Pandji Sebut 2 Ormas Islam Besar Elitis, NU & Muhammadiyah Buka Suara

Jakarta, law-justice.co - Ketua Bidang Kajian Strategis Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Nuruzzaman buka suara soal pernyataan komedian Pandji Pragiwaksono yang mengatakan bahwa ormas Nahdlatul Ulama (NU) bersikap elitis di tengah masyarakat.

Ia menilai pernyataan Pandji itu tak berdasar karena tak mengetahui realita yang terjadi di lapangan dan tak pernah belajar dari sejarah.

Baca juga : Sesat,Bandingkan Depresiasi Rupiah dengan Uang Thailand, Korea & Turki

"Orang dia komedian. Ya Kita tertawain aja, kan sedang melucu. Ngapain serius-serius. Menurut saya karena memang Pandji gak tau saja. Pandji gak tau. Gak pernah mau belajar atau tidak buka sejarah," kata Nuruzzaman seperti melansir cnnindonesia.com.

Nuruzzaman lantas menilai bahwa kiai dan tokoh-tokoh NU dan Muhammadiyah sampai saat ini tak ada yang bersikap elitis.

Baca juga : Tekanan pada Ekonomi Indonesia Semakin Kuat, Tugas Berat Presiden Baru

Ia mengatakan banyak masyarakat di pelbagai penjuru Indonesia hidupnya sangat dekat dan bergantung pada kiai dan tokoh-tokoh NU dan Muhammadiyah.

Ia mencontohkan, bahwa masyarakat sejak belum lahir, sampai memasuki jenjang pendidikan hingga meninggal dunia sangat mengandalkan para kiai dan ustaz dari NU dan Muhammadiyah.

Baca juga : APBN Surplus, Pemerintah Tetap Tarik Utang

"Belum lahir minta nama ke kiai, sampai melahirkan didoakan itu juga minta kiai yang doain. Kemudian mau sekolah di pesantren, di sekolahkan, ngajinya. Terus sampai menikah minta dicarikan calon istrinya hingga didoakan. Sampai meninggal minta didatangi kiai untuk disalatkan di mandikan hingga doa ziarah," kata dia.

Lebih lanjut, Nuruzzaman menegaskan bahwa NU dan Muhammadiyah telah memiliki peranan besar di tengah masyarakat selama ini.

Dua ormas itu, kata dia, kerap kali mengisi pelbagai kekosongan pelayanan publik yang seharusnya menjadi kewajiban negara untuk membantu masyarakat.

"Itu sekolah-sekolah yang enggak terjangkau oleh negara sekalipun, misal SD Inpres ga ada [di suatu wilayah], tapi di situ ada SD Muhammadiyah, ada Madrasah Muhammadiyah atau ada pesantren NU," kata dia.

Disisi lain, Ketua Hukum dan HAM Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Razikin menilai pernyataan komedian Pandji Pragiwaksono yang menganggap Muhammadiyah elitis dan jauh dari masyarakat sebagai ucapan yang ngawur.

Sebelumnya, Pandji membandingkan riwayat FPI dengan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama mengenai kedekatan dengan masyarakat.

"Pernyataan Pandji terkait Muhammadiyah dan NU yang jauh dengan masyarakat, pernyataan Pandji itu ngawur dan bodoh," kata Razikin dalam keterangan resmi yang telah dikonfirmasi, Kamis (21/1).

Razikin menilai kontribusi sosial yang telah dilakukan NU dan Muhammadiyah selama ini tak dapat ditandingi dengan FPI. Ia mengatakan NU dan Muhammadiyah merupakan wajah dari ummat Islam Indonesia sesungguhnya.

"Karena itu saudara Pandji perlu banyak membaca agar memahami peta sosial masyarakat Indonesia. Kalau Pandji melawak, melawaklah dengan baik dan benar," kata dia.

Lebih lanjut, Razikin menyarankan Pandji perlu banyak membaca sejarah terkait riwayat ormas NU dan Muhammadiyah di Indonesia.

Ia tak ingin ucapan Pandji justru menimbulkan kemarahan kader-kader NU dan Muhammadiyah. Terlebih, saat ini mereka banyak yang berjuang membantu korban bencana alam di pelbagai daerah Indonesia saat ini.

"Perlu banyak baca, jangan asal ngoceh saja, ocehan saudara itu dapat menimbulkan kemarahan kader-kader Muhammadiyah terutama yang sekarang sedang berjuang membantu masyarakat di Kalimantan Selatan dan Sulawesi Barat," kata dia.

Meski demikian, Razikin menegaskan Pemuda Muhammadiyah tetap mengapresiasi kehadiran ormas apapun yang ingin berkontribusi di tengah masyarakat. Ia mengatakan upaya membantu sama saja dengan berlomba untuk kebaikan sesama.

"Ayo deh saudara Pandji, kita berlomba-lomba berbuat baik untuk masyarakat, Pandji harus lebih peka terhadap situasi dan keadaan masyarakat," kata dia.

Terpisah, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Sunanto menilai pihaknya belum berencana memberikan langkah lanjutan menyikapi pernyataan Pandji tersebut. Ia mengaku memberikan kesempatan bagi Pandji untuk tabayun dan membaca kembali sejarah.

"Langkah hukum, langkah terakhir," kata Sunanto.

Sebelumnya, Pandji sempat melontarkan pernyataan yang menuai polemik di video yang berjudul `FPI Dibubarin Percuma?` yang diunggah di kanal YouTube miliknya, Pandji Pragiwaksono.

Ia mengutip pernyataan Sosiolog, Thamrin Tomagola yang mengatakan pintu ulama dari kalangan ormas FPI selalu terbuka untuk membantu masyarakat. Sementara NU dan Muhammadiyah terlalu elitis.

"Sering kejadian ada warga sakit, mau berobat gak punya duit, ke FPI, kadang kasih duit, kadang ngasih surat. Suratnya dibawa ke dokter jadi diterima. Kenapa seperti itu. kata pak Thamrin Tomanggola, pintu ulama-ulama FPI terbuka untuk warga. Jadi orang mau datang bisa. Nah yang NU dan Muhammadiyah, karena terlalu tinggi dan elitis warga gak kesitu, warga ke nama-nama besar FPI," kata Pandji.