Gawat! WHO Sebut Dunia saat Ini Berada di Titik Kritis Pandemi

law-justice.co - Badan Kesehatan Dunia (WHO) membawa kabar buruk. Lembaga itu menyebut pandemi virus corona (Covid-19) tumbuh secara eksponensial.

Penumbuhan eksponensial merujuk ke kenaikan jumlah kasus per hari yang memiliki faktor bersifat konstan atau mendekati. Ini mengindikasikan jumlah kasus membludak tinggi di luar ekspektasi.

Baca juga : Hakiim MK Sentil Ketua KPU Izin Keluar Sidang Sengketa Pileg

"Kita berada di titik kritis pandemi," kata Kepala Teknis WHO Maria Van Kerkhove, dikutip dari CNBC International.

"Ini bukanlah situasi yang kami inginkan terjadi dalam 16 bulan, di mana kita telah membuktikan sejumlah langkah-langkah pengendalian."

Baca juga : PTUN Minta PDIP Perbaiki Petitum, Sidang Dilanjut 16 Mei

Pernyatannya bukan tanpa dasar. WHO mencatat kasus corona di seluruh dunia naik 9%, peningkatan mingguan ketujuh berturu-turut. Angka kematian juga melonjak 5%.

"Kita perlu memeriksa kenyataan tentang apa yang perlu kita lakukan ... Vaksin dan vaksinasi memang tengah dilakukan tapi belum di menyeluruh di seluruh bagian di dunia."

Baca juga : Kasus Mayat dalam Koper di Bekasi, Pelaku Sempat Setubuhi Korban

Ia pun meminta pemerintah seluruh dunia menerapkan langkah-langkah keamanan, sesuai protokol kesehatan.

Apalagi, sejumlah negara ternyata kini tetap melonggarkan pembatasan meski kasus baru setiap minggu, delapan kali lebih tinggi, dari angka di 2020.

Sebelumnya peringatan sudah disampaikan ahli WHO lain, Kepala Program Darurat Kesehatan Dr. Mike Ryan. Ia mendesak warga untuk tetap menggunakan masker dan menerapkan aturan jarak sosial sembari vaksinasi berjalan.

"Virus ini lebih kuat, lebih cepat dengan munculnya varian baru yang menyebar lebih mudah dan lebih mematikan daripada strain virus asli," tegasnya.

"Kita masih berjuang meski tahu muak dengan penguncian yang ketat."

Corona India Melejit, Varian Inggris Merajalela di AS

Salah satu negara yang kini mengalami peningkatan signifikan terkait corona adalah India. Negara, sumber farmasi dunia itu, kini mengambil alih posisi Brasil sebagai negara dengan kasus corona terbanyak secara global di bawah Amerika Serikat (AS).

Hal ini membuat negara tersebut membatasi vaksin yang dibuat dipabriknya AstraZeneca. Minggu (11/4/2021), India juga membuat larangan ekspor obat corona Remdesivir.

Obat tersebut sebenarnya diproduksi perusahaan AS Gilead. Namun tujuh perusahaan India mendapat lisensi untuk memproduksi dengan kapasitas 3,9 juta per bulan, untuk distribusi lokal dan ekspor ke 100 negara.

Remdisivir sendiri adalah obat antivirus yang telah diizinkan badan obat-obatan AS, FDA, dan dianggap potensial untuk membantu mengobati infeksi corona. Terutama bagi pasien berat dan kritis.

Di AS, varian Inggris B.1.1.7 yang "ganas" adalah jenis yang paling sering ditemui. "Rumah sakit juga mengalami peningkatan jumlah orang muda yang dirawat," tegas Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Dr Rochelle Walensky.