Obat Avigan dan Chloroquine Memang Bisa Tangani Corona, Tapi...

law-justice.co - Indonesian Young Scienties Forum menyampaikan rekomendasi tekhnik ke 2 untuk mitigasi dan penanggulangan virus corona pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang berkaitan dengan penggunaan obat Avigan dan Chloroquine.

Dalam keterangan pers tertulis, dr. Berry dari departemen Biologi IPB menjelaskan, penggunaan obat Avigan memang sebaiknya dikombinasikan dengan Chloroquine. Chloroquine berperan penting dalam mencegah masukknya virus ke dalam sel (merubah pH) sehingga mencegah proses replikasi virus dan avigan dapat bekerja menghambat RNA-dependent RNA polimerase (RdRp) dari virus RNA.

Baca juga : Perhatian, Mulai Hari Ini Vaksin Covid Tidak Lagi Gratis

“Walaupun Chloroquine sudah digunakan bertahun-tahun untuk anti malaria dan untuk penanganan lupus (penyakit autoimun) juga safety profilenya tidak diragukan namun kehati-hatian tetap harus dilakukan untuk efek sampingnya pada darah dan pendengaran walupun sangat jarang namun fatal seperti munculnya Steven Johson Syndrome yang dapat menyebabkan kematian,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Minggu (22/3/2020).

Mengingat urgensi pengobatan COVID-19, otoritas Tiongkok telah melaporkan data awal bahwa Chloroquine menunjukkan hasil menjanjikan. Tim medis dari Marseille Perancis (Gautret et al 2020), juga menerbitkan laporan efektifitas obat Hydroxychloroquine untuk menurunkan jumlah virus corona di rongga pernafasan pada 20 pasien Covid- 19 .

Baca juga : Menko PMK Buka Peluang Biaya Perawatan Covid-19 Gunakan BPJS

Hal ini sejalan dengan studi di laboratorium dimana chloroquine memang bisa menaikkan pH endosome sehingga menyulitkan proses internalisasi dan/atau replikasi virus di dalam sel inang. Namun demikian, meski kedua obat tersebut yang memang sudah diketahui profil dosis, dan kontraindikasinya seperti risiko terhadap Steven Johson Syndrome, otoritas FDA sendiri belum menyatakan Chloroquine dan Hydroxychloroquine sebagai obat Covid-19.

Maka pemberian kedua obat harus diberikan dalam konteks studi klinis, dan setiap pasien yang nantinya akan diberikan obat tersebut wajib dicatat perkembangannya, perbaikan atau perburukan gejala klinis, pemantauan jumlah virus COVID-19 secara harian, dan dimonitor jangka waktu perawatannya.

Baca juga : Sekitar 13 Ribu Kematian Covid Terjadi di China dalam Sepekan

“Dengan demikian dampak pemberian kedua obat dibandingkan terapi standar bisa dijadikan pembelajaran dan pengalaman praktis yang bisa dipublikasikan secara meluas,” tuturnya.