Ada Rizal Ramli hingga Habib Rizieq, 9 Tokoh Ini Kompeten Jadi Oposisi

Jakarta, law-justice.co - Ekonom senior Rzal Ramli, Mantan Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, dan pakar hukum Tata Negara Refly Harun didapuk menjadi tokoh oposisi pemerintah meski dalam konstitusi Indonesia tidak mengenal oposisi.

Namun menurut Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa, Tony Rosyid oposisi sudah jadi fakta politik dan ketiga tokoh tersebut dianggap sangat kompeten melakukan tugas tersebut.

Baca juga : Ucapan Rocky Gerung Diputus PN Jaksel Tak Hina Jokowi

“Setidaknya ada sembilan orang yang "didaulat" rakyat untuk memimpin oposisi. Mereka bangunkan rakyat dari tidur leyer-leyernya. Para tokoh ini membawa kentongan dan beteriak: "negara tidak aman, dan terjadi banyak perampokan". Karena itu, jangan tidur. Ayuk bangun...bangun... bangun.. Teriak para tokoh oposisi itu,” katanya seperti melansir harianterbit.com (12/05).

Ini 9 Tokoh Tersebut

Baca juga : Ketika Jokowi Tak Sabar Segera Jadikan Gibran hingga Iriana Jadi Tokoh

Tony Rosyid membeberkan 9 orang tokoh yang dianggapnya sangat kompeten menerima posisi tersebut. Mereka adalah:

1. Abdullah Hehamahua. Mantan penasehat KPK ini pernah menyatakan kegeramannya ketika KPK dilemahkan dan diobok-obok.

Baca juga : Ketika Jokowi Disebut Akan Menjadi Kerdil di Koalisi Prabowo-Gibran

2. M.H. Ainun Najib (Cak Nun). Budayawan ini disenut keluar dari pertapaannya. Hatinya terguncang ketika melihat bangsa ini dijadikan boneka asing. "Ngono yo ngono, tapi ojo keterlaluan olehmu injak-injak bangsaku iki", marahnya.

3. Habib Rizieq Shihab (HRS). Tokoh ini konsisten memimpin gerakan oposisi. Ia teriak terhadap ketidakadilan, penjualan aset negara dan ancaman PKI. Tiga hal ini yang membuat HRS tak bisa kompromi, meski ada kabar dia pernah disodorkan tiga tas berisi uang.

4. Prof. Dr. Din Syamsudin. Mantan ketua MUI ini tak berhenti teriak terhadap mental koruptif para pengelola negeri ini. Ia serius mengangkat isu korupsi sebagai masalah sentral. Baginya, bangsa ini makin berantakan karena korupsi yang makin telanjang.

5. Rocky Gerung. Tokoh satu ini lebih tepat disebut filusuf, dari pada hanya sekedar pengamat politik. Kekayaan referensi memberi modal Rocky Gerung piawai membongkar kedunguan logika berpikir elit politik.

6. Rizal Ramli. Mantan Menteri di era Gus Dur dan Jokowi ini tak pernah berhenti mengkritisi kebijakan ekonomi Sri Mulyani. Ia berulangkali mengingatkan adanya bubble ekonomi. "Tampak bagus di luar, bobrok di dalam. Gagal bayar hutang, daya beli rakyat anjlok dan pendapatan petani menurun akan mengancam krisis ekonomi di Indonesia" ujarnya.

7. Refly Harun. Pakar hukum tata negara ini tak pernah berhenti menyuarakan berbagai manipulasi hukum untuk mengeruk kekayaan di negeri +62 ini. Risikonya: iapun dipecat! Bahkan diancam akan dibongkar kesalahannya.

8. Said Didu. Tokoh satu ini sekarang lagi menghadapi proses hukum. Kritik pedasnya membuat Menko Luhut Binsar Pandjaitan marah besar.

9. K.H. Najih Maemoen Zubair. Kritiknya terhadap bahaya kebangkitan komunisme di Indonesia sangat tajam. Baik dalam ceramah maupun berbagai tulisan. Putra K. H. Maemoen Zubair ini terus mengingatkan rakyat untuk tetap waspada atas potensi bangkitnya komunisme yang membahayakan bangsa ini kedepan.

“Sembilan tokoh inilah yang secara konsisten mengobarkan semangat oposisi. Mengisi ruang kritik dan kontrol yang sering ditinggalkan parlemen. Tanpa mengabaikan peran dan pengaruh tokoh-tokoh lain, identifikasi kepada sembilan tokoh ini semata-mata karena mereka konsisten, berani, sangat tegas, dan punya pengaruh yang cukup kuaepada masyarakat. Dan mereka bukan partisan,” ujar Tony.

Hal senada juga disampaikan aktivis Perhimpunan Masyarakat Madani (PRIMA) Sya`roni.

Menurut dia, tugas oposisi, selain terus mengkritik pemerintah, tugas penting lainnya adalah membangkitkan daya kritis rakyat terhadap penguasa yang sudah tidak sejalan sesuai dengan kepentingan rakyat.

Dia menilai adanya sembilan tokoh untuk menjadi oposisi sudah tepat.

"Saat ini pemerintah bebas melakukan apa saja tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu daya kritis rakyat harus digenjot agar bisa menjadi kekuatan kritis yang efektif," ujar Sya`roni.

Dia menambahkan, kesembilan tokoh yang menjadi pemimpin oposisi juga memiliki legalitas moral sebagai kekuatan penyeimbang kekuasaan.

Apalagi kata dia track record kesembilan tokoh tersebut tidak diragukan lagi kredibilitasnya.

Dia menambahkan dalam sistem demokratis kekuatan oposisi juga harus kuat agar menjadi penyeimbang yang efektif.

"Banyak kebijakan yang tidak berpihak ke rakyat kecil. Oleh karena itu wajib dikritisi," ucapnya.

Disisi lain, Ketua Media Center Persaudaraan Alumni (PA) 212 Novel Bamukmin mengatakan, pada dasarnya saat ini rakyat tidak tidur leyeh leyeh di rezim Jokowi yang berkuasa.

Kata dia, justru rakyat sangat takut setelah Pemilu 2019 karena kekuatan rakyat yang membela kebenaran dikalahkan dengan kebatilan.

"Sekarang rakyat juga lebih ketakutan atas wabah virus corona dan kelaparan. Namun rakyat tidak berdaya melawan keangkuhan para pemimpin negeri ini yang sudah mati rasa atas perhatian dan pembelaannya kepada rakyat," paparnya.