Rupiah Anjlok Tembus Rp15.000/US$ Imbas Asing Kabur Dari Indonesia

Jakarta, law-justice.co - Hari ini, Rabu 21 September 2022, nilai tukar rupiah tak kuasa menahan keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS).

Hal ini dipengaruhi oleh sentimen eksternal yang sekaligus mendorong kaburnya asing dari pasar keuangan dalam negeri.

Baca juga : Status Internasional 17 Bandara Dicabut, Konektivitas Udara Efisien

Melansir data Refinitiv, Rabu (21/9/2022) pada pukul 9:17 WIB, rupiah berada di Rp 15.010/US$, melemah 0,2% di pasar spot.

Global Markets Economist Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto menjelaskan, sentimen eksternal yang dimaksud adalah bank sentral AS The Fed yang akan mengumumkan suku bunga acuan nanti malam.

Baca juga : Tentukan Nasib Sendiri & Dekolonisasi Masyarakat Adat di Papua Barat

Pasar cukup bingung. The Fed diprediksi akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, bahkan ada kemungkinan sebesar 100 basis poin. Hal ini yang kemudian menjadi ketidakpastian bagi investor.

Di samping itu, keesokan harinya Bank Indonesia (BI) juga akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dimulai sejak hari ini.

Baca juga : Kejagung Bisa Sita Harta Sandra Dewi, Ini Alasannya

Suku bunga acuan terbaru menjadi sangat dinanti investor, apalagi konsensus membuka peluang kenaikan sebesar 25 bps dan 50 bps.

"Banyak investor ingin mengamankan posisi terlebih dahulu dengan hindari aset di emerging market dan mereka beramai-ramai ke develop market," ujarnya dalam wawancara di CNBC Indonesia TV.

AS juga menjadi tujuan investor sebab semakin tingginya yield US Treasury, yaitu di atas 3,5%. Dollar Index juga sudah menyentuh level tertinggi.

Kaburnya asing, khususnya terjadi pada pasar obligasi. Dimana Myrdal mencatat pada bulan ini hingga 19 September 2022, asing membawa dana kabur alias outflow lebih dari Rp 15 triliun. Sementara catatan BI, data awal tahun sampai dengan 15 September 2022, nonresiden jual neto Rp141,14 triliun di pasar SBN.

"Jadi ini yang kelihatan pendorong mata uang kita alami pelemahan," tegasnya.

Meski demikian, Myrdal melihat situasi pelemahan hanya bersifat sementara. Rupiah masih berpotensi menguat lepas pengumuman the Fed maupun BI. Indikatornya terlihat dari fundamental ekonomi yang semakin membaik.

Apalagi neraca perdagangan bulan lalu mencatat surplus hingga US$ 5,76 miliar. "Harusnya ini menjadi penopang buat rupiah untuk tetap kompetitif terhadap dolar AS," kata Myrdal.