Kata Fahri yang Dulu Sering Kritik Jokowi Tapi Sekarang Dukung Gibran

Jakarta, law-justice.co - Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Fahri Hamzah sangat sering mengkritik Presiden Joko Widodo atau Jokowi, terutama saat dirinya menjabat sebagai anggota DPR. Namun, kini hal itu berbalik, dia malah mendukung anak Jokowi, Gibran Rakabuming Raka di Pilkada Kota Solo Tahun 2020.

Terkait hal itu dia menjelaskan alasannya.
Ia mengatakan bahwa perubahan pasti terjadi dalam kehidupan, tak terkecuali dalam dinamika politik.

Baca juga : Fahri Hamzah: Keluarnya Putusan MK, Tanda Pilpres 2024 Usai

"Semua orang berubah Bang Karni, tidak ada yang pasti kecuali perubahan itu sendiri," kata Fahri seperti dilansir dari suara.com, Rabu (23/9/2020).

Ia menyatakan bahwa perubahannya tak luput dari pembentukan baru yang ia pimpin bersama Anis Matta, Partai Gelora Indonesia.

Baca juga : Fahri Hamzah Sebut Prabowo Tipe Pemimpin Pemersatu Bangsa

"Mereka punya dinamika yang saya tidak bisa kenalikan sepenuhnya karena itu adalah dinamika rakyat yang sebenarnya fair," ujar Fahri.

Politisi asal Sumbawa itu lantas menjelaskan jika perubahan bisa terjadi di semua tingkatan, bukan hanya di level politik atas, namun juga dalam proses demokrasi rakyat.

Baca juga : Ungkit Kasus Benur, Novel Sindir Fahri Aman karena Dilindungi Firli

"Semua terjadi di semua tingkatan. Rakyat memilih semua orang yang mereka pilih. Kadang-kadang rakyat juga memilih kotak kosong. Jadi itu dinamika demokrasi, hak rakyat di tingkat bawah," tutur Fahri menegaskan alasan dukungannya dalam Pilkada 2020.


"Jadi saya kira kita semua netizen dan kita semua berubah," tukas Fahri.

Bukan Dinasti

Sebelumnya, Fahri mendapat banjir kritik dari publik dan sejumlah tokoh atas sikap partainya mendukung pencalonan keluarga Presiden Joko Widodo dalam kontestasi Pilkada 2020.

Fahri mengelak jika pencalonan putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka (Pilkada Solo), dan menantu presiden, Bobby Nasution (Pilkada Medan) merupakan sebuah langkah membangun dinasti politik.

Fahri berpendapat bahwa keterlibatan keluarga presiden adalah sebuah bentuk demokrasi lokal, bukan dinasti lokal.

"Memang ada perbedaanya karena istilah #DinastiLokal yang saya maksud adalah kekuatan lokal yang memerintah pra republik lahir," tulisnya pada Sabtu (19/9/2020).

Menurut Fahri, Pilkada bukan merupakan sebuah dinasti karena kekuasaan bukan diwariskan melainkan menganut sistem kalah dan menang.

"Dalam tradisi dinasti, pewaris kerajaan tidak mengambil risiko kalah menang. Dalam pilkada, peserta pilkada punya peluang kalah dan menang. Calon mengambil risiko. Tapi biar saja orang mengambil risiko. Anak Pak Jokowi dan anak Pak Maruf mengambil risiko. Bagus dong," jelas dia, Jumat (18/9/2020).

"Begini, semua partai berkoalisi dengan PDIP. Semua partai mendukung anak presiden atau anak wakil presiden. Semua partai mencalonkan istri dan anak mantan bupati dan wlikota. Karena mereka menganggap ini #DemokrasiLokal bukan #DinastiLokal," imbuh Fahri Hamzah