Ari Askhara, Anak Emas Rini Sumarno yang Dicopot Erick Thohir

Jakarta, law-justice.co - Perjalanan karier I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra alias Ari Askhara di PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk akhirnya selesai.

Karir yang sudah dibangunnya itu terhenti akibat skandal penyelundupan Harley dan Brompton.

Baca juga : Membongkar Peran Anak Perusahaan dalam Dugaan Fraud di Indofarma

Menteri BUMN Erick Thohir memastikan akan memberhentikannya dari jabatannya saat ini.

Ternyata, bukan hanya kasus Harley dan Brompton saja. Selama Ari menjabat di Garuda, maskapai ini juga sempat bermasalah terkait kasus laporan keuangan yang dipoles.

Baca juga : Pemilik Sriwijaya Air Kini Terseret Korupsi Timah

Mengapa kasus laporan keuangan tersebut tidak sampai tercium?

Ari adalah sosok kuat di Garuda Indonesia. Kabarnya ia adalah anak emas Menteri BUMN di masa itu, yaitu Rini Soemarno.

Baca juga : PDIP Sebut Jokowi dan Anak Mantunya Bagian dari Masa Lalu Partai

Bukan hanya tidak tersentuh setelah adanya masalah, dia juga sering berpindah BUMN sebagai direksi.

Pengamat BUMN yang juga Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu menilai Ari adalah anak emas Rini.

"Saya sejak 2018 sudah mempertanyakan Ari Askhara ini sebagai orang apa, sehingga dalam 3 tahun 3 kali pindah jadi direksi. Jadi orang ini betul-betul kaya anak emasnya Rini. Tapi saya nggak tahu anak emasnya Rini karena titipan siapa," ujar said Didu, Kamis (5/12) seperti melansir rmol.id.

Said menilai kasus pemolesan laporan keuangan 2018 yang dilakukan Garuda Indonesia merupakan kasus yang jauh lebih besar dari penyelundupan barang ini. Dia menilai seharusnya direksi Garuda Indonesia saat itu sudah dicopot.

"Saya salut dengan Erick Thohir, baru tadi malam bahwa ini masalah etika dan itu langsung dilakukan, itu oke," tegasnya.

Untuk pemilihan dirut Garuda Indonesia selanjutnya, Said berharap dipilih berdasarkan persaingan yang sehat. Perlu dilakukan juga fit and proper test.

"Pemilihan direksi BUMN ada 3 hal, kompetensi, integritas dan kepemimpinan itu sangat dibutuhkan. Orang-orang seperti itu banyak, asal dibikin bersaing sehat. Kemarin kan pemilihannya betul-betul like and dislike," tutup said Didu.