`Sentil` Jokowi, Said Didu: Gelombang Dua Ada Kalau Pertama Menurun!

Jakarta, law-justice.co - mantan Sekretaris Kementerian BUMN M. Said Didu menyebut kalau pernyataan Presiden Joko Widodo yang mengingatkan adanya potensi gelombang kedua sebaran virus corona dinilai tidak tepat.

Pasalnya kata dia, gelombang pertama Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda melandai.

Baca juga : BNPB : 267 Rumah Warga Rusak Imbas Gempa Garut

Lewat akun twitter pribadinya, dia mengurai secara detail bahwa yang dimaksud gelombang kedua adalah jika gelombang pertama pernah menurun dan tidak ada tambahan kasus lagi.

“Sekali kemudian mendatar dan naik kembali, itulah gelombang kedua,” kicaunya dalam akun Twitter pribadi, Senin 10 Agustus 2020.

Baca juga : PPP Akan Gelar Rapimnas Tentukan Sikap Partai di Pemerintahan Prabowo

Sementara yang terjadi saat nanti jika ada pelonjakan tidak bisa disebut gelombang kedua. Sebab, gelombang pertama belum melandai.

Menurutnya, kata yang tepat menggambarkan jika ada pelonjakan adalah gelombang meroket.

Baca juga : Pemerintah Berencana Menaikan Tarif Kereta Commuteline Jabodetabek

“Kalau masih terus naik seperti sekarang itu gelombang "meroket". Selamat sarapan angka-angka,” tutupnya.

Presiden Jokowi dalam sambutan di Kongres Luar Biasa Partai Gerindra di Bogor pada Selasa (8/8), kembali mengingatkan untuk berhati-hati menghadapi gelombang kedua.

"Jangan sampai kita masuk gelombang kedua. Second wave yang memperlambat kita untuk pulih kembali. Kuncinya adalah disiplin menjalankan protokol kesehatan," kata Jokowi.

Hal senada sempat disampaikan pada Mei dan Juni 2020 lalu.

Menurut ahli wabah FKM UI Pandu Riono, Indonesia belum menyelesaikan gelombang pertama corona. Tes masif minim, kurva corona belum turun.

Pada Sabtu (8/8) tercatat 2.277 kasus positif, sehingga total mencapai 123,503 orang. Cek grafik di bawah ini.

"Jumlah tes masih minim. Belum ada upaya serius untuk meningkatkan tes," kata Pandu di Jakarta, Minggu (9/8).

Rasio tes di Indonesia baru mencapai 6.186 per 1 juta penduduk. Padahal penduduk RI lebih dari 273 juta orang.

"Seharusnya 1.000 tes per 1 juta penduduk per minggu," kata Pandu.

Dalam data WHO per 5 Agustus, jumlah tes corona di Indonesia masih di angka 250-300 per 1 juta penduduk per minggu.

"Beliau mendapatkan informasi yang tidak akurat," tutur Pandu.