Deretan Kecurigaan Keluarga soal Kematian Kasat Narkoba Polres Jaktim

Jakarta, law-justice.co - Belum lama ini, AKBP Buddy Towoliu, tewas mengenaskan di rel kereta api Jatinegara, Jaktim. AKBP Buddy diduga bunuh diri. Namun keluarga curiga AKBP Buddy bukan tewas akibat bunuh diri.

Dugaan bunuh diri ini disampaikan Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko.

Baca juga : Polisi Ringkus 1.158 Tersangka Kasus Judi Online

Trunoyudho menuturkan dugaan awal pihaknya adalah AKBP Buddy Towuliu nekat mengakhiri hidupnya dengan menabrakkan tubuhnya ke kereta yang sedang melintas.

"Sementara dugaannya bunuh diri," ucap Trunoyudo.

Baca juga : Identitas Penipu Ganti Barcode QRIS Kotak Amal Masjid Terungkap

Dari foto seperti melansir detikcom, terlihat kondisi mayat sudah terbagi dalam beberapa potongan. Mayat itu tergeletak di rel kereta api.

Trunoyudho mengatakan kepolisian masih menyelidiki kepastian tewasnya korban. Satu orang masinis telah diambil keterangan.

Baca juga : Ini Alasan Polisi Tertibkan Pawai Obor di Petamburan Jelang Ramadan

Sementara itu, pihak keluarga menolak dugaan tersebut.

"Dari pihak keluarga kalau dituduh bunuh diri itu kami menolak, sangat menolak," kata paman mendiang AKBP Buddy, Cyprus A Tatali, kepada wartawan di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.

Sejauh ini, keluarga mencurigai beberapa hal di balik kematian AKBP Buddy.

1. Tak Ada Riwayat Gangguan Jiwa

Alasan penolakan dugaan bunuh diri didasari penilaian kehidupan pribadi AKBP Buddy. Keponakannya itu dinilainya tidak mengalami gangguan jiwa.

Keluarganya juga bahagia dan tidak mengalami kesulitan ekonomi.

"Kalau gangguan jiwa tidak mungkin. Dia sekarang mendapat tugas baru di Kasat Narkoba Polres Jakarta Timur," kata Cyprus.

2. Dugaan Peran Mafia Narkoba

Keluarga mencurigai adanya peran mafia narkoba di balik kematian AKBP Buddy Towoliu. Kecurigaan itu berkaitan dengan jabatan Kasat Narkoba Polres Jakarta Timur yang baru diemban Buddy selama 2 pekan.

"Kami menduga karena ada jabatan baru mungkin ada yang diduga dia mau sidik, kan Kasat Narkoba, kan narkoba di situ kan berhadapan di situ mafia, pelaku-pelaku mafia," tutur Cyprus.

3. Curiga Soal Pengangkatan Kasat Narkoba Polres Jaktim

Cyprus menyebut kecurigaan itu muncul lantaran AKBP Buddy dalam kondisi sehat serta tak ada permasalahan apapun dengan keluarga.

Apabila tudingan itu betul adanya, keluarga pun menyesali pengangkatan Buddy sebagai Kasat Narkoba Polres Jakarta Timur.

"Yang memunculkan kecurigaan itu karena semua berjalan sehat, keluarga baik, soal ekonomi tidak mungkin mati lapar. Nah kebutuhan-kebutuhan pemain seperti itu," jelasnya.

"Ini jadi pertanyaan besar dari kami keluarga. Kalau tahu-tahu karena jabatan kasat narkoba, lebih baik tak perlu jabatan itu kalau membawa binasa gini bagi keluarga kami. Anggota polisi biasa saja lah," sambungnya.

4. Bunuh Diri di Rel KA Tak Masuk Akal

Keluarga pun menyebut ada kejanggalan di balik kematian Buddy secara mendadak. Keluarga menganggap dugaan Buddy bunuh diri di rel kereta api tak masuk akal.

"Karena jabatan kasat narkoba, itu jadi pertanyaan besar, dengan kematian mendadak. Tahu-tahu ada berita ditabrak. Tak logis bagi kami bagi keluarga," katanya.

5. Telepon Misterius

Cyprus menjelaskan awalnya keponakannya itu pergi ke kantor dan janjian untuk bertemu dengan sosok yang bernama Pak Nebi. AKBP Buddy diketahui datang ke kantor di akhir pekan untuk mengecek perbaikan di ruang kerjanya.

"Pagi tadi dia janjian dengan yang namanya Pak Nebi. Nebi itu dia panggil ke kantornya untuk merehab gedung ruangan dia," kata Cyprus kepada wartawan, Sabtu (29/4/2023).

Menurut Cyprus, korban kemudian menerima telepon sekitar pukul 09.00 WIB. Pihak keluarga pun masih tidak mengetahui sosok penelpon ke AKBP Buddy tersebut.

Cyprus mengatakan usai menerima telepon dari sosok misterius itu, AKBP Buddy langsung beranjak pergi dari ruang kerjanya di Polres Metro Jakarta Timur.

"Nah dalam berbicara tadi jam 09.00 WIB lewat ini, Polres Metro Jakarta Timur ruang dia baru untuk mau rehab ini tahu-tahu ada orang menelepon. Menelepon itu, setelah menelepon, beliau masih di ruangan dia dan tidak sampai satu jam setelah dia menelepon itu dia berangkat," jelas Cyprus.

Korban lalu pergi menggunakan ojek online. Hal itu juga memancing keanehan keluarga korban usai AKBP Buddy membawa mobilnya saat berangkat ke Polres Metro Jakarta Timur.

"Nah berangkatnya anehnya dia naik Grab, padahal dia ada mobil pribadi. Artinya kan bertanya juga keluarga kalau dia naik Grab, yang telepon ini berarti tidak selevel atau tidak di bawah dia. Dia butuh waktu, kecepatan kan kira-kira begitu," katanya.