Peter Gontha Bongkar `Borok` Garuda Indonesia: Saya Dimusuhi `MEREKA`!

Jakarta, law-justice.co - Mantan Komisaris PT Garuda Indonesia tbk, Peter Gontha lewat akun instagram pribadinya mengaku siap membongkar `borok` yang terjadi di dalam maskapai penerbangan kebanggaan Indonesia tersebut.

Seperti diketahui, PT Garuda Indonesia tbk terjerat utang menggunung yang mencapai Rp70 triliun.

Baca juga : Ada 3 Bank Bangkrut Bulan April dari Total 12 yang Tutup Tahun ini

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pun menolak upaya penyelamatan dengan suntikan dana dari Penyertaan Modal Negara (PMN).

Menurut perwakilan dari Kementerian BUMN, jika PMN, akan sangat banyak kebutuhan anggaran untuk Garuda Indonesia.

Baca juga : DPR RI Tolak Normalisasi Indonesia-Israel

Oleh karena itu, Kementerian yang dipimpin Erick Thohir tersebut lebih memfokuskan usaha penyelamatan krisis Garuda lewat negosasi dengan para lessor terkait utang dalam menyewa pesawat selama ini.

Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga juga menyebut bahwa sejak masa lalu, manajemen Garuda dinilai tidak beres dalam hal penyewaan pesawat.

Baca juga : Berkas Lidik Korupsi SYL Bocor, KPK Bakal Lacak Pelakunya

Hal itu adalah karena harga yang dipatok Lessor ke Garuda tercatat paling tinggi di dunia, yakni mencapai 60 persen. Alhasil, kondisi itu membebani kinerja keuangan perseroan.

Pernyataan itu pun tampaknya dibenarkan oleh Peter Gontha selaku sosok yang turut menyaksikan `kekacauan` di dalam Garuda Indonesia.

Peter juga mengungkapan bagaimana dirinya ditudu memperlambat atau mempersulit pencairan PMN untuk Garuda Indonesia.

"Pada tanggal 27 Desember 2020 yang lalu, pada waktu saya tengah berlibur di Bali, saya dituduh memperlambat atau mempersulit pencairan uang PMN (penyertaan modal negara) pada Garuda," tutur Peter Gontha, Kamis, 28 Oktober 2021 lewat akun Instagram @petergontha.

Dia secara gamblang menyebut pernah dipaksa untuk menyetujui penarikan PNM sebesar Rp1 triliun, dari total Rp7 triliun yang dijanjikan.

"Saya dipaksa menyetujui penarikan Rp1 triliun dari Rp7 triliun yang dijanjikan. Saya akhirnya tandatangan, tetapi saya tahu itu sama dengan buang garam di laut," ujar Peter Gontha.

Padahal, sejak awal tahun 2020 lalu, dia menegaskan bahwa satu-satunya jalan untuk menyelamatkan Garuda Indonesia dalah melakukan negosiasi dengan para lessor asing.

"Sejak Februari 2020, saya sudah katakan satu-satunya jalan adalan NEGO dengan para lessor asing yang semena-mena memberi kredit pada Garuda selama 2012-2016 yang juga saya tentang," kata Peter Gontha.

Akan tetapi, pihak direksi tidak ada yang mau mendengar dan membuatnya dimusuhi sejak saat itu.

"Direksi tidak ada yang mau mendengar, DATA JEJAK DIGITALNYA ada pada saya, di situ pun saya dimusuhi," ujar Peter Gontha.

Oleh karena itu, dia meminta untuk berhenti dari jabatannya sebagai salah satu petinggi di Garuda Indonesia, karena dianggap selalu menghambat dan terlalu keras.

"Saya minta berhenti bulan Februari 2021 karena saya tidak ada guna, saya di garuda dan masih digaji terus dan dianggap selalu menghambat dan terlalu keras. Sekarang kita harus tanggung kebodohan-kebodohan itu," kata Peter Gontha.

Dia juga menyebutkan bahwa tulisannya ini akan menjadikan dirinya tambah dibenci di kalangan `mereka`, tetapi dia tidak peduli karena Menteri Keuangan dan Presiden memiliki pendapat yang sama dengannya.

"Dan tulisan ini akan menjadikan saya tambah dibenci di kalangan `MEREKA`, tapi untung ibu SMI (Sri Mulyani Indrawati) dan Presiden mengatakan yang sama, kasih uang PMN ke Garuda sama dengan buang garam ke laut. Saya menulis status ini dengan tanggung jawab di saya yang sebesar-besarnya," tutur Peter Gontha.

 

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram

Sebuah kiriman dibagikan oleh Peter Gontha (@petergontha)