kenapa ditembak gas air mata, di tribun gak ada yang ricuh, tau tau ditembakin," ungkapnya.

Sementara itu, salah satu pedagang di ruko Stadion Kanjuruhan, Awang Kartadiningrat, mengatakan, usai tragedi Stadion Kanjuruhan banyak masyarakat yang datang ke stadion. Mereka datang untuk mendoakan korban yang telah tiada akibat tragedi kemanusiaan itu.

"Sejak awal tragedi di Stadion Kanjuruhan sampai sekarang itu masyarakat terus berdatangan untuk tabur bunga di bawah monumen Singa Tegar Jawara," katanya.

Awang menambahkan, masyarakat juga tak sedikit yang mendatangi gate 13 untuk melakukan tabur bunga. Sebagian di antaranya pun membaca doa.

"Setiap hari banyak berdatangan untuk tabur bunga dan kirim doa di depan pintu gate 13. Rencannaya doa bersama dan tahlil itu dilaksanakan sampai 7 hari," imbuhnya.