Emisi Karbon Dioksida Dunia Turun 7 Persen Akibat Pandemi

Jakarta, law-justice.co - Sebuah studi menyebutkan dunia yang dilanda pandemi Covid-19 dan melakukan penguncian ketat wilayah atau negara telah mengurangi emisi karbon dioksida pada tahun ini sebesar 7 persen.

Global Carbon Project, sebuah kelompok otoritatif yang terdiri dari puluhan ilmuwan internasional yang melacak emisi telah menghitung bahwa dunia melepaskan 34 miliar metrik ton karbon dioksida ke udara pada 2020.

Baca juga : KPK Masukkan Eks Kadis PUPR Papua ke Lapas Sukamiskin

Dilansir dari Bisnis Indonesia, Sabtu (12/12/2020) hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Earth System Science Data itu menunjukkan bahwa angka di atas turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 36,4 miliar metrik ton.

Para ilmuwan mengatakan penurunan ini terutama karena lebih banyak orang tinggal di rumah serta lebih sedikit bepergian dengan mobil dan pesawat, akibat pembatasan mobilitas terkait pandemi Covid-19.

Baca juga : Bahlil : Realisasi Investasi Kuartal I-2024 Capai Rp 401,5 Triliun

Namun, emisi diperkirakan meroket kembali setelah pandemi berakhir, mengingat transportasi darat menghasilkan seperlima dari emisi karbon dioksida, gas pemerangkap panas buatan manusia.

Corrine LeQuere, penulis studi dan ilmuwan iklim dari University of East Anglia menuturkan penguncian ini sama sekali bukan cara atau jawaban untuk mengatasi perubahan dan krisis iklim global.

Baca juga : Ini Isi Pertemuan Jokowi dengan PM Singapura Lee Hsien Loong

Kelompok ilmuwan yang sama itu, beberapa bulan lalu memperkirakan penurunan emisi dari 4 persen hingga 7 persen, tergantung pada perkembangan penanganan pandemi Covid-19.

LeQuere juga bilang gelombang virus corona kedua di berbagai negara dan pengurangan perjalanan yang berkelanjutan mendorong penurunan emisi gas karbon dioksida hingga mencapai prediksi maksimal yakni 7 persen.

Adapun, penelitian menunjukkan emisi turun sekitar 12 persen di Amerika Serikat dan 11 persen di wilayah Eropa, tetapi hanya 1,7 persen di China. Ini disebabkan China memiliki penguncian lebih awal dan gelombang kedua yang lebih sedikit serta emisinya yang lebih banyak berasal dari industri.