Ini Simbol Perpecahan dan Persatuan Negara Jerman

law-justice.co - Selepas tengah malam pada 3 Oktober 1990, Jerman Barat dan Jerman Timur secara resmi bersatu sebagai sebuah negara sejak tahun 1949. Momentum diwarnai upacara pengibaran bendera di Gerbang Brandenburg dan pertemuan di gedung Reichstag, dimulai dengan runtuhnya Tembok Berlin setahun sebelumnya

Seperti dilansir dari Male, unifikasi tersebut sekaligus mengakhiri Perang Dingin, periode paling menyakitkan dalam sejarah Eropa yang diawali kekalahan Jerman pada Perang Dunia II.

Baca juga : Eks Agen KGB, Staf Wali Kota, Kini Invasi Ukraina, Inilah Sosok Putin

Kala itu, sejumlah negara yaitu Inggris, Amerika Serikat, Prancis, dan Uni Soviet, bertugas mengatur zona yang ditentukan. Pembagian dimaksudkan untuk menjaga ketertiban dan membantu Jerman bangkit kembali.

Namun ideologis antara Uni Soviet dan Barat justru menyebabkan Jerman terpecah menjadi dua negara berbeda.

Jerman Barat (sebelumnya bernama Republik Federal Jerman) membangun sistem demokrasi parlementer dan mengembangkan ekonomi kapitalis ala Barat. Di sisi lain, Jerman Timur atau Republik Demokratik Jerman, dipengaruhi Uni Soviet.

Saat Jerman Barat bangkit dari trauma perang dan berhasil menjadi negara dengan perekonomian terkuat nomor tiga di dunia, Jerman Timur memilih jalan berbeda.

Para pemimpin Jerman Timur menutup perbatasannya dengan Jerman Barat pada 1952. Mereka juga berupaya memblokade semua perjalanan darat ke Berlin Barat --kota di sektor selatan yang terbelah secara ideologis.

Mereka juga mendirikan penghalang fisik guna mencegah warga menyeberang ke Barat. Pembatas itu kemudian tumbuh menjadi Tembok Berlin.

Pasca Tembok Berlin runtuh, Kanselir Jerman Barat, Helmut Kohl menyampaikan pidato di Bundestag, yang menekankan reunifikasi Jerman. Kohl menyebutkan kemungkinan untuk mengembangkan struktur konfederasi antara kedua negara dengan tujuan menciptakan tatanan federal di Jerman.

Tembok Berlin runtuh karena Ketidaksengajaan
Tembok Berlin didirikan pada 13 Agustus 1961 oleh pemerintahan Jerman Timur di bawah pimpinan Walter Ulbricht.

Antara 1949 sampai 1961, sudah lebih dari 2 juta penduduk Jerman Timur melarikan diri lewat Berlin. Hal ini membuat perekonomian Jerman Timur kalang kabut. Sebab, sebagian besar yang melarikan diri adalah kaum muda.

Sementara Tembok Berlin berdiri kokoh hampir 30 tahun, ‘retakan’ justru terlihat di Uni Soviet pada pertengahan 1980-an di bawah kepemimpinan Mikhail Gorbachev, dengan kebijakan glasnot (keterbukaan) dan perestroika (restrukturisasi ekonomi). Sehingga negara-negara seperti Polandia dan Hungaria mengarah ke liberalisasi.

Tembok Berlin mulai dihancurkan pada 9 November 1989. Orang-orang berdatangan. Penghancuran pembatas diawali konferensi pers yang dilakukan pejabat Jerman Timur, Gunter Schabowsk.

Ia mengumumkan bahwa Jerman Timur telah mencabut pembatasan perjalanan melintasi perbatasannya dengan Jerman Barat. “Sejauh yang saya tahu, ini mulai berlaku segera, tanpa penundaan,” kata dia, seperti dikutip dari Independent.

Padahal, Schabowsk diperintahkan untuk menahan pengumuman sampai pukul 04.00 keesokan harinya. Ia harus mengatakan bahwa warga Jerman Timur dapat mengajukan permohonan visa secara tertib. Namun, ucapannya yang membingungkan menjadi ‘bom politik’.

Setelahnya, media melaporkan kalau Jerman Timur membuka perbatasannya. Orang-orang pun berbondong-bondong menuju Tembok Berlin.

Di sisi lain, penjaga perbatasan tidak menerima perintah untuk membiarkan orang menyeberang. Simbol paling kuat dari tirai besi dan perang dingin yang membelah timur dan barat itu akhirnya roboh.

Rezim komunis Jerman Timur runtuh, pemilihan umum bebas diikuti dan negara itu menghilang dengan reunifikasi Jerman pada Oktober 1990